Menikah terlalu muda, dengan emosi yang belum stabil, Niken dan Raja akhirnya malah bercerai. Keduanya menikah saat kuliah, dan belum lulus sudah berpisah.
Waktu kemudian mempertemukan keduanya, di tempat dan situasi yang sangat jauh berbeda. Keduanya bekerja di satu perusahaan yang sama. Bagaimana kisah dan aksi kocak Raja dan Niken menyembunyikan fakta pada rekan kerja mereka, bahwa mereka pernah menikah? Saksikan keseruan kisah romantis komedi mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"SAH" Restu
Godaan Mantan, Bagian 29
Oleh Sept
27 Juli, seminggu setelah pertemuan Raja dan sang mama. Hari ini adalah hari bahagia Raja dan juga Niken. Tepat pukul 9 pagi nanti, yaitu beberapa saat lagi, keduanya akan melakukan akad. Pernikahan kedua dengan orang yang sama, Niken dan Raja akhirnya memutuskan rujuk.
Pagi ini Raja sudah berada di dalam mobil. Siap berangkat menuju masjid, di mana mereka akan melakukan akad. Keduanya sepakat menikah lagi di sebuah masjid besar dekat kediaman Niken.
"Ayo berangkat," kata pria yang mengenakan peci hitam dan jas hitam tersebut pada sang sopir.
"Tunggu ... kita tunggu mamamu!"
Raja menoleh ke belakang, melihat papanya.
"Mama gak ikut, Pa. Semalam Raja sudah pastikan."
"Tidak, kita tunggu sebentar. Akad juga masih ada waktu. Kita tunggu mamamu dulu."
"Pa ..." Raja menatap jam tangan di pergelangan tangannya. Kalau menunggu sang mama, pasti telat. Dan lagi, semalam dia sudah konfirmasi pada sang mama. Bahwa mamanya tidak akan datang.
"Kita tunggu! 10 menit!"
Raja menghela napas berat. Kemudian ponselnya berdering. Niken menelpon, sepertinya memastikan apakah dia sudah berangkat atau belum.
"Iya, Sayang. Ini mau berangkat," kata Raja sambil melirik papan lewat kaca.
"Hati-hati, suruh sopirnya pelan-pelan saja. Masih ada waktu kok," ucap Niken di telepon.
"Iya, sayang."
"Ya sudah, aku cuma mau mastiin itu saja. Nanti kabarin kalau deket."
"Hemmm. Iya."
Tut tut tut
Raja menyimpan lagi ponselnya, dan 5 menit telah berlalu.
"Pa ... nanti Raja telat."
Sang papa juga kelihatan gelisah. Namun, dia tetap ingin istrinya ikut. Suka atau tidak, Niken adalah wanita pilihan Raja. Daripada Raja menjadi duda tua selamanya, sang papa pun menyerahkan semua keputusan pada Raja.
Lain cerita dengan mamanya. Sang mama seperti terlalu egois untuk mengakui kesalahannya. Tuduhan dan segala bentuk salah paham di masa lalu sudah terlanjur terjadi. Gengsi mengakui kesalahannya, wanita paruh baya itu teguh pada pendiriannya.
Selang beberapa saat, tidak mungkin menunggu mamanya terus, bisa-bisa ditinggal oleh penghulu dan para tamu, Raja akhirnya berbicara tegas pada papanya.
"Pa ... Hari ini Raja mau menikah kembali. Papa tolong kerja samanya. Kalau kita menunggu mama, entah kapan, Raja pastikan Raja tidak akan menikah selain dengan Niken," ucap Raja dengan tegas.
Suasana hening sesaat, dan sang papa menoleh ke jendela mobil.
"Nah ... itu mamamu!" serunya.
Sang papa langsung membuka pintu mobil dan turun untuk menjemput istrinya. Sedangkan Raja, dia menatap dari dalam. Mengamati di tempat duduknya.
KLEK
Ketika pintu dibuka, wanita dengan kebaya maroon itu langsung masuk ke dalam mobil. Duduk tepat di tengah-tengah.
"Ayo berangkat, nanti macet!" seru sang papa.
Raja dan mamanya diam tanpa berbicara. Sampai akhirnya, mereka mulai dekat dan Raja mengirim pesan singkat ke Niken. Mengabarkan kalau dia akan tiba sebentar lagi. Setelah mengabari Niken, Raja kemudian menoleh ke belakang.
"Mama ... Raja mau menikah. Raja harap, nanti Mama bisa terima Niken lagi."
Sang mama diam, wajahnya datar. Membuat Raja menghela napas panjang. Jujur, selalu dag dig dug mau akad, dia juga gelisah. Takut kalau-kalau acaranya jadi kacau. Alamat dia tidak bisa menikahi Niken lagi.
"Itu kan masjidnya?" sang papa menyela. Mungkin untuk mencairkan suasana.
"Iya, Pa." Raja membuka jendela sedikit.
Raja lalu menoleh lagi, dia kembali was-was. Takut jika mamanya membuat acaranya batal.
"Mama ... Nanti jangan buat Raja jadi anak durhaka ya, Ma."
"Raja cukup, jangan seperti itu dengan mamamu. Bagaimanapun juga dia yang telah melahirkan kamu!" kata papanya.
"Biar, Pa. Biarkan Raja. Cinta sudah membutakannya!" celetuk sang mama.
Raja panik. Jangan-jangan mamanya nanti berulah. Saat mobil berhenti, dia pun dilema. Antara turun atau bicara dulu dengan mamanya lagi.
"Pa ... Raja mau bicara sama mama berdua saja. Boleh?"
Lelaki dengan kening yang sudah berkerut itu mengangguk. Sopir pun ikut turun, hanya ada Raja dan mamanya. Raja bahkan sudah pindah ke belakang.
"Mama ... Raja mau menikah sekarang, Raja harap, Mama mendoakan kami. Raja harap Mama menerima Niken. Raja tahu, Mama yang melahirkan Raja. Tapi Ma ... ada wanita yang sangat Raja cintai sekarang, ijinkan Raja hidup tenang dengannya."
Sang mama melengos, sepertinya terlalu cemburu. Setelah menikah dulu yang pertama, apa-apa selalu Niken, waktu untuk bersama mamanya mendadak lenyap. Segalanya cuma Niken. Mungkin rasa cemburunya yang membuat tak suka Niken. Padahal dulu dia sendiri yang merestui keduanya.
Anak laki-laki memang milik ibunya, dan sepertinya sang mama merasa Niken sudah merebut Raja. Apalagi tanpa sengaja mama Raja pernah melihat Niken jalan dengan laki-laki lain. Kelihatan akrab di salah satu pusat perbelanjaan.
Padahal teman kampus, mencari bahan untuk tugas. Merekam beberapa vlog, tapi malah berujung salah paham. Sampai akhirnya kehamilan Niken disalahpahami.
Kini, Niken kembali merebut perhatian Raja darinya. Hatinya sebagai seorang ibu, merasa anaknya telah dicuri. Raja yang dulu dekat dengannya, kini hanya Niken dan Niken saja.
"Kalian pernah gagal sekali ... kamu pikirkan lagi untuk menikah dengannya."
Raja menarik napas dalam-dalam. Apa menjadi duda 7 tahun lebih belum cukup?
"Apa Mama mau Raja tidak menikah selamanya?"
"Kenapa harus Niken?" protes mamanya.
"Karena Raja jatuh cinta padanya, Ma."
Mamanya langsung memalingkan muka, anaknya sudah cinta buta.
Tok tok tok
"Iya, Pa." Raja membuka pintu, karena tidak mungkin di dalam saja.
Akhirnya, ibu dan anak itu pun turun. Raja mengulurkan tangannya. Membantu sang mama turun. Sambil berjalan, Raja bergumam.
"Ma ... ijinkan Raja bahagia," ucap Raja pelan sambil menggandeng lengan mamanya.
"Kamu yakin, Raja?"
"Raja cuma mau Niken, Ma."
"Bagaimana kalau kamu patah hati seperti dulu?"
"Raja tidak akan melepaskannya seperti pengecut."
"Bagaimana jika dia tidak mau lagi bersama kamu?"
"Hidup Raja mungkin akan menjadi hampa."
Sang mama menarik napas panjang sekali, lalu melepaskan lengan putranya.
"Bahagialah, Raja ... Mama ikhlas," ucap sang mama lalu berbalik dan berdiri di samping sang suami.
Raja menatap mamanya, mata mamanya mengembun. Tatapan itu tidak bisa membohonginya. Semarah apapun orang tua, apalagi seorang ibu, pasti akan melepaskan egonya demi kebahagiaan sang anak.
Raja lalu mendekati mamanya itu, memeluknya dan berbisik.
"Doakan Raja, Mama."
Sang mama akhirnya terisak, mengusap lembut punggung Raja. Sambil mengangguk dan mengusap pipinya dengan sapu tangan mahal miliknya.
Puas sudah meminta restu dari wanita yang telah melahirkannya. Raja kemudian berjalan ke tengah, sudah ditunggu sejak tadi. Sedangkan Niken, dia baru dibawa masuk dan duduk di sebelahnya saat Raja sudah duduk duluan.
Sebelum akad berlangsung, Raja menoleh. Dilihatnya wanita cantik yang menundukkan wajahnya.
"Bagaimana, siap?"
"Siap."
...
Akad yang kedua pun kembali diucapkan oleh Raja, dengan pengantin yang sama dan mas kawin yang sangat sederhana. Senilai dengan tanggal, bulan dan tahun mereka. Sekitar dua jutaan saja. Tidak ada kemewahan yang wah, karena Niken memang hanya ingin pernikahan yang sederhana dan sakral.
...
Terlihat Raja mengulurkan tangannya, dengan yakin mengucapkan sebuah kalimat panjang dengan satu tarikan napas.
""Bagaimana saksi? Sah?"
SAHHHH
..
baru baca udah ngakak aja 😂😂