Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Selesai sholat, Senja langsung makan siang.
"Ibu sudah makan, Bu?" tanya Senja.
"Sudah, Sen. Kamu saja lagi," balas Ibu.
"Ayah mana, Bu?" tanya Senja.
"Ayah tadi kerja di ladang tetangga kita. Jadi makan siangnya Ayah di sana," balas Ibu.
"Oh begitu," ucap Senja yang langsung melahap makanannya.
"Bu, besok Senja pulang juga terlambat ya! Soalnya kami besok ada acara kumpul dulu sama teman-teman kelas. Seperti foto bersama ke studio, dan makan bersama," ucap Senja.
"Oh iya, tak apa-apa asalkan kamu jelas kemananya! Lalu tidak lupa minta izin. Karena anak zaman sekarang banyak yang pergi keluar rumah tanpa izin orang tua, membuat orang tua dan keluarga khawatir saja. Besok kamu sudah selesai ujian ya, Sen?" tanya Ibu.
"Iya, Bu. Besok terakhir," balas Senja.
"Hmm, berarti besok Senja diizinkan kan, Bu?" hehe, tanya Senja lagi.
"Iya."
****************
Di rumah Novi...
"Novi, kamu sudah selesai ganti baju dan sholat, Nak?" tanya Ibu.
"Sudah, Bu," jawab Novi yang langsung keluar dari kamarnya.
"Ya sudah, ayok makan dulu! Setelah itu minum obatmu ya, Nak," ucap Ibu.
"Hmm, baik, Bu," jawab Novi.
Novi melihat perubahan pada Ibunya yang akhir-akhir ini sudah mulai lembut dalam berbicara padanya.
"Bagaimana ujianmu hari ini, Nov?" tanya Ibu lagi saat melipat pakaian.
"Alhamdulillah lancar, Bu. Tadi juga Novi pulang telat, habis ngumpul dulu sama teman. Cerita banyak, ada ketawa ada nangis juga, hehe," balas Novi.
"Hmm, wah asik dong," balas Ibu. Ibu juga bersyukur karena Novi sudah mulai ceria dan banyak cerita kepadanya.
"Ya, Bu, asik bangat," ucap Novi kegirangan.
"Besok juga ada acara lagi, Bu. Ada foto bersama dan makan bersama, sama teman sekelas. Novi tidak sabar untuk besok," ucap Novi lagi yang senyum-senyum sendiri.
Ibu melihat Novi bahagia sekali sudah mulai akrab dengannya, dan keadaan Novi kayaknya sudah membaik.
"Wah, kamu harus hadir berarti besok ya, Nov?" tanya Ibu yang sudah pasti tahu jawabannya.
"Iya dong, Bu. Kalau Novi tidak hadir besok, acaranya tidak bakalan asik, hehe," ucap Novi sambil makan nasi.
"Ya sudah, selesaikan dulu makannya! Nanti keselak nasi," ucap Ibu mengingatkan Novi.
"Hehe, siap, Bu."
10 menit kemudian Novi selesai makan.
"Ibu, mana obat Novi yang di atas meja makan ini?" tanya Novi.
"Itu Ibu pindahkan ke atas lemari TV," jawab Ibu.
Novi langsung mengambil obatnya dan meminumnya.
"Bagaimana, Nov? Apakah sehari tadi masih ada mimisan?" tanya Ibu.
"Alhamdulillah tidak, Bu. Kan sudah Novi bilang, insyaallah setelah minum obat, Novi akan sembuh. Jadi Ibu tidak perlu khawatir."
"Alhamdulillah," jawab Ibu.
"Ya sudah, sekarang kamu istirahat dulu ya! Jangan terlampau lelah, biar Ibu nanti yang cuci piringnya," ucap Ibu sambil lipat kain.
"Wah, benaran, Bu?" tanya Novi yang berbinar-binar mendengar ucapan Ibunya. Biasanya Ibu Novi tidak akan lupa dengan tugas Novi cuci piring setelah makan.
"Hmm, iya benaran. Sekarang istirahat saja dulu!" ucap Ibu lagi.
"Hehe, ok, Ibu. Terimakasih, Ibuku yang terbaik," balas Novi yang langsung masuk ke kamarnya.
Ibu Novi jadi terharu mendengarkan kata anaknya yang mengatakan Dia adalah Ibu yang terbaik.
"Terimakasih ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku, agar Aku bisa memahami sifat dan karakter anak-anakku," ucap Ibu terharu.
"Ternyata tidak dengan kemewahan dan harta banyak untuk membuat anak bahagia. Dengan perkataan yang lembut, selalu ada di saat suka dan duka, mengajak anak bekerjasama adalah keistimewaan yang didambakan semua anak."
"Ternyata menjadi Ibu tidaklah mudah, kadang mudah emosi dan tidak sabaran. Namun balasannya adalah Surga."
****************
Malam itu, rumah Senja diselimuti ketenangan. Lampu di ruang tamu memberikan cahaya lembut, sementara bayangan pepohonan di luar terlihat samar-samar melalui jendela. Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, membicarakan tentang besok yang merupakan hari terakhir ujian Senja.
"Bu, besok Senja terakhir ujian ya, Bu?" tanya Ayah.
"Iya, Yah, besok Senja sudah selesai dengan ujiannya," balas Ibu.
"Ayah belum ada uang untuk pelunasan utang Senja di sekolah, Bu," ucap Ayah dengan nada sedih.
"Ibu paham, Yah. Atau kita coba pinjam dulu sama tetangga kita, Yah?" ucap Ibu memberikan usulan.
"Jangan, Bu. Nanti kalau kita pinjam, bukan uang yang didapat, malahan hinaan dan cacian. Seperti dulu kita juga pernah pinjam uang untuk Rehan sekolah dulu," jawab Ayah.
"Iya juga ya, Yah. Terus apa lagi yang kita lakukan, Yah?" tanya Ibu.
"Besok biar Ayah yang memikirkan, Bu. Insya Allah, Allah akan menolong kita. Sekarang kita tidur dulu, sudah malam," ucap Ayah dengan lembut.
"Iya, Yah," jawab Ibu.
Semuanya pun tertidur, meninggalkan keheningan malam yang dalam.