Season ketiga dari novel (Psycho CEO) When the devil falls in love.
Dendam, Amarah, Putus asa, Cinta dan Pengkhianatan terus di rasakan oleh pria tampan itu hingga menjadikan nya penguasa dunia gelap dan pengendali di balik layar yang tak mengenal rasa ampun dan kasihan.
Saat tak lagi percaya dengan 'Cinta' pria itu bertemu dengan gadis yang mampu menggoyahkan hati nya.
Namun apa jadinya jika gadis yang mengisi hati nya tersebut ternyata memiliki hubungan dengan orang yang menjadi sasaran balas dendam nya?
...
"Gila! Kau pikir kau akan bisa membunyikan ku berapa lama?!" umpat gadis itu menatap tajam wajah datar pria di depan nya.
"Entahlah, Mungkin...
Selamanya?" jawab pria itu tanpa ekspresi sembari menyentuh wajah gadis yang sudah ia klaim sebagai milik nya.
"Aku akan membunuh mu! Sungguh!" balas gadis itu dengan amarah yang menumpuk di mata nya.
"Do it! I'll be waiting for that," pria itu mengeluarkan smirk licik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I not your dad
Mansion Dachinko.
Pria itu diam melihat di balik tirai jendela nya, ia membuang napas nya perlahan sesekali ekor mata nya melirik ke arah cincin yang sudah ia beli yang awal nya ia ingin gunakan untuk melamar gadis cantik itu.
"Tuan? Ini data yang tuan minta," ucap Nick saat tiba di ruang kerja tuan nya.
Ia sedikit khawatir pasal nya tuan nya kini mulai mencari tau sendiri tentang keterikatan JBS group dengan orang-orang masa lalu nya.
James menerima apa yang di berikan Nick, "Tes DNA nya sudah keluar?" tanya pria itu sembari menelisik dokumen di depan nya tanpa melihat ke arah bawahan nya.
"Belum tuan, sekitar 5 hari lagi baru hasil tes nya akan keluar." jawab Nick pada pria itu.
James mengangguk, "Ikuti Bella dan laporkan apa yang dia lakukan selama ini."
Nick terbelalak sejenak, "Tuan tertarik pada nona Bella lagi?" tanya pria itu hati-hati.
James menatap tajam ke arah bawahan nya tersebut, "Tidak!"
"Aku meminta mu untuk mengikuti nya karna dia pasti tau siapa D yang di maksud itu dan dari pada membiarkan dia membuat musuh dari jauh lebih baik mengawasi nya dari dekat," sambung pria itu pada bawahan nya.
Nick membuang napas lega mendengar nya namun ia tak sepenuh nya lega karna tuan nya masih mencari informasi tentang keterkaitan masa lalu nya dengan JBS group.
......................
Sementara itu.
Prang!
"Kau bilang dia bisa jadi milik ku lagi! Tapi kenapa sampai sekarang belum?! Ha?! Dia juga mengambil Al!" ucap nya sembari marah dan meracau pada pria tampan yang berada di depan nya.
"Kau juga belum berikan obat nya kan? Lagi pula biarkan saja dia dengan Al," jawab pria itu enteng.
"Bagaimana kalau dia ambil Al? Aku cuma punya Al! Aku..." ucap Bella yang takut ketahuan apa yang ia lakukan.
"Tidak usah pikirkan, dan lagi kalau ada yang tanya hubungan kita katakan saja kau adalah teman lama ku." ucap pria itu dan beranjak berlalu.
"Oh ya, nanti supir yang akan mengantar mu, kalau kau mau pergi sekarang juga bisa, telinga ku gatal karna mendengar ocehan mu." pria itu berhenti dari langkah nya dan mengatakan kalimat tersebut.
Bella masih marah dan takut, ia ingin segera kembali ke kehidupan nya yang dulu lagi namun masih belum bisa karna masih ada penghalang.
......................
Cafetaria.
"Kau diam saja?" tanya Zayn saat melihat gadis yang terdiam sembari memainkan minuman nya dengan sedotan.
"Tidak apa-apa," jawab Louise singkat tanpa melihat ke arah pria yang bertanya pada nya.
"Zayn," panggil nya lirih.
"Hm?"
"Kau ingat? Kita pernah buat janji kalau misal nya umur 30 tahun belum ada yang nikah diantara kita, kita jadi nya nikah bareng?" tanya gadis itu dengan lesu.
"Iya, ingat. Kenapa?" tanya pria itu menatap gadis di depan nya.
"Kita batalkan saja," jawab Louise yang merasa tak perlu membebani pria itu karna pada akhirnya ia akan membawa anak.
Zayn mengernyit, ia tersentak dan terkejut, "Kenapa?" tanya nya segera, "Kau mau menikah sekarang?"
"Bukan! Bukan mau menikah!" sanggah nya segera "Tapi aku..." sambung nya lirih tak dapat melanjutkan kalimat nya.
"Apa?" tanya Zayn pada gadis itu.
"Memang kalau kau nikah, terus ngurus anak orang lain mau?" tanya Louise tanpa mengatakan keadaan nya.
"Kalau suka sama ibu nya yah suka sama anak nya lah, kan gak mungkin di tinggal di laut tuh anak." jawab Zayn enteng, ia sudah tau kenapa gadis itu tiba-tiba mengungkit pembicaraan lama nya.
"Zayn!" sentak gadis itu segera, namun semangat nya turun lagi dan menunduk serta menjatuhkan kepala nya di atas meja.
Pria itu membuang napas nya perlahan, tangan nya beranjak bergerak dan mengusap kepala gadis itu yang tengah berada di atas meja dengan lesu.
"Masalah besok atau nanti itu di pikirkan lagi kalau sudah terjadi, sekarang kau pikirkan saja diri mu sendiri." ucap Zayn sembari mengusap rambut gadis itu.
Louise mengangkat wajah nya dan masih di sandarkan di tangan nya yang di lipat di atas meja, "Hari ini aku tidur di apart mu yah, kalau lihat wajah Louis tuh kayak merasa bersalah." ucap nya lirih.
Entah mengapa ia sulit melihat wajah sang kakak karna kehamilan nya, seperti melakukan sesuatu yang nanti nya akan membuat saudara kembar nya kecewa.
"Di apart ku? Pacar mu nanti gak marah?" tanya Zayn pada gadis itu.
"Aku mau ke mansion nya tapi gak ingat jalan nya," jawab Louise lesu.
"Tidak ingat? Bukan nya kau sering ke sana?" tanya pria itu mengernyit.
"Ia sering tapi kalau udah mau jalan ke mansion nya, aku tidur nanti pas bangun udah sampai, jadi gak pernah tau." jawab gadis itu dengan jujur.
Zayn mendengar nya, ia merasa ganjal jika gadis itu terus tertidur setiap kali di bawa seolah tempat tersebut adalah tempat yang tak boleh sembarang di ketahui lokasi nya.
"Kau kan bukan orang yang suka tidur di mobil," ucap Zayn pada teman cantik nya itu.
"Iya, tapi ngantuk yah tidur lah." jawab Louise sekena nya.
"Tidak ada yang kau ingat?" tanya Zayn lagi pada gadis itu.
Louise memutar bola mata nya, berusaha mengingat ketika ia pulang pergi dari mansion tersebut.
"Ada, aroma Pinus!" jawab Louise setelah mengingat nya.
"Pinus? Kau tak melihat jalan nya?" tanya Zayn lagi.
Louise menggeleng, mata nya selalu berat dan mengantuk jika ia pergi ke mansion ataupun kembali dari mansion tersebut.
"Kenapa sih? Dulu kalau aku tidur di apart mu gak ada masalah! Sekarang jadi tidak boleh!" ucap gadis itu bersungut-sungut
"Boleh aja, tapi nanti jadi masalah dengan pacar mu." jawab Zayn pada gadis itu, "Lagi pula kau juga apa tidak takut?" tanya pria itu.
"Takut apa?" tanya Louise mengernyit.
"Aku kan juga pria," jawab Zayn pada gadis itu.
"Terus? Louis juga pria tuh," jawab gadis itu enteng.
"Kalian kan saudara kandung, memang nya aku saudara mu?" tanya pria itu sekali lagi.
Louise menggeleng kan kepala nya, "Kau kan My Baby Zayn!" jawab nya tersenyum.
Baginya pria itu maupun kakak nya adalah jenis yang sama, ia tak pernah menganggap jika pria itu akan memiliki maksud lain ataupun memliki perasaan pada nya sebagai seorang wanita.
"Kenapa bisa ada orang seperti mu..." ucap Zayn menggeleng pada gadis itu, ia tak bisa mengatakan apapun lagi tentang sifat tidak peka gadis itu.
.....................
Mansion Dachinko.
Mata pria itu membulat membaca pesan dari gadis nya yang membuat nya merasa mendidih.
James, hari ini aku mau tidur di apart Zayn yah...
Ia memang tidak serta merta langsung menginap namun ia juga memberitahu pria nya agar tak ada kecemburuan tak berdasar atupun tindakan sembunyi-sembunyi seperti sedang selingkuh.
Pria itu pun bergegas menelpon gadis nya, setelah panggilan nya tersambung.
"Tidak! Mau ngapain kalian?! Dimana? Aku jemput!" ucap James ketika panggilan nya tersambung.
Pria itu semakin kesal begitu mendengar jawaban gadis itu yang membuat nya mematikan telpon dan bergegas menjemput nya.
...
Cafetaria.
Gadis sedikit mengusap telinga nya mendengar ucapan marah dari pria nya begitu ia mengangkat panggilan nya.
"Mau menginap! Lagi pula juga cuma tidur aja kok! Dulu juga ser-" gadis itu tiba-tiba mendengar panggilan terputus, "Halo? James? Halo?" panggil nya lagi.
Louise pun melihat ponsel nya yang sudah tak ada panggilan apapun lagi.
"Di marahin?" tanya Zayn pada gadis itu.
"Iya," jawab gadis itu mengangguk pelan.
"Kau jadi menginap nanti?" tanya pria itu lagi.
"Tidak tau," jawab gadis itu lirih.
Zayn hanya tersenyum tipis melihat wajah lesu gadis itu yang tak bersemangat.
Tak berapa lama kemudian.
Pria itu datang, tentu nya Louise terkejut namun ia ketika ia melihat ponsel nya ia tau pria itu menggunakan GPS di ponsel nya untuk mengetahui keberadaan nya.
Walaupun Zayn sempat mencegah James untuk menarik paksa gadis itu namun Louise sendiri lah yang akhirnya tetap memilih pria nya dibanding sahabat nya.
Zayn tak bisa mengatakan apapun lagi, jika gadis itu yang memilih pergi dengan sendiri nya.
...
Mobil.
"Tadi cuma bercanda aja, tidak serius kok!" ucap Louise berdalih pada pria yang terlihat marah tersebut.
"Kau pikir menginap di tempat pria itu hal yang biasa saja?! Apa lagi dia itu- Ck sudahlah!" decak James yang tak melanjutkan kalimat nya.
"Kami kan dari kecil sering bareng, dulu kalau nginap di apart bibi Lala juga tidur nya sama Zayn." jawab gadis itu mengingat masa kecil nya.
"Itu kan waktu kalian masih kecil! Ini kalian sudah dewasa!" sentak pria itu segera.
"Tapi kan masih sama!" jawab Louise tak mau kalah, baginya pria itu masih Zayn yang dulu dan sama seperti saudara kembar nya.
James memejam ia membuang napas kasar, "Bagaimana kalau situasi di balik? Aku yang menginap di apart Bella, kau mau?" tanya pria itu.
"Tidak lah! Dia kan mantan mu! Mau ngulang masa indah kalian?!" tanya Louise sekali lagi.
"Kau saja tak mau kan?!" tanya James pada gadis itu, walaupun ia curiga tentang keterikatan keluarga nya namun bukan berarti ia tak cemburu.
"Zayn kan teman ku, bukan mantan pacar ku!" jawab Louise tak mau kalah.
Dan pada akhirnya kedua nya masing-masing diam, tak bersuara apapun setelah pertengkaran kecil nya.
Lalu gadis itu pun kembali lupa mengatakan tentang kehamilan nya, ia bahkan terkadang lupa jika sudah hamil karna awal nya ia memang tak menginginkan kehadiran malaikat kecil itu di perut nya.
......................
5 Hari kemudian.
James membuka hasil yang di berikan oleh Chiko, ia melihat wajah bawahan nya itu sudah menatap nya dengan beda.
Pria itu membuang napas kasar melihat nya, walaupun kemungkinan seperti ini ada namun tak berharap nyata.
"Dia bukan putra biologis tuan," Chiko membuka suara nya.
"Hm, tapi kenapa wajah nya sangat..." pria itu yang tak habis pikir.
"Mungkin dia termasuk kerabat tuan?" tanya Chiko pada pria itu.
"Kau tidak punya keluarga semua nya sud- Oh ya, benar aku punya satu." ucap James yang ingat keluarga dari paman dan bibi nya yang jahat memiliki satu putra yang dulu nya mempunyai usia yang sama dengan nya.
"Kau bisa keluar," ucap James pada Chiko.
Ia membuang napas nya kasar nya dan menyentuh dahi nya saat kepala nya terasa sakit.
...
"Daddy!" Arnold dengan polos nya langsung berlari dan memeluk pria yang ia anggap sebagai ayah tersebut.
James membuka pelukan nya dan berjongkok melihat wajah polos dan binar anak yang tidak atau apapun itu.
"I'm not your Dad..." ucap nya lirih sembari mengusap wajah anak tampan tersebut.
Al menatap bingung pada pria di depan nya, "You're my Daddy!" ucap nya yang tak mengerti maksud perkataan pria itu dan memeluk nya.
James menepuk punggung mungil itu sejenak.
"Dad, kangen Mommy..." ucap Arnold pada pria itu setelah melepaskan pelukan mungil nya.
"Hm, kau akan kembali ke ibu mu hari ini." ucap James pada bocah itu sembari memperhatikan wajah nya.
Tidak tak mirip Bella juga, dari mana anak ini?
Apa Bella mengambil nya saja?