Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 25
Kia masih berdiri disana, terus terang tak enak hati karena menggunakan uang Atasannya.
"Terimakasih pak, maaf saya akan menggantinya" ucap Kia.
"Tidak perlu"
"Tapi pak, saya tidak enak sudah menggunakan uang pak Galang"
"Bukan kamu yang minta, tapi aku yang mau"
Kia terdiam, dan tak lama terdengar suara yang memanggil namanya.
"Kia!" Teriaknya, yang punya nama langsung menoleh.
Sedangkan Galang termenung mendengar panggilan yang berbeda, jelas laki-laki yang menghampiri Asistennya lebih akrab dengan panggilan khususnya.
"Kia?" Batinnya.
Agung mendekat, melihat ke sosok Galang sekilas lalu menatap Kia kembali.
"Sudah belanjanya?" Tanya Agung.
"Sudah yah, di bayarin Om itu" jawab Sabilla.
Agung mengerutkan kening, dan tepat dengan kedatangan sang istri.
"Siapa yang bayarin?" Tanya Mirna.
"Dia, bisa kamu jelaskan Kia?" Tanya Agung menyelidik sosok Galang dari atas sampai bawah.
"Kenalkan Pak Galang, pemilik Ambarawa Company, tempatku bekerja saat ini, dan ini sahabat saya Agung Pak"
Tak ada jabatan tangan, mereka berdua hanya saling melemparkan tatapan tajam.
Diam, Agung semakin menatap tajam, kenapa sekelas Ceo perusahaan besar malah keluyuran di sini dan membayari belanjaan Kia, pasti ada maksudnya bukan?, batin Agung penuh dengan curiga.
"Saya kebetulan membeli buku ini, ditempat yang sama dengan Ambar" Galang lalu menunjukkan buku yang di belinya.
Ketegangan terasa sekali disana, Kia tak mau suasana semakin panas saja, dengan cepat menyambar tangan Agung.
"Sudah, ayo kita ke Playground, Sabilla belum ke sana, benar kan sayang?"
"Em" Sabilla mengangguk riang.
"Permisi pak Galang, mari" ucap Kia dan segera menyeret sahabatnya itu pergi.
Mirna tersenyum ramah, lalu mensejajarkan langkahnya di samping Kia, kini Kia berada di antara Mirna dan Agung, sedangkan Sabilla sudah lari duluan memasuki wahana yang diinginkan.
"Sekarang jelaskan apa hubungan mu dengan atasan mu itu" Agung langsung bertanya, tak tahan dengan rasa penasarannya.
"Hubungan apa?, dia atasan dan aku bawahannya, aku rasa sudah cukup jelas" jawab Kia sambil melihat Sabilla bermain disana.
"Ck, ngapain juga atasan mu harus membayari mainan Sabilla, jelas ada maksud tertentu kan?" Agung asih tak percaya.
"Maksud apa?, tanya sendiri ke orang nya, mana aku tau, nanti aku ganti uangnya" jawab Kia lagi.
"Ki, kamu harus_"
"Mas, mbak Kia punya kehidupan pribadi sendiri, masak iya Mas harus mencampuri, iya kan mbak?" Mirna menyela perkataan suaminya.
"Bener tuh, suami mu itu sekalinya ketemu mirip polisi yang interogasi" sahut Kia tersenyum.
"Ya sudah, hati-hati berhubungan dengan laki-laki, jangan percaya begitu saja, kamu itu orang yang mudah percaya sama orang dan berakhir menjadi bumerang"
"Iya aku tau, sudah ngomelnya?"
"Aku menasehati mu Kia"
"Terimakasih kalau gitu"
"Kau ini"
"Sudah mas, ketemu kok malah bertengkar terus, ayo antar aku lagi, beli minuman buat Sabilla, dan mbak Kia mau nitip apa?" Tanya Mirna.
"Air putih dingin, siraman rohani suamimu berhasil membuatku gerah" sahut Kia.
Kalau Agung mendelik, Mirna justru malah tertawa, dan kembali mereka berpisah, Kia berjalan cepat, lalu duduk di kursi tunggu yang tak jauh dari Sabilla yang asik bermain.
Kia mengamati Sabilla sambil sesekali tertawa, kakinya yang terasa capek lumayan bisa beristirahat dengan duduk disana, dan tak lama Kia di kejutkan dengan sebuah suara.
"Bisa aku duduk disini?"
"Pak Galang?!" Kia terkejut kedua kali, lalu segera menggeser tubuhnya.
"Haloo, Om tampan!, temani Aunty ya!" Teriak Sabilla yang tak tau Aunty nya semakin tak enak hati.
"Siap!" Balas Galang sambil mengacungkan jempolnya.
"Jadi dia anak dari sahabat mu?"
"Hem, namanya Sabilla, dan kenapa pak Galang ada disini?" Tanya Kia.
"Memangnya ngapain orang datang ke mall?, gak mungkin mau masak kan?"
Kia terdiam, ini atasan makin aneh-aneh saja jawabnya, "Ya siapa tau ada keperluan lain pak"
"Beli buku" sahut Galang lagi.
"Hanya itu?"
"Nemani kamu"
"Ha!, maksud bapak?"
"Ini, air minum, aku takut kamu sakit gara-gara dehidrasi sehari jadi baby sitter" Galang menyodorkan satu air mineral yang di bawanya.
"Terimakasih pak, kebetulan sekali saya haus" Kia lalu mengambilnya, lalu membuka dan sejenak berdoa sebelum meminumnya.
Semua yang dilakukan Kia terekam dengan jelas di matanya.
"Dia sangat aktif, jadi dia anak dari temanmu itu?" Ucap Galang yang entah mengapa di hiasi dengan senyuman, ada perasaan lega dihatinya setelah sesaat lalu ber praduga negatif dengan Zaki.
"Iya pak, usianya masih lima tahun, dan baru kali ini saya melihatnya langsung, dia anak yang lucu dan menggemaskan"
"Baru kali ini kok bisa langsung akrab?"
"Sering Video Call pak"
"Oh, enak jadi Aunty?" Tanya Galang lagi.
Kia menoleh, sejenak mata mereka bertemu.
"Bapak sendiri bagaimana?" Tanya Kia.
"Aku belum punya keponakan, teman-teman ku juga belum ada yang nikah, kamu lihat sendiri kan bagaimana dengan Zek, Sukma, Indra dan Lea"
Kia hanya manggut-manggut saja.
"Kamu tidak bertanya tentang mereka?" Sambung Galang.
"Memangnya tanya apa?" Tanya Kia.
"Ya soal pribadi mereka, aku mengatakan teman-teman ku, tapi aku lihat kamu tidak terkejut sama sekali, sudah tau?" Tanya Galang.
"Memangnya kenapa saya harus tau urusan orang?"
"Kamu tidak tertarik akan hal itu"
"Tidak pak"
"Zaki?"
"Tidak"
"Kenapa?" Tanya Galang.
"Kenapa juga saya kepo dengan Pak Zaki?"
"Ya kan dia atasan kamu, biasanya semua orang pasti kepo dan mencari informasi apapun tentang atasannya"
"Mana sempat saya seperti itu Pak, tau sendiri pekerjaan saya dari bapak kayak apa, tidak ada waktu untuk mengurusi orang lain pak"
"Oh, jadi kamu nyalah kan saya?"
"Bu bukan begitu pak, maaf" eh kok malah salah ngomong, batin Kia.
"Zek adalah sosok yang begitu di gandrungi kaum hawa di Ambarawa Company, bahkan banyak wanita yang berusaha keras merebut perhatiannya, dan aku lihat dia memberikan perhatian lebih padamu"
"Lebih bagaimana pak, saya tidak melihat sesuatu yang lebih"
"Apa kamu memang begitu?"
"Begitu bagaimana maksud pak Galang?" Kia makin tidak mengerti.
"Tidak peduli dengan orang lain"
"Peduli bagaimana maksud bapak, kepedulian itu berbeda-beda pak, disesuaikan dengan tempatnya" jawab Kia.
"Jadi kamu tidak tertarik dengannya?"
"Ha?!" Kia terkejut, melihat sekilas ke Galang, makin aneh saja pertanyaannya, batin Kia, "saya hanya tertarik dengan pekerjaan saja saat ini pak"
"Dengan ku?"
Rasanya Kia benar-benar ingin sekali membanting laki-laki yang ada disampingnya kini, makin lama makin gak jelas saja pertanyaannya.
"Ya kan bapak sendiri yang melarang hal itu"
"Jika aku mengijinkan?"
Kia tertawa, makin gila saja kosa kata yang di keluarkan pemilik Ambarawa Company.
"Saya sangat tertarik"
Diam, rasanya Galang tak percaya akan jawaban yang didengarnya, namun kemudian_
"Dengan uang Bapak"
"Damn!" Ucap Galang dalam hati.
Mohon di komen dong, jangan lupa like Vote dan tonton iklannya.
Bersambung.
ciye...