Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal mula
Kejadian yang merupakan awal mula bagaimana Diandra mengalami amnesia...
Seorang wanita yang saat ini tengah memakai pakaian rapi, berjalan dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam terlihat memasuki loby perusahaan.
Wanita yang tidak lain bernama Diandra Ishana mencoba peruntungan nasibnya pergi ke ibu kota untuk mencari pekerjaan di kota besar.
Begitu ia sampai di perusahaan yang entah ke berapa, ia tidak patah semangat untuk interview sampai diterima.
Ia sangat berharap bahwa perusahaan properti yang saat ini dikunjungi, menerimanya untuk menjadi salah satu staf. Kini, ia sudah masuk ke dalam lift.
Namun, pintu lift yang akan tertutup itu ditahan oleh tangan dengan buku-buku kuat seorang pria yang kemudian masuk ke dalam.
"Apa kau datang untuk wawancara?" tanya pria dengan setelan tiga potong berwarna biru sambil tidak mengalihkan perhatiannya.
Refleks Diandra menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan pria yang tengah mengamati penampilannya.
Sementara itu, pria dengan badan tinggi tegap dan memiliki paras tampan tersebut tak lain adalah Austin Matteo yang merupakan presiden direktur perusahaan.
'Berani sekali dia masuk ke dalam lift khusus petinggi perusahaan,' gumam Austin yang kini menatap penampilan wanita di hadapannya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Karena Austin adalah seorang playboy yang sangat suka bergonta-ganti wanita, membuatnya bisa melihat celah kesempatan di hadapannya. "Aku bisa membantumu diterima bekerja tanpa interview."
"Ikut aku!" Austin segera menarik tangan wanita itu keluar dari lift dan masuk ke dalam ruangan kerjanya.
"Tuan, apa yang Anda lakukan?" Diandra tadinya berpikir jika pria itu hanya membohonginya dengan menganggap ia bodoh. Jadi, tidak menanggapi.
Kemudian Austin. melepaskan tangannya begitu berhasil membawa wanita itu ke ruangan kerjanya dan langsung melancarkan idenya untuk bisa memacari wanita yang dianggapnya sangat menarik itu.
"Aku adalah bos di perusahaan ini. Jadi, tidak perlu kujelaskan kenapa tadi aku mengatakan bisa menerimamu, kan? Bagaimana?"
Austin yang dari tadi tidak mendapatkan balasan dari tangannya yang terulur, kini akhirnya menggerakkan telapak tangannya di depan wajah wanita yang terlihat menatap kosong. Seolah menjelaskan tengah kebingungan untuk mengambil keputusan.
"Haloo! Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan? Bagaimana? Apa kamu mau bekerja sama denganku?"
Diandra yang dari tadi menatap ke arah tangan menggantung di udara tersebut karena masih belum yakin dengan keputusan yang akan diambil.
'Apa yang harus kulakukan? Apa aku terima saja tawaran pria ini agar bisa menjadi salah satu karyawan di perusahaan ini? Apalagi simpanan uangku tinggal sedikit. Jika tidak juga mendapatkan pekerjaan, bisa mati kelaparan aku di Jakarta.'
Hingga lamunan Diandra yang seketika buyar, membuatnya refleks ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang memiliki badan tinggi tegap dan tubuh proporsional di balik setelah jas lengkap tersebut.
Begitu mengangkat pandangan dan melihat wajah tampan di hadapannya, malah membuatnya merasa kesal, kini tidak bisa membuatnya menerima tawaran apapun.
"Maaf, Tuan. Saya tidak mau bekerja sama dengan pria seperti Anda. Saya harus pergi untuk melanjutkan mencari pekerjaan."
Kemudian Diandra membungkuk hormat sebagai salam perpisahan pada pria yang dianggap sangat rapi dan memesona tersebut dan sudah dipastikan bukanlah orang sembarangan.
Karena kembali gagal untuk membujuk, akhirnya Austin yang merasa sangat geram, kini berjalan cepat untuk menghalangi dengan cara menahan pergelangan tangan kiri wanita itu.
"Aku mohon padamu. Seperti yang tadi kukatakan, aku sedang dalam masalah dan membutuhkan bantuan. Lagipula bukankah kamu sedang butuh pekerjaan? Jadi, kamu tidak perlu bersusah payah untuk mencari lagi karena aku akan memperkerjakanmu melalui jalur koneksi."
Sebuah hal yang sudah lazim dijalankan adalah dengan menggunakan sistem koneksi tanpa harus bersusah payah seperti yang lainnya dan menganggap bodoh jika wanita di hadapannya tersebut tetap menolak.
"Astaga!" Diandra yang baru kali ini mendapatkan sebuah tawaran menggiurkan karena sudah merasakan bagaimana rasanya berada mencari pekerjaan di ibu kota.
Bahwa ternyata tidaklah semudah membalik telapak tangan. Apalagi jika gaji besar di perusahaan itu, tentunya ia bisa mencicil utang-utang keluarga.
'Bukankah ini lebih baik daripada menikah dengan bandot tua itu?' gumam Diandra yang kini kembali mendengar suara bariton dari pria di hadapannya.
"Jika kamu menerima tawaranku, aku akan menghubungi pihak HRD untuk menerimamu bekerja di perusahaan ini. Jadi, besok kamu bisa mulai bekerja. Hanya saja, aku ingin kamu berpura-pura menjadi kekasihku di depan pria yang baru saja datang tadi."
Sebenarnya jiwa serakah Diandra sangat ingin menerima tawaran itu. Namun, ia ingin menjaga harga dirinya, agar merasakan hal sama seperti yang dialami di kampung. Tentu saja sebagai orang miskin, keluarganya sering direndahkan oleh orang-orang kaya.
Khususnya adalah pria tua kaya raya di kampung yang mengincarnya untuk dijadikan istri. Namun, masih saja merasa ragu.
"Beri saya waktu untuk berpikir." Akhirnya hanya jawaban itu yang lolos dari bibirnya karena masih tidak bisa berpikir jernih.
Refleks Austin sudah mengacak rambutnya hingga berantakan karena pertama kali digantung oleh seorang wanita.
'Untuk apa lagi ia memikirkan saat beberapa perusahaan tidak ada yang menerimanya. Konyol sekali,' gumam Austin yang menatap intens wanita keras kepala yang dianggap sangat sulit untuk dikalahkan.
"Sebentar, dengarkan aku agar kamu tidak salah paham." Kemudian ia mengeluarkan ponsel dari dalam jas miliknya dan menunjukkan galeri yang berisi beberapa foto wanita cantik dan seksi.
"Ini adalah para kekasihku yang sangat cantik serta seksi. Beginilah seleraku. Aku sama sekali tidak tertarik padamu, jadi jangan kegeeran." Austin tidak bisa melanjutkan perkataan ketika dipotong oleh wanita di hadapannya.
"Lalu apa yang harus kulakukan?" Merasa disindir habis-habisan, akhirnya Diandra membuka suara dan mengakhiri kesombongan pria tersebut.
Refleks Austin tersenyum simpul begitu mendapatkan peluang. "Di depan sahabatku, kamu sekarang berpura-pura menjadi kekasihku! Aku baru putus dari kekasihku dan ia tahu. Pasti berpikir aku dibuang oleh seorang wanita."
Saat menyadari bahwa itu tidaklah sulit, Diandra tidak menyia-nyiakan kesempatan. "Baiklah! Saya setuju karena itu hanyalah sebuah hal kecil saja dan tidaklah susah untuk dilakukan."
Tentu saja Austin tetap refleks langsung menganggukkan kepala untuk membenarkan. "Iya, simpel, kan? Harusnya dari tadi kamu setuju."
Sementara itu, Diandra yang mengingat nasibnya tidak seberuntung pria di hadapannya, sesaat mengungkapkan perasaannya.
'Anggap ini merupakan sebuah kesempatan emas untuk menjadi wanita karir. Apa susahnya berakting menjadi kekasih pria ini. Itu adalah perkara yang mudah,' gumam Diandra yang kini tengah mengulurkan tangannya.
"Baiklah, saya setuju." Diandra menunggu hingga jawaban dari pria di hadapannya tersebut.
Kini Austin tersenyum penuh kemenangan dan menjabat tangan dengan jemari lentik itu. "Oke, kita deal sekarang!"
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...