Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Adnan
"Halo. Assalamualaikum."
"Wa'alakiumsalam. Maaf Pak Zaki karena saya sudah ganggu waktu anda malam-malam begini. Saya cuma mau tanya, apakah Mila mengajak anak saya ke rumah anda?"
"Ya. Mila memang membawa anaknya ke sini."
"Pak Zaki . Dari tadi saya menghubungi Mila, tapi nomer Mila tidak aktif. Bisakah saya bicara dengan Mila sebentar."
"Kamu tahu nggak ini jam berapa? kamu fikir Mila dan anak kamu belum tidur? mereka sudah tidur. Kalau kamu mau bicara dengan Mila, bisa kan besok pagi. Jangan malam-malam begini."
"Maaf Pak Zaki kalau saya sudah ganggu waktu istirahat anda. Saya cuma mau tanya anak saya. Karena saya khawatir dengan dia."
"Ya, dia ada di rumahku bersama Mila ibunya."
"Ya udah kalau begitu."
"Adnan, seharusnya kamu itu jangan egois. Biarkan Aluna itu ikut dengan ibunya. Bebaskan mereka untuk bertemu. Lagian sekarang kamu sudah nikah. Fokus saja dengan kehidupan baru kamu. Serahkan saja Aluna sama Mila."
"Maaf Pak Zaki. Kalau soal itu saya tidak bisa. Aluna itu anak saya. Dan saya yang wajib untuk menafkahi dia. Kalau saya serahkan sama Mila, mau dikasih makan apa anak saya nanti. Dia pasti akan terlantar. Dan ini urusan saya dengan Mila. Bapak nggak berhak ikut campur dengan urusan pribadi kami. Karena bapak bukan siapa-siapanya Mila."
"Susah ya, bicara sama kamu Adnan. Saya cuma ngasih solusi yang terbaik saja buat kamu. Agar kamu tidak repot merawat anak kamu. Karena anak sekecil itu, masih butuh ibu kandungnya."
"Ya sudah Pak. Sekali lagi maafkan saya kalau saya sudah ganggu waktu bapak. Assalamualaikum."
"Wa'alakiumsalam."
Tut Tut Tut ...
Saluran telpon itu terputus.
Zaki menghela nafas dalam. Rasanya percuma dia bicara dengan Adnan. Karena Adnan sangat egois. Dia tidak pernah mau kalah dalam hal apapun. Dia selalu ingin menang sendiri dan tidak pernah mau mendengar nasihat dari orang di sekitarnya.
***
Mentari di pagi ini, sudah bersinar cerah. Mila saat ini sudah berada di dapur. Seperti rutinitasnya setiap pagi, memasak dan menyiapkan sarapan untuk Bu Suci dan Zaki.
"Hemm wangi banget Mil, aromanya tercium sampai ke kamar ibu," ucap Bu Suci sembari menghampiri Mila.
Mila menoleh ke arah Bu Suci dan tersenyum.
"Bu Suci. Bu Suci tumben banget jam segini sudah rapi. Mau ke mana?"
"Rencananya ibu mau ikut ke kantor bareng Zaki. Ada acara penting soalnya di kantor."
"Mas Zaki juga udah siap?"
"Dia masih di kamar."
"Oh." Mila manggut-manggut sembari melanjutkan aktivitas menggorengnya.
"Mil, besok ibu mau pergi ke luar kota," ucap Bu Suci sembari menuang air ke dalam gelas.
"Ke luar kota? ada tugas ya?"
"Iya."
"Sama Mas Zaki juga?"
"Nggak. Ibu sendiri aja ke sana. Paling sama karyawan kepercayaan ibu. Kalau Zaki ikut, siapa nanti yang akan ngurus kantor."
Bu Suci kemudian menegak setengah gelas air putih. Setelah itu dia melangkah ke ruang tengah untuk menunggu Mila di sana.
Setelah semua masakan matang, Mila kemudian menyajikan makanan-makanan itu di atas meja.
"Mil, anak kamu sudah bangun? dia mau sekolah nggak sih?" tanya Bu Suci.
"Nggak tahu Bu. Mas Adnan sepertinya marah banget sama aku Bu, karena aku sudah membawa Aluna ikut bersamaku tanpa izin dari dia."
"Ya udahlah, biarin aja. Menurut ibu, Adnan itu memang lelaki yang sangat egois. Baru pernah ibu lihat lelaki model gitu Mil."
"Makanya itu Bu. Aku jadi takut untuk ketemu Mas Adnan. Aku takut ngajak Aluna ke sekolah."
"Nggak usah takut Mil. Orang kamu ibunya kok. Lagian, kalau nggak ketemu di sekolah, dia juga pasti akan datang ke sini. Orang kemarin aja dia datang ke sini dan teriak-teriak di depan rumah ibu "
Mila terkejut saat mendengar penuturan Bu Suci.
"Yang benar Bu? Jadi Mas Adnan kemarin ke sini?"
"Iya. Tuh, kata tetangga sebelah. Tapi karena dia tahu kamu nggak ada di sini, ya dia pergi lagi."
Mila hanya bisa geleng-geleng kepala saat mendengar penuturan Bu Suci. Mila tahu, kalau Adnan itu orang yang sangat nekat dan tidak tahu malu.
Di saat Bu Suci dan Mila ngobrol, Zaki berjalan menuruni anak tangga. Dia kemudian melangkah ke ruang makan dan duduk berbaur bersama ibunya.
"Kamu sudah siap Zak?" tanya Bu Suci.
"Sudah Ma."
"Makan dulu Zak. Ini Mila sudah masak banyak."
"Iya Ma."
Zaki menatap Mila lekat.
"Sekalian kamu makan Mil," ucap Zaki.
"Aku nanti saja Mas makannya. Aku mau bangunin anak aku dulu."
"Oh iya. Silahkan."
Setelah menyiapkan sarapan untuk Zaki dan Bu Suci, Mila kemudian berjalan ke kamarnya untuk membangunkan Aluna.
Mila tersenyum saat dia melihat Aluna sudah bangun dan duduk di sisi tempat tidurnya.
"Aluna," ucap Mila.
Aluna menoleh ke arah Mila dan tersenyum.
"Mama."
"Kamu sudah bangun sayang?" ucap Mila sembari berjalan menghampiri anaknya.
"Udah dari tadi Ma," jawab Aluna singkat.
"Kok nggak keluar kamar nemuin Mama."
"Aku malu Ma. Aku kan baru tinggal di sini."
Mila menghempaskan tubuhnya dan duduk di sisi anaknya.
"Kamu malu sama siapa? sama Bu Suci? kamu nggak usah malu dan takut sama dia. Dia orang baik kok. Walau dia bukan siapa-siapa Mama, tapi dia sudah menganggap Mama seperti keluarga sendiri," jelas Mila sembari mengusap-usap rambut Aluna.
"Iya Ma."
"Hari ini kamu mau berangkat sekolah kan?"
Aluna menggeleng dan menatap Mila lekat.
"Aku nggak mau sekolah Ma. Kalau aku ke sekolah, pasti Papa akan jemput aku. Aku masih kangen sama Mama. Aku masih pengin di sini sama Mama."
Mila tersenyum.
"Baiklah kalau begitu. Mama nggak keberatan kok kamu tinggal di sini. Begitu juga Bu Suci dan Om Zaki. Sekarang kita keluar yuk! Om Zaki dan Bu Suci sudah menunggu kita di ruang makan."
"Iya Ma."
Mila kemudian mengajak anaknya keluar dari kamar untuk menemui Bu Suci dan Zaki di ruang makan.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Zaki dan Bu Suci bangkit dari duduknya. Mereka sudah siap untuk pergi ke kantor.
"Kalian sudah mau berangkat?" tanya Mila sembari menatap Bu Suci dan Zaki bergantian.
"Iya Mil. Sudah siang," ucap Zaki.
"Kalau kamu sama Aluna mau makan, makan saja Mil. Setelah kalian makan, boleh kamu beresin meja makannya."
"Iya Bu."
Mila, Zaki, Bu Suci dan Aluna saling menatap saat tiba-tiba saja mereka mendengar teriakan Adnan dari luar rumah mereka.
"Mila...! Mila...! keluar kamu Mil...!" seru Adnan.
"Mama, itu seperti suara Papa," ucap Aluna. Dia tampak ketakutan saat mendengar suara bariton ayahnya.
"Iya sayang. Kamu tunggu di sini dulu ya. Biar Mama yang keluar temuin Papa kamu."
"Iya Ma."
Mila buru-buru keluar untuk menemui Adnan di depan.
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^