Rumah tangga yang baru dibina satu tahun dan belum diberi momongan itu, tampak adem dan damai. Namun, ketika mantan istri dari suaminya tiba-tiba hadir dan menitipkan anaknya, masalah itu mulai timbul.
Mampukah Nala mempertahankan rumah tangganya di tengah gempuran mantan istri dari suaminya? Apakah Fardana tetap setia atau justru goyah dan terpikat oleh mantan istrinya?
Ikuti kisahnya yuk.
IG deyulia2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Mengurung Diri Kamar
Tubuh Nala sangat lemas, setelah barusan mual-mual di kamar mandi. Tapi, ia masih bertahan di dalam kamar, ia tidak mau memperlihatkan diri di depan Dana maupun kedua mertuanya. Hatinya kini dilanda sakit hati.
Rasanya ia ingin membanting semua yang ada di hadapannya, sebagai pelampiasan rasa sedih, kecewa dan sakit hati yang diberikan ibu mertuanya, Dana, maupun Devana.
"Bu, Nala ingin pergi dari sini. Nala ingin pergi, Bu. Nala tidak ada yang membela di sini," pekiknya kembali menangis.
Entahlah, Nala saat ini benar-benar merasa sangat sedih. Kalimat-kalimat hiburan sang ibu, tidak bisa membuatnya merasa kuat dan sabar.
Sore sudah menjelang, tapi Nala masih belum keluar dari kamar. Bi Marni dari siang sudah beberapa kali mengetuk pintunya dan mencoba memberitahu Nala untuk makan. Akan tetapi, pintu kamar itu masih saja belum terbuka.
Terpaksa Bi Marni menghubungi Dana, dan memberitahukan kalau Nala sejak pagi masih mengurung diri di kamar.
Sementara Nala yang berada di dalam kamar, terbaring lemas. Setelah tadi puas menangis, ia sangat lelah dan ngantuk, akhirnya Nala ketiduran sampai sore.
Sebenarnya ketukan Bi Marni siang tadi, sempat Nala dengar, tapi Nala memang tidak berniat membuka pintu itu.
Nala bangkit, sembari meraba-raba ranjang. Tubuhnya memang benar-benar lemas, terlebih sejak pagi ia belum makan. Sehingga untuk bangkit saja ia merasa tidak kuat.
Akhirnya Nala bisa menduduki ranjang. Kepalanya merunduk, karena terasa pusing.
"Kenapa, disaat aku hamil seperti ini, kesedihan bertubi-tubi menimpa. Tiba-tiba mantan istri Mas Dana datang, seakan sengaja membuat pertahanan jiwaku goyah."
"Hiks, hiks, hiks."
Tangis Nala pecah kembali, bagaimanapun disaat sedang hamil muda ini, dirinya ingin dimanja. Ingin ada seseorang sebagai sandaran.
"Apakah aku harus ke rumah ibu saja?" gumamnya.
"Tok tok tok."
"Sayang, kamu tidur di dalam? Buka pintunya, ya. Izinkan Mas masuk. Tolong, buka pintunya. Kata Bi Marni, sejak pagi kamu belum keluar kamar dan makan."
Tiba-tiba pintu kamar diketuk Dana. Dana baru pulang setelah ia dihubungi Bi Marni. Untung saja tadi kegiatan gladi bersih di kantor sudah selesai. Sehingga Dana bisa langsung pulang ke rumah.
Nala terkejut, dia menatap pintu. Orang yang diharapkan perhatian dan memanjakannya sudah datang dan ada di depan pintu. Namun, hati Nala terlanjur sakit dan kecewa. Nala tidak mau membukakan pintu kamar itu, biarkan saja Dana mengetuk-ngetuk pintu itu sampai bosan.
"Sayang, buka pintunya. Mas khawatir," ujarnya lagi. Nada suaranya memang terdengar khawatir.
"Tumben banget kamu bilang khawatir, Mas," gumamnya.
Sampai tiba waktunya maghrib, Nala masih saja belum keluar dari kamar. Hal ini benar-benar membuat Dana sangat khawatir.
Hari ini Dana sebetulnya bisa fokus membersamai Nala, karena Raina ia paksa untuk pulang ke rumah kakek dan neneknya. Tadi, ia sudah meminta Devana supaya memulangkan Raina ke rumah orang tuanya.
"Sayang, tolong buka pintunya. Kamu belum makan. Mas tidak mau kamu sakit. Ayo, buka, ya pintunya," bujuk Dana. Ia kembali lagi menuju pintu kamar yang dikunci Nala, karena ia memang benar-benar khawatir.
Setelah beberapa kali Dana mengetuk, ia menyerah. Dana bergegas menuju ruang tengah, sambil menunggu pintu kamar itu terbuka,
Tepat jam 19.00 Wib, Nala sudah merasakan perutnya sangar lapar.
"Ya ampun, perut aku sangat lapar," gumamnya seraya meraba perutnya yang rata.
"Akhhh, ya ampun. Aku sedang hamil, kenapa aku menyiksa diriku sementara bayi dalam perut ini butuh makanan?" Nala yang merasa lapar, tersadar bahwa di dalam dirinya kini ada janin yang butuh asupan makanan.
"Mama sampai tidak sadar kalau kamu sangat butuh makanan. Mama terlalu sedih dan kecewa, Nak. Mama sedih, Mama seperti tidak ada pegangan dan tempat berlindung," adunya berbicara kepada perutnya yang saat ini ia usap-usap.
"Maafin mama. Kamu harus kuat di dalam perut mama, agar mama ada teman dikala sedih maupun senang," gumamnya lagi sambil mengusap air matanya yang sejak tadi masih setia mengalir.
Karena memang lapar dan tidak mau membuat janin dalam perutnya kenapa-kenapa, Nala berusaha bangkit meskipun untuk tiba di muka pintu, ia harus jalan meraba-raba.
Perlahan pintu kamar itu ia buka, Nala memaksa keluar kamar karena ia lapar dan tidak mau janin dalam kandungannya kenapa-kenapa.
"Trekkkkkk."
Suara pintu kamar yang terbuka, berhasil mengejutkan sekaligus membahagiakan Dana, yang sejak tadi membaringkan diri di atas sofa beranda lantai dua rumahnya.
Dana segera bangkit lalu menghampiri pintu kamar. Senyum di bibirnya merekah melihat Nala muncul di muka pintu.
Dana melihat iba, sebab ia melihat Nala yang pucat dengan rambut yang kusut.
"Sayang, kamu keluar juga akhirnya. Ayo, kamu pasti lapar. Kita turun dan makan, ya." Dana meraih lengan Nala dan membujuknya. Sayang, Nala menyingkirkan tangan itu. Dia tidak mau melihat kekhawatiran yang pura-pura dari wajah Dana.
Tanpa menyahut atau berkata apapun, Nala segera bergegas, meskipun tubuhnya saat ini benar-benar lemas. Nala masih menyimpan kesal yang dalam.
"Sayang, jangan diam begini. Mas minta maaf."
Nala berhenti, niatnya tidak ingin bicara apa-apa lagi kepada Dana, tapi gagal. Bibirnya seakan tidak tahan ingin berkata, "Kenapa Mas Dana harus khawatirkan Nala? Fokuslah pada Raina dan Mamanya Raina," tandasnya. Meskipun suaranya lemah, tapi cukup membuat Dana tersindir.
"Ya ampun, Nala. Kenapa harus bicara seperti itu? Kamu masih saja berpikiran kalau aku masih menginginkan Devana," gerutu Dana sembari menatap kepergian Nala ke bawahh.
kuncinya dana harus tegas dan mertua g ikut campur
bener2 mertua jahat bisa2nya GK bisa bedain mana wanita terhormat dan wanita bar2.