Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.
"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.
"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.
***
Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.
"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.
"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cidera
"Aku pergi bersama Jeanne mah, kita berencana akan pergi untuk tenis lapangan. Jadi mungkin aku pulang malam" ucap Naomi di dalam panggilannya bersama dengan sang ibu.
"Oh iya, hati - hati ya. Nanti kabari saja biar supir yang menjemput kesana kalau tenisnya sudah selesai" tutur Lucy pada putri bungsunya.
"Tidak usah ma, aku bisa naik taxi. Bye ma" ucapnya mengakhiri panggilannya.
Naomi melihat ke arah parkiran kampus. Sebuah mobil putih dengan lelaki muda yang sudah berdiri dan menunggunya untuk pergi ke tempat tenis.
"Fred, aku kira kamu tidak akan datang" ucap Naomi dengan senyumnya. Melihat kedatangan Fred yang dia anggap cukup effort.
"Kenapa harus tidak datang? Aku merindukanmu" tuturnya yang mengecup bibir Naomi.
"Bukankah kamu mengatakan masih ada mata kuliah?" Tanyaya merasa keheranan. Baru satu jam yang lalu Fred mengirimkan foto dirinya sedang di kelas.
"Terlalu bosan disana. Aku memilih untuk menjemputmu dan pergi ke tempat tenis" ucapnya mengaitkan rambut Naomi ke belakang telinganya.
"Haa baiklah let's go !" Ucapnya dengan senyum yang merekah. Mengajak Fred untuk bergegas melajukan kendaraannya.
***
"Masuk" ucapnya pada wanita yang meminta izin masuk ke ruangannya. Kening Dean mengkerut, dia melihat kedatangan Grace dengan berkas yang ada ditangannya.
"Permisi, saya ditugaskan memberikan ini" ucapnya memberikan berkas yang ada ditangannya.
"Ini kan berkas laporan yang aku minta dari manager Tony, kenapa kamu yang datang?" Tanyanya keheranan dengan tangannya yang gesit memeriksa berkas yang dia minta tadi pagi.
"Iya, tapi tadi katanya tugas untuk mengantarkan berkas - berkas menjadi tugas saya" jawabnya memberikan kebenaran yang dia terima.
"Siapa yang mengatakannya?" Tanyanya yang merasa tidak seharusnya manager baru diberi titah kesana kemari layaknya sedang di ospek.
"Tuan William" mendengar nama kakeknya, Dean menghela nafasnya. Sudah dipastikan memang ada maksud terselubung jika berkaitan dengan kakeknya.
"Hmm baiklah. Kakek datang juga kesini ternyata" ucapnya yang tidak mengalihkan pandangannya dari berkas yang sedang dia periksa.
"Iya tadi beliau datang ke ruangan manager" ucapnya mengiyakan apa yang dikatakan oleh Dean.
***
"Sepertinya Fred serius padamu" bisik Jeanne tepat di telinga Naomi. Gadis itu hanya tersenyum menanggapi, gerakan tangannya masih sibuk menata barang di loker.
Naomi dan Jeanne berganti outfit di ruang ganti. Pakaian tenis yang di gunakan berupa kaos tenis semi crop top berwarna hitam dan rok panjang diatas lutut berwarna putih. Tidak lupa dengan rambutnya yang sudah di tata dengan diikat satu di bagian tengah.
"Apa kamu lupa mengatakan kalau aku memang suka bermain - main saja dengan lelaki muda?" Tanya Naomi mengangkat kedua alisnya.
"Aku sudah mengatakannya Naomi, aki juga mengatakan jika kau hanya akan bermain - main di bar. Tapi lihatlah sekarang! Dia malah menjemputmu di sela jadwal kuliahnya yang masih berlangsung." Tuturnya berbisik membicarakan Fred.
"Sudahlah, mungkin dia juga jenuh di kelas dan mencari angin segar. Sudah kita ke lapangan. Aku mungkin akan sedikit kaku karena lama tidak memegang raket ini" tuturnya menunjukkan raket tenisnya. Dia melenggang pergi meninggalkan Jeanne yang tertinggal.
"Hei tunggu, aku belum mengambil raketku" teriaknya yang langsung buru - buru mengambil raket di lokernya.
*BUK BUK*
Bola tenis saling bersahutan, permainan yang cukup sengit. Permainan ganda antara Naomi dan Fred melawan Jeanne dan Lucas.
"Huh yey !" Naomi meloncat kegirangan setelah berhasil menambah point untuk timnya. Karena terlalu terhanyut dalam kesenangan, Naomi memeluk Fred refleks, begitu pun Fred yang memeluk balik tanpa keraguan.
"Ayolah, aku pasti bisa mengalahkan timmu Naomi" tutur Jeanne yang optimis dan memberikan gerakan pasif untuk memulai kembali pertandingan.
Permainan tenis yang berjalan menyenangkan, sampai senja nyatanya sudah mulai redup dan segera berganti malam.
"Awww..." jeritnya yang langsung terjatuh di tempat.
"Naomii !!!" mereka menghampiri Naomi yang jatuh dengan posisi terduduk. "Kamu tidak apa - apa ? Mana yang sakit?" Tutur Fred yang nampak kahwatir. Dia datang lebih awal karena jaraknya lebih dekat dibanding Jeanne dan Lucas yang terhalang net.
"Aku baik - baik saja, hanya sedikit sakit disini. Tapi nanti juga sembuh" tuturnya memegangi sikutnya. Dia terjatuh seraya menumpu tubuhnya dengan lengannya.
"Tidak Naomi, kita periksakan ke Rumah Sakit saja." Pinta Fred yang sedikit memaksa dengan nada penekanan.
"Tapi aku tidak ada luka lihatlah" ucapnya memperlihatkan lengannya yang memang tidak ada goresan apapun. "Tapi apa yang dikatakan Fred benar Naomi, iya tidak ada luka yang terlihat, tapi bagaimana jika luka dalam? Itu lebih berbahaya" tutur Jeanne seolah menakut nakuti Naomi.
Mulai timbul rasa takut akibat ucapan Jeanne, Naomi akhirnya mau diajak untuk diperiksakan ke Rumah Sakit.
***
"Malam Pak Presdir" sapa dokter yang berpapasan. Dibalas dengan anggukan. Dean keluar dari ruangan kerjanya untuk mencari udara segar. Sekaligus pergi membeli ice coffe di caffe yang terletak di sebrang jalan.
Matanya tertuju pada sekumpulan anak muda yang baru saja turun dari mobil. Sorot matanya menyipit, dia melihat sosok seseorang yang dia kenali.
"Sini aku pegang, hati - hati tangannya di tekuk saja" ucap Fred yang merangkul Naomi keluar dari mobil. Diikuti oleh Jeanne dan Lucas yang juga baru keluar dari mobil dan terparkir di belakang mobil Fred.
"Aww.. " pekiknya karena memaksakan meregangkan lengannya.
"Jangan dipaksakan. Kita periksakan dulu di dalam" ucap Fred memberikan ajakannya. Sorot mata Naomi mengarah pada gedung Rumah Sakit yang terpangpang jelas Gr.Hospital.
"Kenapa ke rumah sakit ini?" Tanyanya baru menyadari. Jeanne dan yang lainnya mengerutkan keningnya.
"Memangnya kenapa? Naomi ini sudah masuk malam dan Rumah Sakit disini pelayanannya bagus dua puluh empat jam. Aku hanya memberikan yang terbaik saja" tutur Fred menjelaskan alasan dia membawa Naomi ke Rumah Sakit Gr.Hospital.
Deheman seorang pria menghentikan langkah mereka masuk ke dalam aula Rumah Sakit. "Ehhm..." seorang pria yang berdiri dengan kemeja berwarna abu dan celana hitam. Dia nampaknya sudah benar - benar memastikan jika diantara anak muda tersebut ada Naomi.
"Maaf anda siapa?" Tanya Jeanne yang keheranan. Berneda dari yang lainnya. Naomi malah membuang arah pandangan agar tidak bertemu pandang dengan Dean.
"Naomi ?" Panggilnya pada akhirnya membuat gadis itu berbalik dan tersenyum paksa.
Dean mengambil alih pemeriksaan yang akan dilakukan oleh Naomi. Walau awalnya menolak dan beradu argument nyatanya kata kunci Dean yang akan mengadukan apa yang dia ketahui tentang pergaulan Naomi pada kedua orang tuanya membuat Naomi akhirnya mau mengikuti.
"Tapi biarkan saya juga yang menemani" tutur Fred yang masih kukuh ingin membersamai.
"Kamu benar - benar mengenal pria ini kan Naomi?" Tanya sekali lagi Jeanne memastikan jika sahabatnya bukan dengan sembarang orang.
"Hmm.. iya Jeanne. Dia pria yang aku ceritakan dijodohkan dengan kak Grace" tuturnya menjawab dengan nada pelan.
Akhirnya teman - teman Naomi meninggalkan Naomi bersama dengan Dean. Mereka mempercayakan jika Dean akan memberikan fasilitas yang terbaik apalagi mengetahui jika dia digadang gadang akan menjadi kakak ipar Naomi.
***
"Aku sudah memanggilkan dokter untuk memeriksa." Tutur Dean yang berdiri di depan Naomi yang duduk di ranjang Rumah Sakit.
Wajah Naomi ditekuk, dia sedikit ketakutan melihat ekspresi dari Dean yang siap meledakan apapun. "Gadis Nakal, kau pasti ceroboh" ungkapnya pada akhirnya memojokkan Naomi kembali.
"ck.. kenapa selalu seperti ini? Mengalami cidera saat berolahraga kan bukannya hal yang wajar?" Sahutnya yang tidak mau menerima.
"Malam presdir, maaf tadi dokter Cristin menyuruh saya datang. Dia sedang ada pemeriksaan intensif pasien" ucap dokter muda yang usianya tidak berbeda jauh dengan Dean.
Dean mengangguk dan mempersilahkan dokter Zayn untuk masuk dan memeriksa Naomi. Dean baru menyadari jika pakaian yang dikenakan Naomi cukup terbuka, apalagi posisi duduk seperti ini membuat rok mini yang dia kenakan tersingkap.
Dean mengambilkan selimut yang ada di dalam lemari ruangan dan memberikan pada Naomi untuk menutupi area kakinya.
Dr.Zayn mencuri - curi pandang akan tindakan presdirnya. Ini hal yang tidak biasa untuk dia lihat antara perlakuan atasan kepada pasien.
Dokter tersebut juga mulai menerka - nerka ada hubungan apa di antara keduanya.