Aditya patah hati berat sebab Claudia—kekasihnya— memilih untuk menikah dengan pria lain, ia lantas ditawari ibunya untuk menikah dengan perempuan muda anak dari bi Ijah, mantan pembantunya.
Ternyata, Nadia bukan gadis desa biasa seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Sayangnya, perempuan itu ternyata sudah dilamar oleh pria lain lebih dulu.
Bagaimana kisah mereka? Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Pria itu mengulurkan tangan, tetapi lantas Nadia menangkupkan kedua telapak tangannya.
"Ouh, sorry. Gue Denis, teman Adit. Kita pernah bertemu sebelumnya, lo ingat?" tanya pria bernama Denis itu.
"Temannya A Adit? Kita pernah bertemu di mana?"
"Di halte itu, ingat?" tunjuk Denis ke halte seberang.
Seingat Nadia, itu halte pertama yang ia singgahi begitu sampai di kota ini. Halte terdekat dengan tempat kerjanya.
Nadia bertanya-tanya di dalam hati. Seperti tidak asing dengan pria itu, tetapi dia tidak begitu ingat dengan sosok pria di depannya saat ini.
Nadia mencoba mengingat, sore itu begitu ia tiba pertama kalinya di kota ini, lalu turun hujan dan dia mencari tempat berteduh, lalu Aditya datang dan ... ya, dia datang bersama dengan seorang pria di belakangnya.
"Saya ingat waktu itu A Adit memang datang dengan seseorang, itukah Anda?"
"Ya benar! Sedang apa di sini? Mau lunch atau ... apa? Mau minum kopi atau teh dulu?" tanya Denis pada perempuan itu yang dia tahu gadis cem-ceman teman prianya, Aditya.
"Maaf. Tapi saya mau kembali bekerja, sebentar lagi waktu istirahat habis," tolak halus Nadia.
"Okey, next time! Dah, Nadia!" kata Denis melambai pada Nadia.
Pria itu memandangi Nadia sampai wanita itu hilang di balik bangunan. Denis lantas masuk ke dalam kafe itu.
Melihat seseorang yang datang dengan wajah yang membawa senyum, sedangkan dirinya tengah sedih karena patah hati, pria yang sedang duduk di kursi itu melirik sinis.
"Gila, cantik banget pacar si Adit!" pujinya, begitu sampai di meja yang dikabarkan oleh teman pria yang katanya akan datang menemui tunangannya di kota itu.
"Apa?" tanya teman pria Denis itu.
"Tadi. Ketemu crush-nya temen gue, cantik juga. Yang sempat viral itu."
"Siapa? Selebgram?" tanya seseorang itu dengan lesu yang sedang merebahkan kepalanya di atas meja. Ia tak bergairah, tangannya lunglai ke bawah sedangkan kepalanya tertahan di tepian meja.
"Ah, kudet lu mah! Gimana, lemes amat? Udah ketemu sama tunangan lo?"
Laki-laki yang sedang merebahkan kepala, berganti posisi menjadi tiduran di atas kedua tangan yang terlipat sebagai alas.
Dia menjawab, "Udah."
"Terus?" tanya Denis menuntut.
"Di udah sama yang lain!"
Plak! Denis menggenggam bahu temannya.
"Hei, dengar, Bro! Selama janur kuning belum melengkung dan masih melambai-lambai di pohonnya, itu berarti ...."
"Dia udah kawin." Ucap lemas pria lemas itu.
"What?! Wah, jangan deh lo jadi pelakor, eh pebinor. Itu janur udah melengkung, gak boleh. Gak boleh diganggu, dosa."
"Tahu apa lu soal dosa?"
"Dosa entar masuk neraka," kata Denis seraya melambaikan tangan sembari menyesap minumannya yang baru datang.
"Gaya lo sok sok an takut sama neraka. Tiap hari maksiat mulu kerja lu!" ucap pria yang sedang lemas itu.
"Enggak. Udah enggak sekarang gue, mah. Gua mau taubat biar dapat cewek solehah modelan Nadia," ucap Denis.
Pria itu bangkit setelah mendengar satu nama wanita yang disebutnya.
"Cewek? ... siapa?" pria itu memasang pendengarannya baik-baik.
"Nadia, pacar temen gue si Adit. Tadi ketemu di pintu, cantik banget dia. Adem liatnya."
"Nadia? Perempuan yang tadi pakai rok cream, baju biru?"
Denis mengingat-ingat.
"Hem, ya. Seratus."
"Kau kenal dia? Dia tunangan gue!"
"Hah?! ...." Denis terkejut.
Namun, selanjutnya dia bersandar santai di kursinya.
"Kenapa pada sukanya ngaku-ngaku sih? Gak lo, gak temen gue si Adit!"
"Nadia buat gue aja deh! Pada halu lu!" seru Denis lalu pergi berjalan meninggal pria itu yang tidak lain adalah Bisma, salah seorang temannya juga.
.
.
Bisma mengorek informasi dari Denis tentang Nadia, suaminya, dan kedatangannya pertama kali. Denis memberitahu pertemuan pertama Nadia dengan Aditya di kota itu dan tentang siapa Aditya, tidak lain pria yang sangat mendamba wanita itu hingga tentang kabar yang sempat viral itu.
"Lu harus bantuin gue, Den!"
"Bantuin apa sih?"
"Tadi lu bilang dia belum nikah kan? Masih crush-nya temen lu kan?"
Denis mengangguk, setahu dia Aditya dan perempuan itu belum dikabarkan menikah. Entah bagaimana kabar Aditya setelah berita viral itu, Denis belum pernah bertemu lagi dengan Aditya.
"Dia kerja di kantor berita ini, kan? Pokonya dia harus nikah cuma sama gue aja."
Denis mengikuti langkah Bisma yang berjalan cepat ke tempat kerja Nadia yang jaraknya tidak jauh dari kafe mereka sebelumnya. Hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke sana.
Denis melihat jamnya di tangan, biasanya di jam-jam ini orang-orang kantor itu pulang.
Benar, semua karyawan berhamburan keluar. Sampai tiba masa yang ditunggu-tungu jika Nadia keluar dari pintu gedung itu.
Dia tersenyum dan berjalan mendekati seseorang yang berdiri di dekat pos satpam.
Bisma geram dari kejauhan, dia melihat Nadia memeluk seorang pria dan bahkan dia mengizinkan pria itu mencium puncak kepalanya.
Bisma tidak sabar, selama ini dirinya sangat susah untuk sekadar memegang tangan seorang Nadia, tetapi kenapa hari ini wanita itu bahkan tidak segan memeluk dan dicium oleh seorang pria.
Bisma berlari dan....
Grab! Brug!
Adit tersungkur saat tiba-tiba seseorang menarik bahunya dari belakang dan mengajar rahangnya sampai dia tersungkur di tanah.
"Brengsek! Beraninya kau menyentuh calon istriku?"
Aditya tersenyum miris. Dia mengusap bibirnya yang terlanjur mengeluarkan darah karena robek sedikit.
Nadia yang berteriak syok, lalu berlutut membantu Aditya untuk bangkit, tetapi ditariknya lengan perempuan itu oleh Bisma.
"Nad, apa-apaan kamu. Sini denganku," kata Bisma menarik lengan Nadia sampai perempuan itu berdiri dari sisi Aditya.
Melihat itu, Aditya merasa ditantang, dia tidak terima dan langsung berdiri dari posisinya.
Grab! Bug bug bug.
Dia memberikan bogeman mentah beruang kali kepada Bisma secara beruntun tanpa melepaskan cengkeraman di kerah kemeja yang dikenakannya.
"Kau yang brengsek! Beraninya menyentuh istriku? Masih berani kau mengganggunya? Akan kuhabisi kau sekarang juga!"
Bugh bugh bugh!
"A sudah cukup, A"
"Cukup, cukup." Nadia menahan dada Aditya supaya tidak bertindak lebih.
semangat /Determined/
ayuk Up lagiih hehee
aditi Aditia kocak beud masak masih amatiran