NovelToon NovelToon
Kehidupan Baru Sebagai Istri

Kehidupan Baru Sebagai Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.

Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.

Bagaimana kisahnya? Simak yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang pedang

Dewi menunggu anak menantunya duduk di bangku ruang makan.

Tak lama Tika dan Rian datang. Tika langsung membuka tudung saji.

"Loh, kok kosong, Ma?"

"Ya gimana tidak kosong kalau tidak ada yang masak?"

"Tadi Mama ngajak kita makan itu apa?"

"Mama ngajak makan diluar. Kan tahu sendiri kalau Mama gak pernah masak. Kamu juga gak mau kan kalau disuruh masak."

"Ya kalau aku emang gak mau, Ma. Aku gak mau nanti kuku aku yang cantik ini rusak karena menyentuh alat dapur. Lagian nih, Mama harus ingat, aku ini sedang hamil muda, gak boleh kecapekan. Jadi, seharusnya Mama juga sadar diri, bukannya Mama sendiri yang menyuruhku buat menjaganya dengan baik!"

Dewi langsung diam tak berucap lagi.

Tapi, disini yang merasa frustasi adalah Rian. Kepalanya begitu pening.

"Sudah-sudah. Kita makan diluar aja. Sebentar, Rian ambil dompet dulu."

Rian pun gegas mengambil dompetnya lalu mengajak kedua perempuan beda usia tersebut makan di luar.

Sementara di tempat lain, Misha sejak tadi siang hanya mengurung di kamar. Dia nampak bingung dan takut. Setelah menceritakan semuanya tadi, dia menjadi takut kalau Refan akan berubah pikiran.

Hingga matahari telah tenggelam dan langit mulai berubah gelap, Misha masih mengurung di dalam kamar.

Sedang Refan yang saat ini berada di meja makan merasa bingung karena dia hanya sendirian saja.

"Misha kenapa sedari tadi tidak keluar dari kamar? Apa dia sakit?" Serunya.

Refan yang tak mau berfikir lebih, memilih untuk menemui Misha.

Refan saat ini berada di depan kamar Misha.

Tok! Tok! Tok!

"Sha."

Tok! Tok! Tok!

"Sha. Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Refan.

Ceklek.

Pintu terbuka. Refan nampak terpesona melihat Misha mengenakan mukenah.

'Cantik sekali.' Batin Refan.

"Iya, Mas. Ada apa?" Tanya Misha mencoba untuk bersikap biasa.

"Hah, anu, itu. Ayo makan malam. Aku sedari tadi nungguin kamu." Jawab Refan mendadak menjadi gelagapan seperti ketangkap basah sedang maling ayam.

"Oh, sebentar ya, Mas."

Refan mengangguk.

"Aku tunggu di meja makan ya."

Misha tersenyum mengangguk. Lalu menutup pintu kamarnya kembali.

Refan kembali melangkah ke ruang makan.

Sedang di dalam kamar, Misha nampak malu.

"Hadehh, sumpah jantung gue rasanya mau copot. Deg-degan bener ini. Tapi, kalau dilihat sih Mas Refan masih biasa aja sama gue. Kenapa malah gue yang rempong ya? Asyudahlah, kasihan kalau dia nungguin gue lama. Lebih baik gue juga bersikap seperti biasanya aja." Celetuknya sambil memegangi dadanya.

Gegas Misha melepas dan melipat mukenahnya lalu keluar kamar.

Benar saja, Refan sudah menunggunya di meja makan.

"Maaf Mas, sedikit lama." Ucap Misha lalu duduk.

"Tidak apa-apa. Ya sudah ayo makan."

"Iya, Mas." Jawab Misha mengangguk.

Mereka berdua makan dalam hening. Namun, terkadang Refan sesekali melirik Misha.

Setelah selesai makan, Misha ingin segera membereskan bekas makan malam. Namun, Refan mencegahnya.

"Misha, sebentar. Aku mau bicara sebentar sama kamu."

Misha yang semula sudah berdiri pun duduk kembali.

"Mas Refan mau bicara apa?" Tanya Misha lirih.

"Aku perhatikan, kamu sedang menyembunyikan sesuatu. Apa itu benar?"

'Emang kelihatan ya?' Batin Misha melirik Refan.

"Eh, eng-enggak kok, Mas. Perasaane Mas Refan mawon niku."

Refan mengerutkan keningnya.

"Kamu bilang apa sih, Sha? Jangan pakai bahasa Jawa. Aku gak paham."

"Oh, iya. Maaf. Itu hanya perasaannya Mas Refan aja. Aku gak lagi nyembunyiin apa-apa kok."

"Em, mungkin. Oh iya, Sha. Aku cuma mau menawari kamu suatu pekerjaan. Kamu mau tidak menjadi koki di rumah ini? Masalahnya, seharian ini makan masakan kamu, terus makan masakan orang lain itu rasanya aneh. Jadi, apa kamu mau?"

Misha nampak berpikir.

"Boleh, Mas. Tapi, hanya sampai aku resmi bercerai ya! Setelah itu, aku mau nyari kerja atau membuka usaha sendiri. Kalau disini terus, takutnya ada yang fitnah."

'Hais, cuma sebulanan dong! Bisa juga sebelum sebulan dia sudah pergi. Aku kan berharapnya dia ada disini terus, tak peduli dia Misha yang asli atau bukan, aku sedari awal sudah tertarik dengannya. Ah tidak apa-apa, berarti disini aku harus bisa membuatnya merasa nyaman jika bersamaku, setelah itu pasti akan mulai tumbuh benih-benih cinta, aku harus bisa membuatnya jatuh cinta denganku, agar dia bisa selalu berada disisiku.' Batin Refan.

"Oke, baiklah. Jadi, deal ya?"

Misha tersenyum mengangguk.

*****

Rian, Tika, dan Dewi sedang menikmati makan malam sesuai pilihan mereka.

Namun, tiba-tiba ponsel Rian berdering.

Drrt! Drrt!

Rian yang baru saja menyuapkan makanannya merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.

'Choki!' Batin Rian.

Rian melirik Tika dan Dewi.

Rian menggeser ikon telepon berwarna hijau.

"Halo. Choki. Ada apa?"

[Aku membutuhkanmu, Dad.]

"Kamu dimana?"

[Aku di Apartemen, Dad.]

"Oke, setengah jam lagi aku sampai disana."

Rian langsung mematikan teleponnya.

"Tika, Mama. Aku ada pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini juga. Kalian nanti pulang naik taksi ya. Ini uangnya. Soal makanannya biar aku yang bayar."

Rian merogoh dompetnya dan memberikan 2 lembar uang berwarna merah kepada Dewi.

"Kok mendadak banget sih, Mas?"

"Iya, maaf ya. Gak usah nunggu aku. Kalau mau tidur langsung tidur aja. Ya udah, aku tinggal."

Rian beranjak dan melangkah pergi, namun sebelum dia benar-benar pergi dari tempat makan, dia membayar makanannya terlebih dahulu.

Rian langsung melajukan mobilnya kearah Apartemen yang telah menelponnya tadi.

Sampainya di Apartemen, Rian langsung menekan kode dan masuk ke dalam.

"Kapan kamu pulang? Kenapa baru menghubungi, Daddy?" Tanya Rian pada seseorang yang sedang duduk di sofa.

Choki pun berdiri dan melangkah mendekati Rian. Kedua tangannya mengalung sempurna di leher Rian.

"Aku pulang tadi siang. Maaf ya, aku tidak menghubungi Daddy lebih dulu." Jawabnya.

"Choki, kamu benar-benar membuat Daddy frustasi kemarin. Kamu tahu kan Daddy hanya mau sama kamu. Daddy sampai tak karuan."

Choki menyentuh bibir Rian dengan jari telunjuknya.

"Sst,,,,Iya, maafin aku ya, Dad? Gak akan aku ulangi lagi. Lagian Daddy kan di rumah ada dua istri. Masak Daddy gak makai salah satunya sih! Em, gimana kalau aku buat Daddy senang malam ini? Sudah dua minggu loh, Dad. Apa Daddy gak kangen sama aku?" Ucap Choki memb3lai wajah Rian.

"Hmm, jangan membahas dua perempuan itu. Bahkan sebenarnya Daddy jij1k kalau harus bersama mereka. Kamu ini benar-benar membuat Daddy frustasi. Malam ini kamu harus membayarnya dua kali lipat sebagai penebusnya." Jawab Rian menatap Choki dengan penuh n4fsu.

"Baiklah, siapa takut, Dad." Jawab Choki dengan tersenyum mer4yu.

Keduanya pun kini melakukan pemanasan sebelum mengayuh sepeda ke puncak gunung, terlihat keduanya semakin memanas, akhirnya keduanya kini mulai mendayung perahu sampai ke tengah lautan. Tak puas mereka pun melanjutkan aktivitas memanas tersebut dengan mengarungi samudra.

Betapa indahnya pergul4tan mereka. Pedang main pedang gimana rasanya coba?

1
Nyai Suketi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!