"Harus berapa kali aku katakan, aku ini masih istri orang, dan aku tidak ingin menjadi seperti mereka dengan membiarkanmu terus mendekat dan memberiku perhatian. Aku harap kamu mengerti maksudku," kata Tiara penuh permohonan.
Senja menatapnya lekat. "Tiara, aku jelas mengerti apa maksudmu, tapi aku melakukan semua ini bukan untuk mengajakmu berselingkuh. Aku hanya ingin menunjukkan rasa cintaku padamu. Itu saja, tidak lebih."
Yaa Tuhan... Senja ini benar-benar keras kepala, membuat wanita itu bingung bagaimana lagi harus menghadapinya.
"Dan jika alasanmu mendorongku menjauh karena statusmu, aku akan memberimu jalan keluar. Aku akan membayar pengacara untuk mengurus perceraian kalian di pengadilan. Kamu di sini tinggal terima beres saja," kata Senja lagi menatap Tiara dengan ekspresi serius.
Baca cerita selengkapnya hanya di sini>>>
Dan jangan lupa follow IG @itayulfiana untuk lebih kenal dengan penulis😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SETIA — BAB 31
"Arkan dan Anika dipecat karena melanggar kebijakan perusahaan, tentang larangan hubungan asmara antar rekan kerja, dan kalau aku tidak salah informasi, Anika juga sedang mengandung anak Arkan," kata Robby, teman baikku yang bekerja di perusahaan yang sama dengan mereka.
"Apa? Dipecat?" Reyhan yang sedang bersamaku menemui Robby langsung membulatkan mata terkejut mendengar informasi itu. "Tepatnya kapan mereka dipecat?" imbuh Reyhan bertanya.
"4 Hari yang lalu," jawab Robby.
Reyhan terdiam sesaat, tetapi tangannya terkepal dengan rahang yang mengetat keras. "Berarti hari dia dipecat adalah hari yang sama saat dia meminta kak Tia melahirkan anak untuknya lagi, sementara selingkuhannya juga tengah hamil." Nada bicara Reyhan terdengar sangat emosi. Dadanya kembang kempis. "Brengsek. Gimana bisa dia memperlakukan kakakku seperti itu?"
Melihat Reyhan kembali marah, aku mengusap pelan punggungnya. "Tenang, Rey. Cepat atau lambat, kita pasti akan membuat Tiara tahu segalanya."
Setelah pertemuan singkat dengan Robby waktu itu, aku dan Reyhan sudah mengatur siasat untuk membuntuti Arkan dan Anika. Reyhan melakukan penyamaran, diam-diam mengikuti Arkan kemana pun pria itu pergi. Sementara aku, punya pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggal, memutuskan untuk menyewa jasa seseorang yang berpengalaman di bidang tersebut. Aku dan Reyhan baru punya waktu untuk bertemu saat sore menjelang.
Saat aku tengah menunggu Reyhan di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor, kulihat ekspresi wajahnya memang sudah tidak baik ketika kulihat dia memasuki ruangan. Jika saja emosi seseorang bisa dilihat dengan kasat mata, mungkin seluruh tubuhnya sudah dipenuhi kobaran api.
Dengan langkah cepat, Reyhan menghampiri meja tempatku duduk, lalu tanpa permisi menenggak kopi yang baru kuminum sedikit, membuatku melongo menatapnya. "Rey, kopinya masih panas..." kataku lirih, takut lidah dan tenggorokannya melepuh.
"Panasnya tidak seberapa ketimbang dadaku yang sedang terbakar emosi, Bang," ucapnya, mengusap kasar bekas kopi yang menetes dari sudut bibirnya menggunakan punggung tangan. Kemudian dia duduk di seberang mejaku dengan napas memburu.
Aku sengaja diam selama beberapa detik demi membiarkannya lebih tenang. Lalu setelah itu aku memintanya bercerita.
"Aku gak nyangka, laki-laki brengsek itu rupanya bekerja sama dengan mama Rini. Mereka ingin berdua mau menjebak dan mengurung kak Tia dalam neraka berkedok pernikahan. Aku kecewa, mama Rini yang selama ini aku anggap baik, ternyata punya pemikiran picik."
Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Reyhan yang penuh emosi itu. "Maksudmu apa, Rey? Coba ceritakan lebih pelan agar jelas dan aku bisa mengerti. Mama Rini itu siapa sebenarnya?"
Reyhan kemudian menceritakan bahwa Mama Rini itu adalah ibu kandung Arkan. Mengenai ide melahirkan anak kedua, sebenarnya adalah ide ibu mertua Tiara tersebut. Tujuannya agar Tiara tidak mudah lepas dari putranya jika mereka memiliki 2 anak. Sebab jika Arkan bercerai dengan Tiara, Arkan tidak akan mendapatkan warisan sepeser pun dari papanya. Hak waris akan jatuh ke tangan Ardhan sepenuhnya selaku cucu kandung mereka, yang baru bisa dikelola setelah Ardhan dewasa dan siap menikah. Apalagi Arkan sekarang sudah kehilangan pekerjaan, jadi dia harus berbuat lebih baik terhadap Tiara agar Tiara bisa tetap bertahan di sisinya. Dan mengenai Anika, ibu kandung Arkan tersebut tidak sudi punya menantu yang tidak jelas asal usulnya seperti dia, bahkan malah menyuruh Arkan menggugurkan kandungan Anika bagaimana pun caranya.
"Wah, miris sekali. Bisa-bisanya ada orang yang berpikiran picik seperti itu. Padahal anak yang dikandung Anika juga darah dagingnya," gumamku, seketika merasa kasihan dengan nasib Anika yang ternyata menyedihkan.
"Bang Senja sendiri gimana? Sudah dapat informasi apa aja dari orang suruhan Abang itu?" tanya Reyhan, yang nampaknya sudah lebih tenang setelah mengeluarkan uneg-unegnya.
"Aku akan mengatakan intinya saja," ucapku. Reyhan memperhatikan sambil menyesap es kopinya yang baru datang. "Arkan dan Anika bertengkar hebat tadi pagi. Aku rasa kejadian itu sebelum bertemu dengan mamanya. Anika pergi meninggalkan apartemen tempat tinggal mereka selama ini setelah pertengkaran, dan sekarang dia bersembunyi di sebuah hotel. Kabar yang baru kudapatkan beberapa menit lalu, Arkan sedang berusaha mencari Anika kemana-mana dan belum ketemu."
Reyhan menghela napas. "Pokoknya perselingkuhan mereka harus kita bongkar secepatnya, Bang," katanya berapi-api.
"Tentu saja, kamu tidak usah khawatir," kataku. 'Bahkan aku lebih tidak sabar dari kamu, Rey,' tambahku dalam hati.
.
.
"Mobil kak Tia sudah kubawa keluar, Bang. Rencana kita berjalan semestinya. Pokoknya, kita harus membongkar semuanya hari ini juga. Kak Tia harus memergoki mereka berselingkuh secara langsung," lapor Reyhan keesokan paginya dengan penuh semangat.
Aku mengangguk, meski Reyhan tak bisa melihatnya. "Menurut laporan Yogi, Tiara sudah memesan grab di aplikasi. Sekarang Yogi sedang dalam perjalanan menjemputnya," ucapku. Yogi adalah orang yang kusewa sebelumnya untuk mengikuti Anika. Hari ini, dia kembali menjadi sopir Grab, sama seperti yang dia lakukan pada Anika kemarin.
Awalnya, rencana berjalan sangat lancar saat Yogi berhasil membawa Tiara yang terlihat sangat banyak beban pikiran ke Kafe Fiksi & Kopi Noir, begitu pun dengan pertemuan kami yang seolah terjadi secara kebetulan di tempat tersebut. Aku dan Tiara mengobrol cukup banyak, dan sebisa mungkin pertemuan kali ini aku harus membuatnya berkesan, aku ingin dia jatuh hati padaku perlahan dengan cara sedikit menggodanya, hingga akhirnya laporan dari Yogi kuterima bahwa sebentar lagi Arkan akan membawa Anika pergi meninggalkan hotel. Sebisa mungkin, aku harus membawa Tiara ke sana bagaimana pun caranya, tidak boleh terlambat. Hingga akhirnya aku berhasil membawanya menuju Hotel Clarion tepat waktu dengan alasan yang masuk akal saat ingin mengantarnya pulang.
Sayangnya, rencanaku dan Reyhan tidak berjalan sesuai harapan. Bahkan saat melihat suaminya bersama dengan wanita lain, Tiara tidak turun melabrak mereka. Entahlah, sampai-sampai aku bingung dengan jalan pikiran wanita satu ini.
Setelah mengantar Tiara pulang dengan selamat hingga sampai ke rumahnya, aku langsung bergegas menemui Reyhan. Dengan tubuh loyo karena kehilangan semangat, pemuda itu berkata, "Rencana kita gak berhasil, Bang. Sekarang aku bingung, harus dengan cara apa lagi agar kak Tia bisa tahu masalah ini. Mau mengatakannya langsung, aku masih gak memiliki keberanian untuk itu."
Aku menghela napas. "Sabar, Rey. Bangkai busuk gak bisa ditutupi selama-lamanya. Aku yakin, cepat atau lambat Tiara pasti akan tahu," kataku mencoba menghibur Reyhan, sekaligus memberi penghiburan untuk diri sendiri.
Flash back off.