Rahim Sewa'An

" Martin, ayo kita bicara." Ujar Matthew.

" Tidak, aku benci kakak!" Ujar Martin merajuk.

" Apa kau menyukai Seina, tapi kan dia ibu dari anakku." ujar Matthew.

" Tapi kak, meskipun begitu apa kakak tidak berpikir panjang?, Seina berkali-kali di aniaya istrimu, sekarang kakak tiba-tiba mau menjadikan Seina istri kedua, apa kakak sudah gila?" ujar Martin.

" Iya, kakak terbawa suasana, tapi kakak benar - benar tertarik dengan Seina, kakak menyukai anak itu." ujar Matthew jujur.

" Kak, dia akan menjadi bahan olokan semua orang, kalau Kakak mau menikahi Seina." Martin sangat memikirkan Seina.

" Kau juga menyukai anak itu ya?, tidak boleh Martin, dia wanita kakak, sejak kakak menyuruhmu menjaganya, dia adalah wanita kakak." tegas Matthew.

" Aku menyukainya, karena aku pikir kakak akan meninggalkannya setelah dia melahirkan anak kakak." Martin pun jujur dengan Matthew.

" Sejak awal kakak tidak pernah berpikir membuang Seina." ujar Matthew.

" Bukankah kakak sudah membuat kesepakatan dengan Seina?, kenapa sekarang berubah pikiran?." Martin sangat kecewa pada kakaknya yang plin-plan.

" Kesepakatan ya kesepakatan, tapi kan dalam kesepakatan ada beberapa poin yang harus menjadi pertimbangan, yang sudah kakak pertimbangkan sejak awal. Anak itu masih sangat belia, hal-hal di luar prediksi itu sudah kakak pikirkan, kakak ini juga seorang laki-laki, siapa sih yang tidak suka dengan wanita muda dan cantik?, sebelum Seina masuk kau juga tahu bagaimana rumah tangga kakak bukan, kau juga tahu, banyak sekali wanita yang datang pada kakak dengan berbagai cara, hanya untuk bisa menyandang nama Howard, sejak Gladys membawa anak itu, aku sudah berusaha untuk tidak terlibat dengannya, karena anak itu luar biasa cantik dari luar maupun dalam, makanya aku memintamu menjaganya, karena kakak takut jatuh hati pada Seina." ujar Matthew.

" Lalu sekarang kakak jatuh hati Jugakan?" Ujar Martin.

" Kakak sudah berusaha menghindarinya, tapi selalu dihantui rasa bersalah karena kakak tidak pernah memperhatikan kakak iparmu sampai keguguran, itu yang membuat kakak takut Seina mengalami hal itu diusia belia, apakah dia bisa melewati semua?, kakak iparmu saja sampai trauma bagaimana dengan Seina, hati kakak sangat goyah dengan kebaikan hati Seina, demi banyak nyawa orang terselamatkan dia mau menanggung semuanya, yang tidak bisa kakak mengerti kenapa Gladys masih menyakiti anak yang sudah berkorban untuk melahirkan anak untuknya." Matthew benar - benar merasa bersalah.

" Lalu kakak mau menikahi Cina karena rasa bersalah itu?" ujar Matthew.

" Awalnya juga begitu, tapi semakin ke sini rasanya kakak semakin menyayangi Seina dan ingin anak itu bahagia bersama denganku." ujar Matthew.

" Tidak bisa , kakak tidak boleh serahkan, kakak harus memilih salah satunya, kakak ipar atau Seina." ujar Martin.

" Tidak semudah itu." ujar Matthew.

" Padahal kakak sudah tahu kelakuan kakak ipar, kenapa masih bertahan?, sebenarnya apa yang kakak harapkan dari pernikahan kakak, jika kakak menjadikan Cina yang kedua, aku yakin Cina tidak akan mau, anak itu masih muda tapi tidak dengan isi kepalanya." Ujar Martin.

" Tentu saja aku tahu itu, aku sudah menawarkan itu, dia menolak, tapi dia tidak menolak perasaanku." Jelas Matthew.

" Kakak terlalu percaya diri, bisa saja Cina tidak menolak karena takut pada kakak." ujar Martin meremehkan kakaknya.

" Ah, mungkin tapi aku rasa dia tidak takut tuh, pokoknya kau tidak boleh mempertahankan perasaanmu itu, mumpung belum terlalu dalam, kau harus mundur dari sekarang, kalau tidak aku tidak akan membiarkan kau di dekat Seina!" Tegas Matthew.

Martin memang tidak pernah bisa menang dari Matthew sejak dulu.

Martin hampir lupa, bahwa kakaknya adalah pebisnis yang handal pasti dia sudah mempertimbangkan semuanya dengan sangat matang, dia sudah memperkirakan resiko terburuknya dan antisipasinya.

" Aku tidak akan mengambilnya, kecuali kakak tidak bisa membahagiakannya!, sebenarnya apa yang kakak pertahankan dari Kudis itu?" ujar Martin heran, sampai bertanya lagi.

" Sebuah permainan, saat itu aku sudah berubah, istriku juga ikut berubah, namun perubahan itu sungguh membuatku frustasi, namun rasa bersalah itu sangat menghantui kakak, sehingga kakak tidak bisa bertindak tegas pada istri kakak, sekarang dia yang membawa Seina sendiri masuk dalam rumah tangga yang sudah retak, aku sangat marah sebenarnya pada kakak iparmu, aku sudah berusaha menebus kesalahanku dan di sisi lain ibu sangat mengintimidasi kakak iparmu, aku juga kasihan padanya dia menjadi menderita, kakak merasa bersalah lagi, rasanya ada yang tidak beres dengan semua rasa bersalah yang ada, tapi di mananya yang salah?" ujar Matthew berpikir.

" Kak, jika kakak mau memahami, aku ini adalah anak diluar nikah, tapi ibu tidak membunuh atau menyiksaku, ibu bukan orang jahat kan ka?" ujar Martin.

" Benar Martin, seharusnya aku berpikir sampai sana, mataku terus tertutup pada rasa bersalah, Ibu pasti mengetahui sesuatu yang membuatnya marah, seperti halnya dia tahu Gladys bersama pria lain dan mencabik-cabik nya." gumam Matthew.

" Itu pasti bukan karena kakak ipar tidak mau mengandung lagi kan?, nyatanya ibu juga menerima Seina yang hanya gadis yatim piatu untuk melahirkan anakmu.'' Ujar Martin.

" Nanti kakak akan cari tahu soal itu deh, satu-satu dulu kakak bereskan, kepala kakak rasanya sudah mau pecah." Matthew memegangi kepalanya.

" Ya sudah kali ini aku akan mengalah, tapi kalau kakak menyakiti Cina, aku akan mengambilnya, persetan dengan hubungan baik kita selama ini, sejauh ini juga hanya Seina yang membuatku jatuh hati." Tegas Martin segera berdiri dan kembali lebih dulu.

Sementara Matthew masih duduk termenung di dekat pantai.

" Martin, di mana Tuan Matthew?, kalian tidak bertengkar kan?" tanya Seina khawatir.

" Ya, kau ini sangat hebat karena bisa membuat aku dan kakakku berselisih Cina." ujar Martin.

" Apa?, tapi aku tidak bermaksud begitu." Seina merasa bersalah.

" Aku tidak menyalahkan dirimu, kalau kau menyukainya ya sudah lakukan saja karena kakakku juga menyukaimu, kau dan kakakku itu sama-sama pentingnya untukku, sudah aku mau istirahat." Martin segera masuk ke dalam kamarnya.

Martin maafkan aku ya, karena aku malah makan omonganku sendiri.

Dalam hati Seina.

Seina tidak tahu kalau Martin menyukainya, yang Seina pahami saat Martin marah karena dirinya tidak bisa memegang ucapannya.

Seina pun berjalan keluar karena mengkhawatirkan Matthew.

" Seina, kau khawatir ya?" Matthew langsung memeluk Seina dengan senang.

" Tuan, anda tidak bertengkar dengan Martin kan?" tanya Seina memastikan lagi.

" Tidak, anak itu sudah merestui hubungan kita, ayo masuk tidur, aku sudah mulai mengantuk." ujar Matthew.

" Anda mau tidur dengan saya?" tanya Seina.

" Untuk malam ini aku akan memelukmu saja, karena aku sudah kehabisan tenaga untuk membujuk Martin, untuk malam selanjutnya aku tidak yakin jika hanya memeluk dirimu saja." Ujar Matthew mencium pipi Seina lalu menggandengnya masuk ke kamar.

Seina tersenyum malu-malu.

Awas saja nggak jadi terus, astaga rupanya aku cukup ke-gatelan.

Seina menepuk - nepuk kepalanya agar sadar diri.

Tapi rasanya memang tidak mau sadar kalau itu seorang Matthew, yang datang sendiri merayunya.