Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Hadiah, Perintah, dan Alibi Sempurna
Aku menutup pintu kamarku dengan pelan, meninggalkan Xiao Linyu di dalam penjara barunya yang membingungkan.
Aku bisa merasakan emosinya melalui segel kontrak campuran yang kacau antara kelegaan, ketakutan, dan kebencian yang putus asa. Dia akan sibuk berperang dengan pikirannya sendiri, membuatnya terlalu sibuk untuk memikirkan sebuah perlawanan.
Sekarang, untuk urusan yang lebih besar.
Aku berjalan kembali ke Aula Utama. Saat aku mendekat, aku tidak lagi mendengar perdebatan sengit. Yang kudengar hanyalah bisikan-bisikan serakah dan penuh semangat.
Aku melangkah masuk ke aula tanpa mengetuk. Pemandangannya persis seperti yang kubayangkan.
Para tetua, termasuk Tetua Pertama yang sombong itu, tidak lagi duduk di kursi mereka. Mereka semua berkerumun di sekitar meja tengah, menatap kantong Spirit Stones yang kulemparkan seperti sekawanan serigala lapar yang menemukan mangsa.
Ayahku, Luo Tian, berdiri di dekat kursi utama, memegang satu High-Grade Spirit Stone di tangannya, wajahnya dipenuhi kekaguman yang nyaris religius.
Saat aku masuk, mereka semua tersentak kaget.
THUD!
Tetua Pertama adalah yang tercepat. Dia langsung berlutut.
"Patriarch!"
Sembilan tetua lainnya buru-buru mengikutinya.
"Salam, Patriarch!"
Ayahku dengan cepat meletakkan batu roh itu dan membungkuk hormat.
"Chen'er... ah, maksudku, Patriarch. Anda sudah kembali."
Aku berjalan melewati mereka yang bersujud dan duduk di kursi utama yang baru saja dikosongkan ayahku. Kursi itu terasa pas.
"Berdiri," kataku datar.
Mereka bangkit, kembali ke kursi mereka dengan kecepatan yang patuh. Tidak ada lagi tanda-tanda pemberontakan. Hanya ada ketakutan dan keserakahan.
"Ayah," kataku, menatap Luo Tian.
"Ya, Patriarch?"
"Ambil dua puluh High-Grade Spirit Stones dari kantong itu."
Dia tersentak. "Dua puluh? Untuk apa?"
"Sepuluh akan kau berikan kepada Tuan Kota Huang De," jelasku dengan tenang. "Katakan padanya itu adalah 'sebuah donasi' dari Klan Luo untuk biaya 'pembersihan dan perbaikan' Arena Akbar. Dan untuk 'stres mental' yang dideritanya."
Para tetua terkejut. Sepuluh batu tingkat tinggi... itu adalah kekayaan yang luar biasa, hanya untuk 'sebuah donasi'.
"Dan sepuluh lainnya," lanjutku. "Berikan pada Patriarch Klan Wang."
Kali ini, bahkan ayahku pun terlihat ngeri.
"Wang Jie?! Kita memberinya uang setelah kau...?"
"Aku membunuh putranya," aku menyelesaikan kalimatnya. "Putranya menghinaku. Satu penghinaan, satu nyawa. Itu seimbang. Tapi ayahnya kehilangan seorang pewaris. Sepuluh High-Grade Spirit Stones... adalah harga yang lebih dari cukup untuk membeli pewaris baru. Bahkan seratus pewaris."
Aku menyeringai tipis.
"Ini bukan permintaan maaf. Ini adalah pernyataan. Ini memberitahu seluruh Floating Cloud City bahwa Klan Luo begitu kaya, sehingga nyawa seorang jenius Klan Wang bahkan tidak sebanding dengan biaya minum teh kita. Itu akan menutup mulut mereka lebih rapat daripada ancaman apa pun."
Para tetua, yang tadinya mengira aku hanya seorang tiran yang brutal, kini menatapku dengan kekaguman yang baru. Ini adalah permainan kekuasaan di level yang berbeda.
"Brilian..." bisik Tetua Pertama. "Itu akan menghancurkan moral mereka sekaligus menunjukkan kemurahan hati kita!"
"Aku tidak peduli dengan kemurahan hati," potongku. "Aku hanya peduli pada siapa saja yang mau mengikutiku. Ayah, kau yang urus itu. Buat Tuan Kota senang. Buat Klan Wang diam."
"Baik... akan kulaksanakan."
"Selanjutnya," aku menatap para tetua. "Kalian punya delapan puluh batu tersisa. Rencanaku tidak berubah. Aku ingin sepuluh Foundation Establishment Realm baru dalam sebulan. Tapi..."
Aku berhenti. "Bagaimana dengan Klan Xiao?"
Salah satu tetua angkat bicara, "Patriarch, Klan Xiao telah menarik diri sepenuhnya. Mereka menutup gerbang mereka. Mereka memanggil kembali semua anggota klan mereka dari luar. Mereka jelas bersiap untuk... sesuatu."
"Mereka bersiap untuk mati," kataku datar. "Biarkan saja. Jangan serang mereka."
"Tidak menyerang mereka?"
"Tidak. Seorang musuh yang berdarah perlahan jauh lebih baik daripada mayat yang cepat mati. Mulai hari ini, Klan Luo akan mengambil alih semua bisnis penambangan Spirit Stone mereka. Gunakan uang kita untuk merebut semua kontrak mereka. Hancurkan aliansi mereka. Keringkan mereka secara ekonomi. Aku ingin Klan Xiao menjadi pengemis di kota mereka sendiri. Aku ingin mereka menjual gerbang mereka hanya untuk membeli beras."
Mata para tetua berbinar. Ini adalah strategi yang jauh lebih kejam dan menguntungkan daripada perang terbuka.
"Sekarang," kataku, berdiri. "Aku sudah memberi kalian perintah dan uang. Maka laksanakan."
Ayahku buru-buru bertanya, "Patriarch, kau mau ke mana?"
Aku berbalik di ambang pintu.
"Aku baru saja menerobos. Auraku tidak stabil," kataku, memberikan alibi yang sempurna. "Aku perlu berlatih secara tertutup untuk mengkonsolidasikan kekuatanku. Aku akan pergi ke Azure Cloud Mountain Range."
"Pegunungan itu?" Ayahku tampak khawatir. "Itu berbahaya. Penuh dengan Spirit Beasts."
"Justru itu intinya," kataku. "Aku akan pergi selama kurang lebih tiga minggu. Selama aku pergi, kau yang bertanggung jawab atas operasi harian."
"Tiga minggu... Baik."
"Dan Ayah," katakku sebelum benar-benar pergi.
"Ya?"
"Jangan coba-coba," kataku pelan, "untuk masuk ke halaman pribadiku selagi aku pergi. Jangan bicara dengan Xiao Linyu. Dia hanya mendengarkan perintahku. Mengerti?"
Luo Tian menelan ludah dan mengangguk kaku. "Mengerti."
"Bagus."
Aku melangkah keluar dari Aula Utama, meninggalkan para tetua yang kini bersemangat menghitung kekayaan baru mereka, dan ayahku yang kini memiliki pekerjaan baru.
Tiga minggu. Waktu yang tepat.
'Lin Feng,' pikirku sambil berjalan di bawah sinar matahari. 'Pesta keberuntungan pertamamu akan segera dimulai. Sayang sekali... aku juga diundang.'
Aku berjalan kembali ke halaman pribadiku, meninggalkan Aula Utama dan para tetua yang kini sibuk dengan keserakahan baru mereka. Kekuasaanku di Klan Luo sudah stabil.
Aku tiba di depan pintu kamarku. Aku tidak perlu mendengarkan koneksi dari segel kontrak memberitahuku bahwa dia masih di dalam, persis di tempat kutinggalkan duduk kaku di kursi, terlalu takut untuk bergerak, terbungkus dalam gaun sutra birunya.
Aku membuka pintu tanpa mengetuk.
SREK!
Suara itu membuatnya tersentak hebat.
Dia tidak menunggu perintah. Reaksinya sudah terlatih. Dia langsung melompat dari kursi dan jatuh ke posisi berlutut di lantai, kepalanya menunduk, tubuhnya gemetar.
"Tu-Tuan..." bisiknya, suaranya parau.
Aku mengabaikan sikap patuhnya untuk saat ini. Aku berjalan melewatinya dan mulai bersiap. Pertama, aku mengenakan [Aegis of the Founder]. Zirah perak-biru yang ringan itu melekat di tubuhku seperti kulit kedua, tersembunyi sempurna di balik jubah hitamku yang longgar. Aku memeriksa gagang [Netherworld Slaughter Blade], memastikannya terpasang dengan aman.
Setelah aku siap, aku berhenti dan menatap sosok yang berlutut di lantai.
"Aku akan pergi," kataku singkat.
Dia tersentak sedikit, tapi tidak berani mengangkat kepalanya. Aku bisa merasakan secercah harapan kecil yang menyedihkan—harapan bahwa aku akan pergi selamanya muncul dari segelnya.
"Tiga minggu," lanjutku, menghancurkan harapan itu. "Ke Azure Cloud Mountain Range. Untuk berkultivasi."
Aku berjalan ke arahnya dan berhenti tepat di depannya. Aku merogoh inventorisku dan melemparkan sebuah kantong penyimpanan kecil ke lantai di depannya.
PLOP.
Dia menatap kantong itu dengan bingung. Perlahan, dengan tangan gemetar, dia mengambilnya. Dia membukanya sedikit, dan matanya terbelalak ngeri saat melihat isinya.
"Sepuluh High-Grade Spirit Stones," kataku datar. "Dan beberapa pil penstabil. Aku sudah memberitahumu 'Pilihan B', Linyu. Ini adalah modal awalmu."
Dia menatap batu-batu itu, lalu menatapku, kebingungan total melumpuhkannya. Dia memberinya kekayaan yang luar biasa, setelah baru saja menjadikannya budak.
"Tugasmu selama tiga minggu ini sederhana," kataku, suaraku dingin. "Berlatihlah. Aku benci sebuah pemborosan. Dan kau, saat ini, adalah aset Foundation Establishment yang rusak dan terbuang percuma."
Aku berjongkok, memaksanya menatapku. Tatapan [Master's Gaze]-ku menusuknya. "Saat aku kembali, aku ingin melihat sebuah kemajuan. Jika fondasimu belum stabil... jika kau masih selemah ini... aku akan menganggap 'investasi'-ku gagal."
Aku tidak perlu menyelesaikan ancaman itu. Dia tahu persis apa artinya.
Dia gemetar dan mengangguk panik.
"...Ya... Tuan. Saya... saya akan berlatih."
"Bagus." Aku berdiri. "Makanan akan diantarkan ke pintu. Halaman ini disegel. Jika kau mencoba melarikan diri, segel di jiwamu akan membunuhmu sebelum kau mencapai gerbang. Jangan bertindak bodoh."
Aku berjalan ke pintu. Saat tanganku menyentuh gagang, aku mendengar suara bisikan putus asa di belakangku.
"Tu-tunggu..."
Aku berhenti, sedikit kesal. Aku menoleh.
"Apa?"
Dia masih berlutut, mencengkeram kantong batu roh itu. Ini adalah pertama kalinya dia berbicara tanpa diperintah.
"...A-ayahku... klanku... apa... apa yang akan kau...?"
Aku terkekeh sinis. Dia masih memikirkan mereka?
"Khawatirkan dirimu sendiri, budak," kataku dingin. "Klanmu? Selama kau patuh, selama kau berguna untukku, selama kemajuan latihanmu memuaskanku... mereka akan diizinkan untuk tetap ada."
Aku membuka pintu sedikit, membiarkan cahaya dari koridor menyinari wajahnya yang pucat.
"Tapi jika kau mengecewakanku," kataku, membiarkan ancaman terakhir ini meresap. "Aku akan membakar seluruh Klan Xiao-mu rata dengan tanah, dimulai dengan ayahmu. Mengerti?"
Dia tidak lagi gemetar. Dia membeku. Aku baru saja mengikat nasib seluruh klannya pada ketaatannya.
Matanya yang mati menatapku, dan dia mengangguk pelan. "...Mengerti."
"Bagus."
Aku melangkah keluar dari halaman pribadiku, meninggalkan keheningan yang berat di kamar itu di belakangku. Segel kontrak di jiwaku berdenyut pelan sebuah koneksi pasif yang memberitahuku bahwa budak baruku kini sedang dilanda badai emosi yang kompleks...
Ketakutan akan ancamanku terhadap klannya, kebencian yang mendalam padaku, dan secercah harapan yang putus asa untuk mendapatkan kembali kekuatannya. Itu sempurna. Aku telah memberinya sangkar emas, sekaligus memberinya alasan untuk berlatih keras di dalamnya. Dia tidak akan memberiku masalah.
Perjalananku melewati koridor Klan Luo kini terasa sangat berbeda. Para pelayan dan penjaga yang kutemui tidak lagi hanya bersujud mereka menyingkir jauh-jauh, menempelkan diri ke dinding seolah-olah auraku bisa membakar mereka jika mereka terlalu dekat.
Aku tidak lagi hanya Tuan Muda yang ditakuti, aku telah menjadi Patriarch secara de facto, dewa iblis pelindung baru mereka yang membawa kekayaan tak terbayangkan sekaligus teror yang tak terduga. Ayahku pasti sudah menyebarkan berita tentang High-Grade Spirit Stones itu. Keserakahan adalah sebuah motivator yang lebih baik daripada loyalitas buta.
Aku berjalan lurus menuju gerbang utama. Aku tidak perlu berpamitan. Perintahku di Aula Utama sudah jelas dan absolut. Alasan kepergianku adalah "mengkonsolidasikan ranahku" adalah sebuah alibi yang sempurna.
Tiga minggu adalah waktu yang ideal. Cukup lama untuk membuat seluruh Floating Cloud City sedikit rileks setelah syok yang kuberikan, tetapi cukup singkat sehingga Klan Xiao tidak akan berani mencoba sesuatu yang bodoh selagi aku "berada di dekat" kota. Mereka akan terlalu sibuk mencoba bertahan dari perang ekonomi yang baru saja kumulai.
Di gerbang utama, para penjaga membukanya untukku bahkan sebelum aku sampai. Aku melangkah keluar ke jalanan Floating Cloud City di tengah hari. Seperti yang kulihat saat kembali dari arena, kota ini mati. Sunyi. Ini adalah kota yang hidup dalam ketakutan.
Tapi kini, ada sesuatu yang baru di udara. Saat aku berjalan, aku melihat beberapa pemilik toko yang berani mengintip dari balik tirai mereka. Tatapan mereka tidak lagi hanya ketakutan.
Ada... kekaguman? Ada keserakahan. Berita tentang kekayaan Klan Luo yang tiba-tiba melimpah pasti sudah bocor. Mereka tidak lagi melihatku hanya sebagai monster mereka melihatku sebagai sebuah peluang. Sebagai simbol kekuatan baru yang bisa mereka ikuti.
Aku mengabaikan mereka semua. Aku tidak membutuhkan kuda atau kereta. Sejak tubuhku ditempa oleh 'Ancient Fiendgod's Metamorphosis', kecepatanku jauh melampaui kuda roh biasa. Aku hanya ingin pergi dari tempat beradab yang membosankan dan penuh kepura-puraan ini.
Aku mencapai gerbang kota. Para penjaga Tuan Kota di sana, yang mungkin telah mendengar cerita dari rekan-rekan mereka di arena, membungkuk dalam-dalam, bahkan tidak berani menanyakan tujuanku atau ke mana aku akan pergi. Otoritasku di kota ini sekarang mungkin setara dengan Tuan Kota itu sendiri.
Aku melangkah melewati mereka, meninggalkan kota yang telah kutaklukkan di belakangku. Udara yang lebih liar dan segar dari hutan belantara menyambutku. Azure Cloud Mountain Range membentang di kejauhan seperti naga tidur raksasa berwarna hijau tua.
'Tiga minggu,' pikirku, senyum sinis tersungging di bibirku. 'Waktu yang lebih dari cukup. Mari kita lihat, Lin Feng. Mari kita lihat bagaimana reaksi pahlawan kecil kita... saat dia menyadari bahwa "keberuntungan" terbesarnya telah dicuri... lagi.'
Dengan satu pikiran, aku mengaktifkan [Void Step].
SWOOSH!
Tubuhku melesat ke depan, menghilang ke dalam bayangan hutan yang lebat di kaki pegunungan, memulai perburuanku yang sesungguhnya.