NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

INTEROGASI DI KANTOR POLISI

"Ra,,,,Aurora kesini Ra,,,", panggil Hamida dengan suara keras dan nada yang cepat.

Selama ini Aurora tidak pernah mendengar neneknya memanggilnya dengan suara yang keras, namun mendengar hal tersebut Aurora segera berlari dan menuju asal suara tersebut .

Aurora mengintip di celah pintu penasaran siapa yang datang sehingga membuat nenek Hamida berbicara keras dan membuat dia gusar.

Saat melihat, Aurora mengedipkan mata berkali kali , memejamkan matanya dan menarik napasnya dengan panjang.

"Apakah benar ini rumah dari mbak Aurora Mecca pemilik mobil avanza bewarna hitam", tanya salah seorang polisi berperawakan gagah dan tegas.

Terlihat ada tiga orang polisi yang berdiri di depan pintu, sementara salah satu polisi memberikan surat panggilan dan pemeriksaan untuk datang ke kantor polisi sekarang.

Aurora menerima surat tersebut dan mengecek isi dari surat itu.

"Benar pak,,, ini adalah rumah saya dan saya bernama Aurora Mecca pemilik mobil avanza berwarna hitam dan juga benar bernomor ini," sambil menunjuk isi surat tersebut.

"Sekarang juga mbak ikut kami ke kantor polisi atas kasus tabrak lari yang telah menewaskan saudari Casandra," ucap polisi dengan memegang tangan Aurora dengan keras , sampai membuat Aurora kesakitan.

Aurora mencoba melepaskan pegangan polisi sambil berucap

"Pak ini maksudnya apa ,, saya sama sekali gak faham dengan semua ini mungkin bapak salah orang," Aurora tampak kebingungan.

Polisi tampak muak dan menyangka Aurora berpura pura, bahkan salah satu polisi tersebut terlihat senyum mengejek.

"Untuk lebih jelasnya mbak ikut kami sekarang, atau mbak kami paksa," nampak polisi tersebut berbicara sambil meremehkan Aurora dengan mata melotot.

Aurora mencoba menenangkan diri atas hal yang sama sekali Aurora tidak faham. Namum demikian Aurora terpaksa mengikuti permintaan polisi tersebut.

Sambil meraih tangan nenek Hamida, Aurora mencoba menenangkan Hamida

"Nek,,,, ini cuma salah paham nenek di rumah ya,, aku cuma sebentar kok ke kantor polisi setelah kesalahpahaman ini selesai aku akan segera pulang.

"Hamida tampak menangis sambil memeluk Aurora

"Ra,,, kamu janji ya nak cepat pulang,,, nenek takut kamu kenapa napa."

Aurora menyakinkan hamida dan memeluknya sambil mengusap punggung Hamida.

"Aurora janji nek ,,, Aurora akan segera pulang nenek jaga diri baik baik ya,, jangan sampai hal ini jadi beban pikiran nenek," Aurora mengusap air matanya dan tidak mau kalau sampai neneknya tau kalau dia sedang menangis.

Kabar bahwa Aurora ditangkap oleh polisi begitu cepat menyebar, hal itu membuat William pulang dengan keadaan khawatir dan syok.

William menuju rumah Aurora dengan menaiki grab, dengan wajah cemas dia mencoba menghubungi Aurora berkali kali namun nihil sama sekali tidak ada jawaban.

Dia mencengkeram celana kainnya dan menyenderkan kepala di kaca mobil, berharap apa yang ditakutkan tidak terjadi.

Sesampainya dirumah Aurora, William berlari kecil dan berteriak tanpa mengucapkan salam.

"Ra,,, Sayang ,,, sayang kamu dimana", William membuka pintu dan masuk menuju kamar Aurora.

Mendengar seperti ada yang memanggil dan masuk rumah, Nenek Hamida yang berada di belakang rumah pun buru buru keluar untuk mengecek asal suara tersebut.

Setelah mengecek kamar Aurora dan terlihat kosong, William mencoba mencari ke sudut sudut kamar sampai Hamida keluar dan melihat William mondar mandir.

"William,,,, Aurora di bawa ke kantor polisi nak ", ucap Hamida sambil terhuyung huyung menangis di pelukan William.

Mendengar hal tersebut, William menangis dan memeluk nenek Hamida lalu mengusap punggungnya. William mencoba menenangkan nenek Hamida "Nek tadi polisi bilang apa ?" ucap William sambil terus mengusap punggung nenek Hamida.

Nenek hamida melihat William dengan tatapan kosong dan berlinang air mata

"Polisi bilang dia,,,, dia,,,, ditangkap karena kasus tabrak lari,,, ini semua gak benar kan nak,,,, gak mungkin Aurora seperti itu," Hamida masih terus menangis.

William memegang tangan Hamida dan menyuruhnya untuk duduk.

William terlihat syok dan bergumam

"sial,,, sial,, sial kenapa polisi bisa tau,, ,padahal tidak ada cctv di sekitar tempat kejadian, sekarang aku harus bagaimana," William berfikir keras dan mengernyitkan dahi.

Sementara Devandra ke pemakaman Casandra dengan memakai baju hitam , celana hitam dan juga kaca mata hitam untuk menyembunyikan matanya yang sembab.

Dia menarik nafas panjang dan mengepalkan tangan dengan erat dan berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan membuat orang yang menabrak Casandra akan hidup seperti di neraka.

Setelah pemakaman Casandra, Devandra menghubungi John untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut.

Devandra duduk bersilang di kursi taman sebelah pemakaman Casandra sambil mengangkat ponsel menunggu John mengangkat telpon.

"Pak Devan ,,, tersangka sekarang sudah berada di kantor polisi dan sedang di interogasi ,,, Bapak bisa kesini sekarang untuk melihatnya langsung," ucap John tanpa menunggu suara dari Devandra.

Setelah mendengar hal tersebut,,, Devandra langsung menutup telpon tanpa menjawab dan dia memacu mobil dengan kecepatan tinggi sambil tersenyum tajam.

Sesampainya di kantor polisi , Devandra langsung menuju tempat yang telah di sebutkan oleh John.

"Mari pak Devan" ucap John sambil menunjuk ruang interogasi.

Samar samar Devandra mendengarkan, suara wanita tersebut sambil menangis pelan.

"Demi Allah pak,,, malam itu kami hanya menabrak kucing dan kami juga nggak tau kalau kami telah menabrak orang,, kalau kami tau pasti akan kami bawa ke rumah sakit," ucap Aurora menangis dan menyakinkan polisi bahwa apa yang dia katakan memang benar adanya.

Mendengar hal tersebut polisi menggebrak meja menunjukkan kemarahan dan merasa Aurora meremehkannya.

"Mbak jangan pura pura lagi atau mengelak,,, lihat jejak kaki ini,, lihat mbak ini menunjukkan bahwa ada seseorang yang datang untuk melihat mayat wanita tersebut lalu pergi, itu artinya setelah mbak melihat ada mayat tersebut mbak langsung pergi dan kabur sudah ada bukti yang jelas dan mbak gak bisa mengelak" ucap polisi tersebut sambil menunjukkan bekas kaki.

Mendengar hal tersebut Aurora merasa bingung, diam dan berfikir.

'Apakah ini William, kenapa dia gak bilang,' ucap Aurora dalam hati dan termenung menerawang memikirkan hal yang sangat membingungkan.

Hingga gebrakan meja dari luar ruangan interogasi membuyarkan lamunan Aurora serta polisi yang mendengar suara itu langsung kaget dan melihat arah suara tersebut.

Tak lain dan tak bukan itu adalah suara Devandra yang geram dan marah ketika mendengar bahwa Aurora meninggalkan Casandra yang sedang kesakitan.

"Tidak berhati nurani,,, dasar wanita jalang," ucap Devandra sambil melangkah pergi.

Saat proses interogasi , ponsel Aurora berbunyi nyaring dan polisi yang mendengar langsung memicingkan mata melihat hal tersebut Aurora meminta izin untuk menerima telpon.

Aurora keluar dari ruang interogasi dan langsung mengangkat telpon.

"Sayang,,, ne nek pingsan dan di bawa kerumah sakit ," ucap William dengan suara terbata bata.

Aurora terlihat lemas dan menangis,

"Aku pulang sekarang tolong jagain nenek dulu ya", ucap Aurora sambil menuju ke ruang interogasi.

"Pak...izinkan saya untuk menemui nenek saya yang dibawa ke rumah sakit,, saya akan kembali dan menyerahkan diri ,, saya janji," ucap Aurora sambil menangis.

Mendengar hal tersebut, polisi saling pandang memandang dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya mereka mengizinkan dengan syarat syarat yang di ajukan.

Aurora menyusuri lorong kantor polisi dengan keadaan kalut dan gelisah saat tiba di belokan akan keluar,, tangan Aurora ditarik oleh laki laki berperawakan besar , gagah dan tampan.

Aurora kaget karena tangan laki laki tersebut mencekik leher Aurora hingga Aurora hampir kehabisan nafas, tak hanya sampai di situ kepala Aurora juga siap akan di tonjok.

Pada saat tangan tersebut mengayunkan akan menonjok Aurora ada langkah kaki yang mendekat dan menghalangi tangan tersebut.

"Stop stop jangan seperti ini pak,"

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!