NovelToon NovelToon
Jangan Pernah Bersama

Jangan Pernah Bersama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27.Pertengkaran.

Langit sudah gelap ketika mobil putih berhenti di depan gerbang SMA Pelita. Lampu mobil menyala terang, memantulkan cahaya ke aspal yang masih lembap sisa hujan sore tadi.

Clara baru saja keluar dari aula pertandingan ketika ia melihat sosok familiar berdiri di samping mobil dia adalah Luna, ibunya, mengenakan blus krem sederhana dan rok panjang, namun wajahnya terlihat jauh lebih pucat dari biasanya.

“Ma…” Clara memanggil pelan. “Kok Mama datang sendiri? Biasanya kan sopir yang jemput.”

Luna menoleh, berusaha tersenyum, tapi senyum itu tidak mencapai matanya.

“Ada yang perlu Mama omongin baru dari pengadilan bersama ayah Ria tadi.”

Clara mengerutkan dahi,dia sudah tahu maksud kata mamanya.Akhinya mamanya yang dikenal lembut dan penyabar,akhirnya mengambil keputusan besar untuk masa depan nya. Ia menatap sekilas ke kursi penumpang depan… dan membeku.

Didalam mobil Luna berusaha menyampaikan kabar tentang pernikahan mereka, “Ma.. mama ke pengadilan untuk mengajukan cerai dari ayahmu. ”ucapnya yang gugup.

“Bagus ma, itu merupakan langkah besar mama dengan berani melanjutkan hidup tanpa pria pembohong seperti ayah. ”ucapnya dengan senyum.

“Clar, mama tidak menyangka reaksimu seakan senang melihat kami bercerai. ”

“Siapa anak didunia ini senang melihat orang tuanya berpisah, tapi ma, perceraian itu bukan akhir dari setiap kehidupan tapi awal langkah kita keluar dari rasa sakit, kekecewaan dan pengkhianatan. ”ucap Clara dengan serius. Dikehidupan ku yang dulu, aku juga ingin bercerai dari Arman dan mandiri hidup bersama anakku. tapi takdir berkata lain, aku dibawa kembali pada kehidupan yang pernah aku sesali. pikir Clara yang diam kedepan menatap jalan yang ia lewati.

“Ucapan mu itu seperti tahu pahitnya kehidupan pernikahan, kamu ini masih umur 17 tahun nak. atau jangan-jangan pernah disakiti seorang pria, katakan siapa pria itu biar mama hajar!. ”ucapnya dengan nada bercanda.

Clara pun tersenyum sambil melihat kearah mamanya, seandainya mama waktu itu masih hidup. mungkin Arman tidak berani menyakiti putri mu ini.

“Mama.., ini bisa saja!. Aku sering lihat drama tv, jadi mungkin kondisi kita seperti itu. ”

“Kamu ini masih kecil, jangan suka melihat drama tv seperti itu. fokus sama sekolahmu, agar mama tidak dipanggil terus sama wali kelasmu. ”

“Mama, putri mu ini sekarang murid pintar dan mama tidak perlu khawatir dengan nilai Clara, ”“Terus sekarang rencana mama bagaimana?. ”

Luna pun terdiam beberapa menit untuk menjawab pertanyaan Clara, “Mama akan bicara dengan ayah, setelah ia pulang dan menyerahkan surat cerai. ”wajah Luna terlihat datar saat menjawab pertanyaan Clara.

Clara pun terdiam, dan mengalihkan pembicaraan mereka dengan merencanakan kehidupan baru tanpa Lukman.

Sepanjang perjalanan,bukan kesedihan lagi yang terasa tapi hanya tawa dan candaan antara ibu dan anak yang erat. Diiringi suara wiper yang sesekali mengusap kaca dan napas berat Luna di kursi depan.

Ketika mobil berhenti di depan rumah, suasana seolah membeku. Lampu teras menyala, tapi di balik tirai ruang tamu terlihat siluet seseorang yang duduk diam.

Lukman.

Clara menelan ludah. “Ma, Papa di rumah.”

Luna hanya mengangguk pelan. “Mama tahu.”

Begitu pintu dibuka, aroma kopi pahit dan asap rokok langsung menyergap. Lukman duduk di sofa dengan jas masih melekat di tubuhnya, satu tangan menggenggam foto kusut, dan tatapannya tajam seperti bilah pisau.

Luna menahan napas, berusaha tetap tenang. “Lukman… aku—”

“Diam.” Suaranya datar tapi bergetar, menahan amarah yang nyaris meledak. “Clara,kembali ke kamar mu sekarang!”

Awalnya Clara ragu, tapi Luna menyakinkan putri nya itu yang cemas dengan nya. “Turuti perintah ayahmu, mama akan baik-baik saja. ”

Clara menurut, menutup pintu perlahan. Ia berdiri di belakang, bingung, menatap kedua orang tuanya yang kini berdiri saling berhadapan.

Begitu pintu ruang tamu tertutup, suasana rumah itu berubah seperti ladang api yang siap menyala.

Lukman melangkah cepat, menarik pergelangan tangan Luna dengan kasar.

“Lukman, lepaskan. Tanganku sakit!” seru Luna mencoba melepaskan genggaman itu, tapi Lukman tidak peduli.

“Kita bicara di kamar. Sekarang.”

Langkah-langkah berat mereka bergema di sepanjang koridor. Clara yang berdiri di tangga menatap punggung mereka dengan dada sesak. Ia ingin menahan, tapi mata ibunya yang sempat menoleh sekilas seolah berkata: Jangan ikut, Nak.

Pintu kamar tertutup keras di belakang mereka.

Lukman berdiri di tengah ruangan, matanya penuh amarah dan luka. Ia merogoh saku jasnya dan melemparkan sesuatu ke arah Luna. Sebuah foto terlempar ke udara, melayang sesaat sebelum jatuh ke lantai.

Foto itu adalah Luna dan Tio di rumah makan, tertawa bersama.

“Aku baru selesai kerja, tiba-tiba dikirimi ini,” ujar Lukman dengan nada serak menahan emosi. “Kamu tahu rasanya seperti apa lihat istriku duduk berduaan dengan pria lain? Tersenyum… seolah semua baik-baik saja?”

Luna menunduk, menatap foto yang tergeletak di lantai. “Jadi kamu percaya semua yang kamu lihat di selembar kertas itu?” tanyanya pelan.

Lukman mendengus, suaranya rendah tapi menusuk. “Kalau cuma satu kali, mungkin aku masih bisa percaya. Tapi kamu datang ke rumah makan dengan dia, lalu hari ini… ke pengadilan agama bersamanya?!”“Maksudmu apa?.”

Luna mendongak, menatap suaminya dengan sorot mata yang tak lagi gentar. “Aku ke pengadilan karena aku ingin mengakhiri semua ini, Lukman. Bukan untuk Tio. Untuk aku sendiri dan masa depan ku.”

Lukman mendekat, menatap Luna dari jarak sangat dekat. “Kamu pikir aku bodoh? Kamu pikir aku nggak tahu sejak kapan kamu berubah dingin, diam, dan menghindar?”

“Bukan aku yang berubah,” balas Luna pelan tapi tajam. “Kamu yang berhenti melihatku sebagai istri. Kamu sibuk membangun duniamu sendiri uang, rapat, klien. Aku di rumah, sendirian, mematung di meja makan sambil menunggu seseorang yang bahkan lupa rasanya makan bersama keluarga,”“Yang paling menyakitkan lagi adalah kamu punya keluarga lain selain kami. ”ucapnya tajam seakan membuka borok Lukman.

Wajah Lukman yang tadinya marah yang ingin menyalahkan Luna, tapi tiba-tiba wajahnya berubah tegang sebuah rahasia yang ia simpan rapat-rapat diketahui oleh Luna.

“A.. apa maksud mu?, kamu malah menuduhku seperti melimpahkan kesalahan mu padaku tanpa bukti. ”jawabnya yang gugup.

Luna tersenyum seakan mengejek suaminya. “Bukannya itu kamu Lukman moestopo, kenapa seakan aku menyentuh pintu rahasia yang kamu sembunyikan. ”

Lukman tertawa kaku. “Jangan sembarangan kamu ngomong,jika tidak ada bukti.”

“Bukti!,tenang saja bukti itu sudah aku serahkan ke pengacara ku. kita akhir drama ini Lukman,aku tahu semua hubungan kalian Rosi dan Desi dan juga Clara mengetahui semuanya dari mulutmu sendiri.”

 “Apa!, Clara?. ”

“Iya putri mu, ia melihat bagaimana dengan kasih sayangmu kamu berikan perhatian pada Desi putri Rosi. Dan aku tidak mau putriku terluka, dan aku sudah putuskan kita bercerai. ”

“Cerai!, jangan mimpi. aku tidak akan membiarkan nya. ”

Tiba-tiba pintu kamar mereka suara ketukan keras dari Clara, “Mama.., buka pintunya sekarang!. Ayah jika sesuatu terjadi pada mama aku tidak akan membiarkan ayah begitu saja. ”

Luna berjalan kearah pintu kamar mereka, dan membuka pintu tersebut. Ia melihat Clara dengan koper di tangannya, dan tatapan penuh rasa keberanian.

“Clara.”

“Mama, ayo kita tinggalkan rumah ini dan pria pembohong itu!. ”

Lukman pun terkejut dengan ucapan Clara dengan tegas, tanpa rasa takut dengan dirinya. ia baru melihat sisi Clara yang pemberani, berbeda dengan anak yang selalu patuh padanya.

Lukman pun menatap kedua wanita yang ia lukai, seakan istana yang sempurna telah runtuh begitu saja didepan nya.

1
Putri Ana
thorrr lanjuttttt dong.🤭
Putri Ana
lanjutttt thorrr 😭😭😭😭😭😭😭
penasaran bangetttttttt🤭
Putri Ana
bagussss bangettttt
Putri Ana
lanjutttttttttytttttttttt thorrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!