Alina terpaku saat melihat janur kuning disebuah gedung nama Kaka sepupu atau kaka tirinya terpajang dipapan janur kuning.
wanita mana yang tidak sakit hati dikhianati oleh Kaka tiri..Dan calon suaminya.
Ira Kaka tiri atu sepupu Alina.adalah anak bawan ibu tirinya,ayahnya Alina menikahi Hamidah ibunya Ira setelah satu tahun ibunya Alina menikah.
Hamidah adalah adik kandung Halimah yang kebetulan seorang janda. keluarga meminta Subandi ayah Alina turun ranjang.semua dilakukan demi anak-anak mereka.
" astaghfirullah..! sejak kapan Mas Ardi dan Ira pacaran?? kenapa begitu tega mayakiti ku."
kakinya kaku seperti tertanam ditanah tidak bisa digerakkan saat melihat papan nama itu...Wita sang sahabat menenangkan hati Alina.
" tarik nafas dan beristighfar, tenang kan hatimu." ucap Wita.
ikuti kisahnya dinovel yang berjudul.
ditikung Kaka tiri dipinang pengusaha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur silawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Ira dirumah Alina.
"Apa dokt,istri saya keguguran?baguslah kalau keguguran, saya belum siap menjadi bapak, lebih baik keguguran saya males di di panggil Ayah."semua tercengang mendengar ucapan kasar Adi.
"Astaghfirullahaladzim..!! "teriak, mereka bersamaan.. Semua wanita yang ada di ruang itu menatap Ardi marah.
"Hati-hati Bapak dengan ucapan, jangan sampai Bapak tidak diberi keturunan seumur hidup oleh Allah.. karena tidak pernah mensyukuri.apa yang sudah Allah karunia kan kepada bapak."ucap tegas,dokter kandungan wanita.
Ira hanya bisa menangis sesegukan, mendengar ucapan kasar suaminya.. Ardi benar-benar sangat tega dan tidak punya perasaan terhadap istrinya.
Bisa-biasanya dia mengucap syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala, karena istrinya keguguran.. tidak sedikitpun dia memikirkan perasaan istrinya yang sangat hancur hatinya karena kehilangan buah Hati mereka.
"Saya bicara fakta Dokter Saya memang belum siap memiliki anak.Saya baru saja kehilangan pekerjaan. Dan lebih bagus anak itu hilang dari sekarang. Dari pada dia lahir. saya tidak bisa memenuhi kebutuhannya. Kasihan melihat anak itu, hidup dalam kekurangan nanti."ucap Ardi tegas. lalu dia meninggalkan ruangan itu begitu saja.
Ardi tidak ada basa-basi bertanya tentang keadaan istrinya. memberikan support kepada Ira.. Selama di dalam ruangan bersalin, Ardi tidak menyapa ataupun melihat Ira sama sekali.
Membuat Ira semakin terpuruk, Hatinya hancur . Sudah kehilangan anak.mendapatkan perlakuan tidak enak dari suami, dunia Ira rasanya mau kiamat hari ini.
"Sudah Bu jangan dipikirkan doakan saja suami Ibu mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala.. jika Ibu sudah lelah berdoa, dan suami Ibu masih tidak ada perubahan.. keputusan semua di tangan ibu, kalau kuat bertahan.. kalau tidak kuat tinggalkan. Cari laki-laki yang bisa menghargai dan menyayangi dengan tulus."nasehat dokter kandungan itu kepada Ira.. Dokter itu sangat yakin nasehatnya, tidak akan didengar oleh Ira Yang sangat mencintai Ardi..
Tidak lama Hamidah datang bersama Pak Subandi.. ia kaget mendengar kabar, putrinya masuk ke rumah sakit.
"Kenapa bisa seperti ini Nak? apa kamu jatuh? "Ira diam, dia tidak menjawab semua pertanyaan ibunya. Jiwanya terasa mati, yang dia pikirkan saat ini bukan lagi janin yang hilang, melainkan suaminya, Ira sangat takut Ardi akan pergi meninggalkannya.
"Apa yang terjadi Yani, Kenapa kakakmu bisa keguguran seperti ini? Ardi mana?"Bu Hamidah menatap Yani, yang duduk di samping Ira..
"Entahlah Bu saya kurang jelas, kronologisnya seperti apa. Saya pulang dari mencari pekerjaan.. sampai di rumah kontrakan Mas Ardi, sudah banyak orang berkerumun.Dan saya melihat ka Ira Sudah mengalir darah dari pahanya."jelas Yani ke Bu Hamidah..
"Belum rezekinya Bu. Insya Allah akan di kasih lagi keturunan tepat pada waktunya. Saat ini yang terpenting sekali mental Bu Ira sehat. Jangan ada tekanan dari manapun. Dia butuh dukungan bukan nasehat untuk saat ini."ucap Dokter wanita itu. Hamidah mengangguk mengerti apa yang dimaksud oleh dokter tersebut.
"Terima kasih banyak Dok. Yang terpenting saat ini anak saya sehat seperti sediakala."Hamidah menarik napas panjang lalu menghembuskannya..
Dari tadi dia mencari Ardi, tapi tidak dia temui menantunya itu. Rasa dongkol bergelayut di hati Hamidah.
"Kakak kamu ke mana? Istrinya sedang kesakitan dia tidak ada. Anak saya seperti ini pasti karena ulah Ardi..
"Sebaiknya tidak boleh saling menyalahkan Bu.. semua terjadi karena dua-duanya sama. Jika kita mendengar pengaduan dari satu pihak, sudah otomatis dia akan membelah diri begitu juga dengan sebaliknya.. menurut saya, kak Ira dan Mas Ardi sama-sama egois dan keras kepala. Makanya mereka jodoh.jawab Yani tegas.
"Bu Ira tidak mau pulang ke kontrakan, Boleh tidak Ira pulang ke rumah ibu eh.. Maksudnya ke rumah Alina?"pinta Ira, Hamidah menatap Subandi penuh kecemasan. Subandi mengerti arti tatapan istrinya itu.
"Tidak apa-apa kalau hanya Ira, tapi kalau suaminya ikut serta .Bapak keberatan"jawab Subandi, Yani mengangguk ia membenarkan apa yang dikatakan subandi.
"Ira, sendiri yang mau pulang ke rumah bapak Ira butuh istirahat dengan tenang selama pemulihan pasca keguguran. Boleh ya pak?"Subandi mengangguk setuju.. jujur saja Hati Subandi prihatin melihat keadaan anak tirinya itu. Jauh di lubuk hati yang paling dalam Subandi sangat bersyukur Alina tidak jadi menikah dengan Ardi.
Sore hari,Alina pulang kerja ia dapati kakak sepupu penghianatnya itu sedang berbaring lemah di ruang keluarga.
Dan kebetulan Alina pulang bersama Wita, mereka berdua langsung masuk ke kamar Alina, tanpa menyapa Ira yang sedang berbaring di depan televisi.
"Lina ..!tega Banga lho tidak ada basa-basi menegur gue dan menayakan keadaan gue. main masuk kamar saja."protes Ira ketus, Alina menghentikan langkahnya, lalu menatap Ira yang masih terbaring lemah.
Alina sudah diberitahu bapaknya,Ira keguguran..Dan tinggal di rumah mereka selama pemulihan.
"Lu ngapain berbaring di depan televisi. Nggak enak dilihat. Kalau lu sakit tidur dalam kamar istirahat dengan tenang di sana. Bukan berbaring di depan televisi seperti ini.. "jawab Alina Ketus, Ira maunya Lina berbasa-basi menanyakan keadaannya.
Alina yang sudah sangat sakit hati dan malas berhubungan dengan Ira.ia sudah tidak perduli dengan musibah yang menimpa Ira.
Buat apa ia basa-basi perduli dengan Ira,belum tentu Ira juga perduli Jika dia mengalami musibah dan kesedihan.
Yang ada selama ini mereka yang menciptakan kesedihan dan penderitaan Alina.. baru dikasih cobaan keguguran Ira sudah seperti orang gila menangis meraung-raung, dan mengutuk semua orang beserta penciptanya. Apa kabar Alina yang bertahun-tahun mereka siksa dan diperas tenaganya.
Alena sudah blacklist Ira dan ibunya dari hati dan pikiran.. terserah mau dikatakan jahat Ia sudah tidak perduli yang terpenting dua manusia itu hilang dari hati dan pikirannya demi kewarasannya.
Setelah menegur Ira , Alina berlalu masuk ke dalam kamarnya..
"Mbak Ira keguguran Lin? "Tanya Wita.
"Kata Bokap gue seperti itu, keguguran penyebabnya sih tidak tahu dan gue tidak mau tahu juga.Ora urus hehehe.kejam gue sekarang ya??"jawab Alina sambil tersenyum menatap sahabatnya itu.
"Nggak kejam juga sih biasa saja hehehe,tapi Ngapain dia harus berbaring di tengah-tengah ruangan,Risih melihatnya kalau bokap lu keluar masuk dalam rumah ini.. nggak punya otak banget sih dia, itu kan ada kamar tamu kenapa nggak tidur aja di kamar tamu??"protes Wita,Alina mengangkat kedua bahunya, tanda ia tidak perduli.
"Entahlah, hanya Tuhan dan dia yang tahu tujuan dia berbaring di tengah-tengah ruang untuk apa?? Gue males komplen ke emaknya."jawab Alina.
"By the way lu nginep kan? gue ampe lupa, lu mau cerita apa Wit? Saat kita bertelepon Lu berapi-api banget menceritakan customer lu yang nyebelin."tanya Alina.
"Bete banget gue sama tuh cowok.Cerewet banget kayak emak-emak. Gue kan packing sesuai dengan orderan customer. Seenak hatinya, itu cowok minta return, dia berubah pikiran mau ganti warna.. bikin tensi gue naik Saja."ucap Wita.
"Oh.. cowok yang belanja? Gue pikir cewek.Tapi keren sih itu cowok, mau membelikan ceweknya baju.. Dia pula yang memilihkan."jawab Alena.