NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:57.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

" Kamu ada yang sakit ngga, atau pengen sesuatu jangan sungkan untuk mengatakannya. Saya ngga mau terjadi sesuatu sama kamu" ucap Arkan yang duduk di disamping Dara. Disana ada juga Rafa yang sibuk dengan cemilannya.

Dara hanya mengangguk pelan, menyandarkan tubuhnya ke sofa. Rafa duduk di karpet dengan semangkuk biskuit kecil, memakannya sambil sesekali melirik ibunya.

Rafa menatap papanya, lalu bundanya, lalu kembali ke biskuitnya. “Bunda kenapa sih? Sakit perut lagi?” tanyanya polos.

Dara tersenyum tipis, mengusap kepala Rafa. “Nggak apa-apa, Sayang. Cuma mual sedikit.”

Dara kembali tidak bekerja lebih tepatnya Arkan yang menyuruhnya untuk tidak bekerja lagi. Selesai dari dokter Arkan langsung menelepon Tian Bos nya Dara, yang merupakan temannya saat kuliah dulu. Mengatakan jika Dara akan mengundurkan diri tanpa sepengetahuan Dara. Tentu saja pernyataan tersebut membuat tanda tanya. Barulah Arkan menjelaskan jika Dara telah menikah dengannya.

Saat Arkan mengatakan telah mengundurkan dirinya, sontak saja membuat Dara tidak terima, apalagi rekan-rekannya disana pasti akan mempertanyakan. Tapi Arkan tetap kekeh dengan putusannya.

........

Hari ini weekend. Matahari baru naik sedikit ketika suara Dara dari kamar mandi terdengar lagi—muntah.

Arkan yang sedang membuatkan susu untuk Rafa langsung meletakkan sendok dan bergegas ke sana.

“Dara? Kamu nggak apa-apa?” Ia mengetuk pelan, lalu masuk saat melihat pintu tak terkunci.

Dara berpegangan pada wastafel, wajah pucat, napas pendek. " aku ngga papa" ucapnya tapi kembali memuntahkan isi perutnya. Arkan tidak diam saja, dia mengurut tenguk dara, seolah sudah biasa dengan hal ini.

Ia membantu Dara berjalan keluar ke kamar, mendudukkannya di tepi ranjang. Rafa sudah berdiri di pintu dengan ekspresi khawatir.

"Aku telepon dokter lagi saja, ya?" usul Arkan, menuntun Dara kembali ke ranjang.

"Nggak usah, Mas. Mungkin memang begini kalau pagi," tolak Dara lemah.

“Bunda sakit apa? Kok bunda muntah lagi?” tanyanya pelan.

Dara tersenyum lemah. “Bunda cuma lagi nggak enak badan, Sayang.”

“Tapi bunda sering muntah…” Rafa mengernyit, lalu menatap ayahnya. “Pa, bunda kenapa sih sebenernya?”

Arkan mendekat, mengelus kepala putranya. “Bunda nggak sakit. Tapi… bunda lagi ada bayi kecil di perutnya.”

Rafa terdiam. Matanya membesar. “Bayi? Di perut bunda?” Ia menatap Dara, lalu perutnya yang masih rata. “Kok ngga keliatan?”

Arkan tertawa kecil. “Masih kecil banget. Makanya bunda suka mual.”

Rafa memandang bundanya lama, lalu naik ke ranjang dan memeluknya dengan hati-hati, seolah takut menyakiti sesuatu. “Bunda jangan sakit-sakit ya… nanti adeknya nangis…”

Dara akhirnya tersenyum, menahan haru. “Iya, Sayang. Bunda kuat kok.”

Arkan duduk di sebelahnya, menatap Dara sambil mengusap punggungnya. “Kamu mau teh hangat? Atau roti dulu? Atau buah? Bilang aja, aku siapin.” karena baru saja mereka sarapan yang dibuat Arkan Dara langsung memuntahkannya.

Sementara Rafa duduk di pangkuan Dara, menyandarkan kepala kecilnya, seakan ikut menjaga.

“Mau muntah lagi nggak?” tanya Arkan lembut.

Dara menggeleng pelan sebagai jawaban.

Rafa masih duduk di pangkuan Dara, tangannya kecil memeluk pinggang ibunya. Ia mengangkat wajahnya, memandang Dara dengan rasa penasaran yang begitu polos.

“Bunda…” Rafa mengerjap pelan. “Babynya di mana? Rafa boleh lihat nggak"

Pertanyaannya begitu serius sampai-sampai Dara hampir tertawa. Ia mengusap rambut Rafa yang halus, mencoba menahan senyumnya.

“Babynya masih kecil banget, Sayang. Masih di dalam perut bunda. Nggak kelihatan,” jelas Dara lembut.

Rafa menunduk, mendekatkan wajahnya ke perut Dara yang masih rata. Ia mengerutkan dahi, lalu menyentuh perut itu dengan dua jari seolah menyentuh sesuatu yang sangat berharga.

“Bayi… kamu di situ?” bisiknya seperti sedang memanggil.

Dara menahan tawa, menutup mulutnya.

Rafa kembali menatap ibunya. “Terus… Rafa boleh pegang? Biar bayinya nggak takut.”

Dara mengangguk. “Boleh. Tapi pelan-pelan ya. Bayinya masih kecil banget.”

Rafa mengangguk serius, lalu meletakkan telapak tangannya perlahan di perut Dara. Matanya membesar, seolah menunggu keajaiban.

“Bunda… kok dia nggak ngomong?”

Dara tersenyum. “Belum bisa, Sayang. Masih tidur.”

“Bayinya suka tidur?” tanya Rafa.

“Iya. Masih tidur terus.”

Rafa berpikir sejenak, lalu berkata dengan nada bangga, “Nanti kalau adeknya udah lahir, Rafa ajarin jalan. Sama main robot.”

Dara tersenyum hangat dan memeluk Rafa dari belakang, membuat bocah itu bersandar nyaman di dadanya.

Di saat bersamaan, suara langkah mendekat dari depan kamar. Arkan muncul sambil membawa nampan berisi susu hangat untuk Rafa, potongan buah segar, dan satu gelas air hangat untuk Dara.

Rafa menoleh cepat. “Pa! Rafa lagi ngobrol sama baby!”

Arkan tersenyum, duduk di sisi lain Dara. “Oh ya? Baby-nya jawab apa?”

Rafa menggeleng pelan. “Belum. Baby-nya tidur katanya.”

Arkan tertawa kecil, mengusap rambut putranya. “Iya, baby memang masih tidur. Masih kecil banget.”

Ia kemudian mengambil gelas air hangat dan memberikannya kepada Dara dengan hati-hati.

“Nih, minum dulu yang hangat. Biar mualnya nggak parah,” ucap Arkan lembut.

Dara menerimanya dengan pelan. “Makasih, Mas.”

Lalu Arkan menyerahkan susu hangat ke Rafa. “Ini susu Rafa. Tadi Papa buat pas kamu lagi nonton TV.”

Rafa menerima susu itu sambil tersenyum lebar. “Makasih, Pa.”

Setelah itu, Arkan membuka tutup mangkuk berisi buah potong dan meletakkannya di pangkuan Dara.

“Kalau kamu bisa makan, makan buah dulu ya. Jangan dipaksa. Kalau nggak kuat, bilang.”

Dara sudah mau berbicara, tapi lagi-lagi Rafa memotong.

“Pa… baby-nya bisa makan buah juga?”

Arkan menahan tawa. “Baby-nya makan dari bunda. Jadi kalau bunda makan, baby-nya ikut makan.”

Rafa terdiam sebentar, lalu menatap bundanya dengan kening berkerut.

“Bunda harus makan banyak. Biar baby-nya nggak kelaperan.”

Dara mengangguk kecil sambil tersenyum haru. “Iya, Sayang. Bunda usahain.”

Rafa lalu kembali memegang perut Dara, kali ini sedikit lebih mantap, seolah tugasnya bertambah penting.

“Baby, jangan nakal ya. Jangan bikin bunda sakit. Rafa jagain kok.”

Dara memejamkan mata beberapa detik. Hatinya hangat.

Setelah minum susu dan menghabiskan beberapa potong buah, Rafa masih betah duduk di dekat Dara. Tangan kecilnya tak pernah jauh dari perut bundanya.

“Baby, kamu jangan bikin bunda muntah lagi ya. Kasihan bunda,” katanya lirih, seolah berbicara dengan makhluk mungil yang bisa mengerti setiap kata.

Arkan hanya menggeleng sambil tersenyum geli. “Rafa, baby-nya belum bisa dengar jelas. Tapi kalau kamu sayang gitu, baby-nya pasti seneng.”

“Rafa sayang banget,” jawab Rafa tanpa ragu.

Dara seolah merasakan kembali yang namanya keluarga. Dulu dia memiliki keluarga yang cukup harmonis tapi yang namanya juga hidup pasti ada orang yang tidak suka. Seseorang menghancurkan usaha keluarganya yang membuat ayahnya jatuh sakit dan meninggal dan disusul oleh ibunya tak lama kemudian.

1
Lisa
Syukurlah kondisi Dara & bayinya baik²..byk istirahat y Dara..sehat selalu y debaynya juga
Rahmat
pk damar harus tegas sama ratna biar jera dan nadine harus di hukum
Lisa
Moga Nadine segera ditemukan utk mempertanggungjawabkan perbuatannya..
Dinar Almeera
Terimakasih banyak Author telah menciptakan sosok suami yang tegas dan berpihak pada istrinya, meskipun berawal dari sebuah kesalahan tapi mau berubah menjadi lebih baik cerita yang sangat berbeda 😍😍😍
Lisa
Si Nadine berulah lg..liat tuh pembalasan Arkan
anita
dara jgn sok2an jual mhal doong udah bgus arkan tnggung jwab
anita
kurang aapa lg arkan ganteng pinter masak prhatian kaya
anita
jgn trllu bnyk drama dara
anita
knp gk di rumah neneknya aja rafa...drpd sndirian di apartemen
anita
bhsanya jgn SAYA..SAYA..dong thor..krg pas kyaknya
anita
jgn aneh2 dara...jgn berpikiran mcam2 hiduplah dg sehat
anita
thor knp arkan harus duda ya...lajang kek...kan asyik
anita
kelamaan arkan
Lisa
Bahagia selalu y utk keluarga kecilnya Arkan..moga bu Ratna berubah sikapnya terhadap Dara..
Lisa
Sehat terus y Dara sampe HPL nya
anita
nikahi arkaan
anita
tuuu kaan arkan tanggung jwb dooong
anita
rafa mnta tante itu jadi mamamu
anita
tanggung jawab dooong jgn main asal celup aja
anita
duda critanya...cowok kita kali ini..lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!