NovelToon NovelToon
Pesona Ayra Khairunnisa

Pesona Ayra Khairunnisa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Perjodohan / Cintamanis / CEO / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:51.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Sebutir Debu

Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.

Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?

Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?

Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29 Satu Nama diantara Kita

Ada sesuatu yang berbeda pada suasana makan malam di kediaman pak Erlangga. Hadirnya Rani dan Bambang serat si kecil Raka membuat suasana makan terasa hangat.

Bram yang biasanya tak pernah makan malam, malam ini pun ikut duduk di meja makan untuk merasakan kehangatan yang lama tak hadir di keluarganya.

Nyonya lukis duduk diapit oleh kedua menantu nya. Pak Erlangga menatap Rani dan Ayra bergantian. Rasa rindu nyonya Lukis kepada Bambang seketika hilang.

"Bram, kamu tidak makan?"

Bambang melihat piring Bram masih dalam keadaan kosong.

"Tidak. Aku masih sama seperti dulu. Aku tidak suka makan karbohidrat dimalam hari."

Bambang melihat Ayra yang sedari tadi pagi tak pernah melihat ke arahnya berpikir untuk menjahili kakaknya itu.

Bambang membisikkan sesuatu kepada Bram.

"Kau tahu, Karbohidrat kamu butuhkan setelah membuka bungkus istri mu itu. Apakah kau belum mencetak gol di gawang mu?"

"Plak."

Tamparan kecil Bram berikan pada Adi bungsunya itu. Seolah masih penasaran karena wanita yang ada di hadapannya itu seperti apa lirikannya Bambang kembali ingin membuat satu pasang pengantin baru itu salah tingkah.

"Ma, bukankah mereka baru dua hari menikah. Apakah mama tidak ingin memiliki cucu dari Bram?"

Nyonya Lukis yang selalu mengerti bahwa anak bungsunya ini selalu memiliki ulah jahil dan sedikit humoris.

"Mama sudah minta Tante Marisa siapkan untuk kalian. Kemarin Tante Marisa bilang siapkan tiket setelah pesta pernikahan kalian ke Cappadocia."

"Kita? maksud mama, aku dan Rani juga?"

"Ya, papa yang minta karena papa ingin memberi kalian kado pernikahan. Seperti Bram memberikan Ayra di anniversary mama dan papa."

Pak Erlangga meletakkan garpu dan sendoknya. Rani yang sibuk dengan wajah Raka yang belepotan karena makan sendiri di kursi makannya.

Ayra yang telah mengakhiri makannya karena sudah selesai Sedikit mengangkat wajah ke arah pak Erlangga.

"Papa, boleh Ayra minta kado itu dirubah?"

Beberapa pasang mata menatap Ayra. Bram hanya memasangkan telinganya.

"Ya? katakanlah Ay."

"Ayra boleh pilih ke Mekkah bersama Mas Bram pa?"

Bram yang sedari tadi fokus ke ponselnya mengangkat kepalanya.

"Saya tidak setuju Pa. Tidak ada honeymoon. Perusahaan sedang sedikit terkendala. Saya tidak akan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang membuang waktu."

Suara dingin Bram Kembali terdengar.

Ayra kembali menundukkan kepalanya. Pak Erlangga yang melihat Bram masih saja menjaga jarak kepada Ayra.

"Bram."

Nyonya Lukis mengingatkan Bram.

"Kalau kamu Ran?"

Pak Erlangga menoleh ke arah Rani.

"Rani terserah papa dan mama saja asal Raka juga ikut."

Pak Bram melihat kedua putra dan menantunya bergantian. Lalu ia mengeluarkan keputusannya yang membuat Bram dan Bambang tercengang.

"Baiklah Ay, kita akan ke Mekkah dan ke Turki."

"Maksud papa?"

Bram, Bambang, Rani serta nyonya Lukis seakan tak percaya dengan keputusan pak Erlangga.

"Tidak hanya kita. Papa akan mengajak kyai Rohim dan istrinya."

"Subhanallah.... Sungguh pa?"

"Sungguh. Tidak ada yang boleh menolak."

Wajah Ayra menunjukkan kebahagiaan karena ia begitu rindu ingin sekali ia pergi ke Bait Ullah. Tempat dimana menjadi paling sentral bagi seluruh umat muslim di dunia.

"Lalu bagaimana dengan Beni dan Liona pa?"

Bambang seolah tahu jika papa nya tak akan mengikut sertakan kakak keduanya itu.

"Ah mereka tidak mungkin mau ikut. Mereka berdua itu sudah tidak membutuhkan orang lain. Minta Rafi siapkan perjalanan kita setelah resepsi pernikahan mu Bram."

Bram mendengar keputusan pak Erlangga tak bisa berkutik. Hari pertama sang adik yang hampir satu tahun pergi meninggalkan rumah ini tak mungkin harus mendengarkan perdebatan.

Prosesi makan telah selesai. Jika kedua pasangan lainnya telah mengistirahatkan saraf-saraf mereka namun tidak dengan Ayra dan Bram.

Bram masih di ruang kerjanya sibuk dengan layar laptop. Sedangkan Ayra masih mengulang hafalannya. Meninggalkan pondok pesantren yang telah membesarkan nya tak membuat ia lupa akan kebiasaan-kebiasaan yang biasa ia kerjakan.

Ayra memilih duduk di sofa yang ada dikamar Bram. Ia tak berani masuk ke ruang kerja karena Bram masih di dalam. Ia tahu suaminya belum sepenuhnya menerima dirinya, maka ia berusaha untuk tidak membuat suaminya marah.

Bram yang mendengar suara Ayra yang terdengar seperti orang mengaji merasa penasaran. Hingga CEO MIKEL Group itu mengintip dari celah pintu yang tak tertutup rapat.

"Apakah dia mengaji atau bernyanyi? Apa dia tidak lelah?"

Bram melangkah masuk kedalam kamarnya. Bram mengambil intercom dan menghubungi Bik asih untuk membawakan air putih karena cangkir di meja kerjanya telah kosong. Lalu lelaki itu kembali ke ruang kerjanya tanpa melirik atau menatap Ayra.

Hubungan suami istri itu masih dingin. Ayra yang mendengar Bram yang butuh air minum, cepat ia sudahi kegiatannya dan pergi ke lantai bawah. Bik Asih telah berada di depan lift ketika pintu lift terbuka.

Ayra mengambil nampan yang dibawa Bik Asih. Ia berjalan ke arah ruang kerja Bram. Bram yang melihat pintu terbuka namun bukan bik Asih yang membawa minuman itu pun masih bernada sarkas.

"Siapa yang menyuruh mu?"

Ayra meletakan satu gelas air putih disebelah suaminya itu

"Mas izinkanlah aku menjalankan kewajiban ku."

Ayra meletakkan satu cangkir air putih di meja kerja suaminya. Bram masih mengingat jelas kejadian di lift siang tadi. Kembali ia ingin mengerjai istrinya itu. Entah mengapa ia rindu wajah merona dan ketakutan Ayra saat ia goa pagi tadi.

Ayra baru ingin berjalan meninggalkan ruang kerja Bram.

"Tunggu."

Ayra berhenti dan menoleh kearah suara yang memintanya untuk berhenti.

Bram mendekat ke arah Ayra.

"Katakan pada ku apa betul semua yang kamu katakan di dalam lift tadi?"

Ayra menunduk malu karena sikapnya tadi siang menghadapi Shela. Hal itu ia lakukan karena ia sedang mempertahankan apa yang menjadi miliknya dan haknya. Serta menjaga rumah tangganya dari orang ketiga.

Bram kembali berniat ingin menggoda istri nya itu.

"Ya mas. Seorang istri memang adalah salah satu harta suaminya. Hanya suaminya lah yang boleh menikmati setiap inci tubuhnya, aroma tubuhnya bahkan suara manja nya."

Bram mendekat ke arah Ayra. Wajah Ayra sudah cukup tegang.

"Bukan yang itu. Yang bagian akhir sebelum Shela meninggal lift "

.

Ayra gadis yang cerdas cepat merespon dan mengerti arah pembicaraan suaminya. Ia mengangkat kepala nya hingga menatap wajah tampan suaminya yang mengenakan kaos oblong hitam dan celana pendek Chino.

"Apakah mas Bram akan meminta haknya malam ini?"

Bram tersenyum, Ia menatap Ayra dengan tatapan nakal.

Wajah Ayra merona, ia ingat keberanian nya tadi siang namun kini keberanian itu hilang tak berbekas.

Bram maju satu langkah hingga jarak mereka hanya tersisa beberapa centimeter.

Aroma maskulin dari tubuh Bram dapat Ayra hirup dengan jelas.

"Bismillahirrahmanirrahim, Ijinkan hamba membahagiakan suami hamba Rabb. satukan kami dalam sebuah cinta yang engkau ridhoi Rabb. Semoga semua yang hamba lakukan untuk suami hamba bernilai ibadah dihadapan mu Rabb."

"Katakan apakah memberikan satu kecupan pada seorang suami juga arti dari melayani?" Ucap Bram pada Ayra sambil menatap wajah istrinya. Niat hati ingin menggoda, namun bagi Ayra itu adalah sebuah permintaan dan perintah dari seorang suami pada istrinya.

Ayra terasa panas dingin, namun ia tak ingin dianggap istri yang tak pandai membahagiakan suaminya. Ayra cepat memegang kedua pipi Bram, Ia memandangi wajah suaminya. Sangat dekat tak ada jarak. Bahkan hembusan nafas suami nya bisa ia rasakan. Masih dengan gugup, Ayra memejamkan matanya.

Kali pertama ia melakukan itu. First Kiss untuk suaminya. Sesuatu yang halal hanya dilakukan bersama suaminya. Ia hanya mengikuti nalurinya, sekalipun Ayra tak pernah melakukan hal ini. Namun satu sensasi yang ia rasakan dan ketegangan yang timbul pada tubuhnya, serta tangan suami yang reflek memegang pinggang dan kepalanya, membuat Ayra merubah posisi kepalanya.

Masih dengan kedua telapak tangannya yang lembut dan menempel pada pipi suaminya yang memiliki rambut tipis di pipinya. Kedua matanya masih terpejam. Jantung nya berdetak dengan cepat namun ia masih ingin membuat suaminya merasakan suatu kenikmatan yang halal.

Ia ingin suaminya hanya bisa bahagia dengan sentuhan-sentuhan halal, ia ingin suaminya rindu hanya dengan dirinya. Dan sebuah sentuhan pertama bagi mereka sepasang pengantin. Ia ingin merekam dengan jelas rasa yang haram jika dinikmati dengan lelaki tanpa hubungan yang terikat dalam mahligai pernikahan.

Satu rasa yang Ayra tak pernah rasakan apalagi ia lakukan dengan siapapun. Jika selama ini ia hanya tersipu malu ketika pembahasan kitab dimana yang mempelajari segala tentang jima'. doa, waktu, bahkan gaya yang diperbolehkan dalam Islam pun dibahas disana.

Karena berdasarkan pemahaman Ayra, menurut kitab yang membahas berhubungan intim yang paling ideal adalah hubungan intim yang diiringi dengan sifat agresif, kerelaan hati, dan menyisakan naf-su(syahwat).

Kini kedua tangan Bram berpindah pada leher Ayra yang terbungkus jilbab.

Entah karena kaget atau juga menikmati apa yang istrinya lakukan. Bram yang sedari tadi membelalakkan matanya kini mulai memejamkan matanya. Bahkan napasnya mulai memburu. Ia menikmati sensasi ini. Bahkan ada ketenangan dan rasa ingin Lebih. Berbeda ketika bersama Shela. Ada rasa tak ingin lebih ketika bibir mereka bertemu. Namun bibir istrinya itu membuat ia candu. Ia tak ingin bertanya, ia hanya ingin menikmati sensasi itu.

Bram merasa dimanjakan oleh bibir lembut istrinya itu. Tubuhnya pun sedikit ia tundukkan karena ia merasakan jika sang istri sedikit menjinjit untuk memberikan sesuatu yang sebenarnya sering ia lakukan bersama Shela. Namun sensasi yang diberikan Ayra berbeda. Seolah ia mengingat satu wajah dan satu rasa. Namun ia tak tahu dan lupa dimana terakhir kali ia merasakan rasa tertarik pada bibir mungil sepeti istrinya itu.

Namun semua rasa dan kenikmatan yang baru saja sepasang suami istri itu nikmati bersama harus berakhir. Seolah Ayra harus kembali bersabar menghadapi suaminya itu. Ketika Bram melerai pelukan dan coba menelusuri leher Ayra yang tertutupi oleh jilbab, bibir sensual suaminya itu menyebut sebuah nama di tengah napas dan hasratnya yang menggebu-gebu.

"Eemmhh...... Shelaaaa..."

1
Mamahnya Rizka
wah ceritanya bnyk ilmu nih yg bisa di ambil
Fitri Futihah Al Karim
suka ni kalimat semoga para suami yg sdh lelah bekerja masih mau jdi tempat keluh kesah istri
Zulmadewi Wiwiek
Luar biasa
Ita Xiaomi
Ceritanya keren banget. Banyak nasihat dan pembelajarannya. Kesabaran, kesetiaan, perjuangan utk hijrah. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
Faris Fahmi
suci itu jika disiram pake air yg mengalir😔😔
Faris Fahmi
ini otor nya orang Jawa timur bukan Thor?
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
Ima Yusnia
balik lagi 2025 tor
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Yora Fitriani86
Masya Allah Thor/Heart/
Yora Fitriani86
aamiin
Yora Fitriani86
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Siti Najiah
2025 hadiiir
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆
Al-Vunny Venny
eh ya ampun
Yus Warkop
terima lasih author belajar dari bu ayra caranya bagaimna menjadi seorang anak, istri dan ibu meskipun sudah terlanjur tapi tak ada kata terlsmbat dengan baca novel ini walaupun tertatih tatih aku belajar dari kesalahan dan hijrah, bersabar mengolah rasa meskipun belum bisa seperti yg sebenarnya
Yus Warkop
masih ada lanjutannnya,
Yus Warkop
aku baca novel ini pertama kali waktu abis corrona kalo gak salah sekarang mamfir lagi rindu , perempuan sholehah aku lagi belajar sabar
indah
Maa shaa Allaah Author keren banget 💖
indah
Maa shaa Allaah Keren 👏👏👏
indah
ya iya lah bang😥😥
Dulkarim Muda
/Tongue//Tongue/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!