Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Suamimu
"Aku, aku..." seketika Abizar teringat dengan boneka yang dibelinya tadi malam. Ia segera memutar tubuhnya untuk mengambilnya di kursi belakang.
"Aku ingin memberikan ini." Abizar menyerahkan paper bag di tangannya kepada Nia.
Masih dengan wajah yang cemberut Nia menerima "Apa ini ?" tangannya dengan cepat membukanya. Seketika senyum terbit di wajah cemberutnya melihat isi paper bag tersebut.
"Kau suka ?" tanya Abizar. Nia mengangguk sambil memeluk boneka yang baru saja didapatkannya. Akan bertambah lagi koleksi boneka miliknya.
"Apa masih marah ?" pertanyaan Abizar mengalihkan Nia dari bonekanya, lalu beralih menatap Abizar.
"Masih." Nia memasang kembali wajah cemberutnya. Abizar menghela napasnya perlahan. Ternyata membujuk Nia tidak semudah membujuk Melia adiknya yang akan hilang marahnya ketika di beri sesuatu yang di sukainya.
"Aku harus bagaimana agar kau tidak marah lagi ?"
Nia hanya mengangkat kedua bahunya, tidak berniat menjawab pertanyaan Abizar. Ya, Tuhan. Apa dia benar-benar tidak tahu caranya membujuk wanita. tanya Nia dalam hatinya sehingga membuatnya semakin kesal dengan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya.
"Katakan apa salah ku agar aku bisa memperbaikinya." ucap Abizar lembut berusaha untuk membujuk Nia. Tapi Nia masih diam, tidak menjawab.
"Apa karena aku menanyakan tentang hubungan mu dengan pria itu ?" tanya Abizar lagi. "Baiklah, mulai hari ini aku janji tidak akan mencampuri urusan pribadi mu lagi. Aku minta maaf." terdengar rasa kecewa dalam kata yang di ucapkan Abizar.
Dalam hati Nia merasa sedikit tidak suka mendengar perkataan Abizar. Apa Nia ingin Abizar selalu memperhatikannya ? entahlah. Nia yang tidak bisa menahan sesuatu perasaan dalam hatinya akhirnya membuka suara.
"Bukan karena itu. Aku marah karena kau tidak percaya padaku. Padahal aku sudah mengatakan yang sebenarnya." ucap Nia dengan penuh emosi.
Abizar terkejut namun seketika dia tersenyum mendengar perkataan Nia. Tidak seperti yang dipikirkannya. Ternyata Nia marah hanya karena menganggap Abizar tidak percaya padanya.
"Siapa yang tidak percaya. Aku percaya padamu. Sungguh." Abizar meyakinkan Nia tentang kesalahpahaman yang terjadi.
"Tapi mengapa kau menanyakannya berulang kali." emosi masih tidak menyurut dalam hati Nia.
"Aku hanya memastikan saja jika kau benar-benar tidak ada hubungan dengannya. Karena aku..."
"Aku apa ?" Nia memotong perkataan Abizar.
Abizar berpikir sejenak sebelum meneruskan kalimatnya takut membuat Nia bertambah marah. "Karena aku suami mu. Tidak ada suami yang suka melihat istrinya berdua dengan laki-laki lain." lanjut Abizar lagi.
Nia merasa terenyuh mendengar jawaban Abizar. Perlahan emosi yang menyelimutinya mulai hilang. "Hanya itu ?" tanya Nia memastikan.
Tidak, karena aku cemburu. Jawab Abizar dalam hati tapi kepalanya justru mengangguk.
Nia menghela napasnya, jawaban Abizar tidak seperti yang diharapkannya. Lalu Nia berharap apa ? dia sendiri juga tidak tahu apa yang dia harapkan.
"Baiklah. Aku keluar dulu. Terima kasih untuk makan siang dan." Nia menggoyangkan boneka di tangannya.
"Jadi kau sudah memaafkan ku ?" tanya Abizar yang di jawab dengan anggukan oleh Nia
"Tidak marah lagi ?" lagi-lagi Nia mengangguk sebagai jawaban.
"Terima kasih." ucap Abizar lega. Kemudian Nia segera keluar dari mobil. Berjalan masuk ke dalam kantornya dengan senyum melihat boneka di tangannya. Tentu saja Abizar tidak melihat senyuman itu karena Nia berjalan membelakangi mobil Abizar.
Didalam mobil Abizar mengusap wajahnya. "Ya, Tuhan. Ternyata harus sesabar ini menghadapi wanita."