Karena beda kasta maka Danudirja menitipkan bayi itu ke panti asuhan, pada Yunita putrinya dia berbohong mengatakan bayinya meninggal. Takdir membawa bayi itu pada ayah kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Tentu saja Danudirja kecewa begitu mendapat laporan dari Arya Perdana bahwa benar Risman memang membeli bayi lima juta, diangjat anak, tapi Tiara saat ini tak ada pada mereka.
"Berarti kalau begitu selama ini Tiara berkumpul dengan papa kandungnya," ada rasa lega pada perasaan lelaki tua yang tak berani memberitahu pada Risman bahwa anak.angkat yang diasuhnya itu adalah anak kandungnya sendiri.
"Sebenarnya dengan memasang foto.Nona Tiara di medsos urusannya jadi gampang," ujar Arya Perdana.
Danudirja mengiyakan usulan Arya Perdana, "Namun masalahnya saya melalakukan pencarian ini diluar tahu Yunita putri saya, apalagi kalau sampai Risman tahu jika Tiara itu anak kandungnya ..." ujarnya belum dan masih ragu untuk menggunakan sosmed.
Danudirja tahu akibat yang akan ditimbulkan jika nama Tiara serta fotonya muncul di layar berita sosmed.
Pertama Yunita akan bertanya-tanya tentang upayanya mencari Tiara. Jika sampai putrinya itu tahu, maka akan sangat terpukul jiwanya, dan itu tidak muda menghadapi syok yang akan dihadapi Yunita. Bisa merusak hubungan anak dan seorang ayah.
Kedua Risman akan mengetahui jika itu putri kandungnya, maka dia merasa berhak untuk memiliki gadis itu karena telah bersamanya selama hampit lima belas tahun.
Ketiga baik Risman dan Yunita akan akan menyalahkan dan menudingkan sebagai seotang kakek yang tak memiliki hati nurani karena telah menitipkan cucu sendiri di panti asuhan.
Yang terpenting dari semua kekhawatirannya itu adalah Tiara sendiri. Jelas gadis itu akan kecewa karena tak dikehendaki oleh kakeknya. Gadis itu akan sangat terpukul. Lahir diluar nikah, dibuang ke panti asuhan sangatlah akan memukul batinnya. Bahkan jiwanya akan terluka dengan drama kelahirannya itu.
Jelas tak muda semua bagi Danudirja untuk dapat menghadapi cucunya yang ajan tetkena mental sedemikian berat.
Lalu harus mencari jalan bagaimana untuk menemukan cucunya. Dan satu pula dampak yang akan terjadi pada Tiara. Dicari di medsos khawatir ada orang jahat yang memanfatkannya. Keselamatan Tiara bisa terancam.
Mencari Tiara lewat jalur medsos banyak dampak yang sifatnya negatif. Lalu bagaimana caranya untuk menemukan Tiara cucunya?
Saat inilah baru terasa oleh Danudirja bagaimana kenyataan menghantam jiwanya? Memang tindakan emosi tanpa memikirkan dampak yang akan menerkam balik pada dirinya, tak pernah dipikirkan dulu.
Sekarang bukan saja perasaan dan jiwanya yang menyatu dalam ketercekaman, tapi jelas telah merongrong jiwanya.
"Bagaimana kalau kita sekarang bekerja sama demgan Pak Risman?" Arya Perdana memberi usul.
Danudirja hanya menatap detektif paruh bayah yang tak pernah mata gaya dalam semua upaya menemukan orang hilang.
"Pak Risman pasti sangat cemas dan berharap Tiara ditemukan, cepat atau lambat pasti beliau juga akan mengadakan pencarian dengan caranya sendiri," ujar Arya Perdana memmberikan pandangannya pada Danudirja.
"Caranya?"
"Bapak undang Pak.Risman bertemu," usul Arya Perdana.
Danudirja ragu mengingat dulu dia mengancam lelaki itu dan menghinanya.
Terdiam sesaat.
"Supaya kita bisa mendapatkan foto.Nona Tiara," ujar Arya Perdana.
Danudirja belum memberikan jawaban.
"Tanpa foto Nona Tiara semakin sulit mencari informasi cucu Bapak," ujar Arya Perdana, "Hanya Pak Risman yang punya foto dan data Nona Tiara,"
Apa yang dikatakan Arya Perdana memang benar. Risman adalah pemilik data tentang Tiara cucunya. Jadi tanpa bantuan Risman akan semakin sulit mencari keberadaan cucunya.
Oh apa boleh buat demi menemulan cucu dan untuk menebus salah dan dosanya pada cucu penerus keturunannya dirinya harus menurunkan ego. Bahkan bila perlu mencampakkan harga diri seorang Danudirja pengusaha kaya yang dulu begitu meremehkan ayah dari cucunya.
"Baiklah saya sepakat mengundang Risman," angguk Danudirja merasa tak ada jalan lain lagi.
"Baik, Pak saya akan berkunjung pada Pak Risman," angguk Arya Perdana.
*
Sandi sedang duduk santai di bangku. Ngojol sudah dapat target, kuliah baru kelar dan mempelajari buku menejemen urusan restaurant walau belum selesai, setidaknya sudah tiga puluh persen yang sudah bisa dimengerti.
Nah sekarang istirahat dulu. Menikmati sepoi angin sore.
Ada tangan terulur dengan air putih dingin di depannya.
Sandi menoleh.
Tiara tersenyum.
Aduh kok senyumnya manis sekali, ya," Hai ..."
"Hai juga ... Pasti haus Bang Ojolku yang baik ini," memaksa supaya Sandi menerima gelas berisi air du tangannya.
"Oke, terima kasih," lalu tuntas sudah air di gelas berpindah ke perut di ojol yang ganteng ini.
"Sini gelasnya," tangan Tiara terulur lagi dan mau ke dapur.
"Hai gadis tunggu,"
Tiara menghentikan langkahnya dan menatap Sandi.
"Gimana capek nggak kerja cuci piring?"
"Semua kerja capek tapi bukankah hidup harus berlanjut, Bang?" Santai jawaban Tiara.
"Oke sip," tertawa Sandi, "Lagi istirahat?"
"Istirahat sudah tadi, sekarang ngasoh bentar baru selesai cuci piring," jujur Tiara.
"Oh ya betah tinggal di rumah Bu Bira?"
"Kudu betah kalau nggak bisa tidur di emperan dong ..." tersenyum Tiara, "Tali Bu Bira sangat baik Bang, dia memberi aku baju katanya baju bekas majikannya dulu, lumayanlah daripada baju hanya satu di badan,"
"Iya juga, sih," angguk Sandi tersenyum, gadis ini kok santai ya, padahal jauh dari keluarganya.
"Ngomong-ngomong nggak ada niat, nih, lanjutan sekolah gitu," hati-hati Sandi bertanya.
"Oh tentu ada, cuma aku kan nggak berani kelayapan dalam waktu dekat ini kudu tahu dulu kedua orang tua angkatku aman, nggak , jangan sampai aku ditangkap sama tuh lintah darat keparat yang sudah menjebak ayah angkatku," kali ini senyum Tiara lenyap dan wajahnya yang tadi terlihat ceria, kini berganti dengan kesal, dan kedua matanya menyimpan kabut.
Aduh nyesel banget bikin anak ini jadi bete dan resah begini, batin Sandi.
"Aduh maaf ya Tiara kalau pertanyaanku membuatmu jadi kesal gitu maksudku tadi cuma mengingatkan kalau nggak nerusin sekolah kan sayang "
Wajah Tiara yang muram tiba-tiba saja berubah jadi cerah.
"Santai ajah Bang Ojol, maaf ya kalau aku barusan sempat kesal ingat sama orang yang telah membuatku jadi kabur dari rumah," tapi sedetik kemudian wajah cerah itu berubah jadi muram lagi Tapi terus terang aku juga mikirin ayah dan ibuku gimana kabarnya sekarang, karena lintah darat itu sadis, aku khawatir jika mereka dianiaya oleh dia, apalagi ayahku kan lagi sakit dia nggak.bisa jalan karena terserang stroke saat menyadari jika Sarkim telah menipu dan menjebaknya,:
Kasihan juga nih anak, Sandi menaruh ibah pada gadis remaja loma belas tahun itu, "Atau gimana kalau kamu kasih tahu alamatnya kan sekalian ngojek aku bisa lihat situasi mereka "
Tiara menatap penuh antusias pada Sandi. Tapi dia ragu karena tak pantas merepotkan Sandi. Pemuda itu sudah banyak.menolongnya.
"Heh jangan bengong konon kalau lihat orang bengong tuh suka disusupi roh gentayangan ..."
Tiara melebarkan kedua matanya.
"Tapi bohong ..." Sandi tertawa lepas merasa lucu melihat Tiara ketakutan seperti tadi.
"Ih Bang Ojol nih ..." dan Tiara pun ikut tertawa, tapi tawa Tiara mendadak terhenti dan mendadak wajahnya menunjukkan rasa cemas saat menoleh ke ambang batas antara dapur dan taman belakang restaurant.
"Kenapa beneran ada yang datang?" Sandi menoleh ke pintu dan di sana berdiri Sandra menatap dengan tatapan tanpa senyum.