Ugly To Beautiful

*****

Malam ini Zevana terlihat begitu gugup, ia tidak tahu apa yang sedang direncanakan neneknya. Hampir satu jam Zevana merias wajahnya dan ia juga terus saja mengganti-ganti pakaiannya hanya untuk bertemu dengan neneknya.

“ Ze? Kamu belum kelar juga sayang? “ Tanya Sania yang baru saja masuk ke dalam kamar Zevana.

Zevana menggelengkan kepalanya sambil menatap ke arah Sania dengan tatapan sendunya.

“ Kenapa sayang? Kamu pasti gugup ya karena nenek mengadakan acara makan malam ini untukmu? “

“ Iya ma, aku ingin memberikan kesan lebih untuk nenek, saat terakhir kali bertemu nenek di acara pertunangan kak Lian, nenek sempat menatapku tanpa berkedip, mungkin saja semenjak hari itu nenek mulai menaruh perhatian padaku ma. Aku tidak ingin mengecewakan nenek dan ingin tampil dengan sempurna malam ini. Nenek pasti sangat bangga jika aku bisa tampil cantik, apa lagi nenek juga mengundang seseorang kan? “

Sania tersenyum lalu membelai lembut rambut putrinya itu. “  Sayang, kamu sudah sangat-sangat cantik, dan tidak perlu tampil sempurna untuk menyenangkan seseorang, yang terpenting ini. “ Sania menyentuh dada Zevana. “ Hati kamu, kalau kamu melakukannya dengan sepenuh hati, kesempurnaan akan terpancar dengan sendirinya. “

“ Mama…” Kedua mata Zevana mulai berkaca-kaca lalu ia memeluk Sania dengan manja.

“ Sudah, jangan terlalu terbebani, cepat kamu pilih pakaianmu, mama tunggu di bawah ya. “

“ Iya ma…”

Sania pun pergi meninggalkan Zevana, dan Zevana kembali memilih pakaian yang cocok untuknya, saat ia sedang melihat-lihat beberapa pakaian, pandangan mata Zevana tertuju pada dress berwarna lilac yang ada di dalam lemarinya.

“ Warnanya sangat lembut, aku akan memakainya. “

Zevana akhirnya menetapkan pilihannya pada dress berwarna lilac yang panjangnya sedikit melewati lututnya, lalu ia mengikat sebagian rambutnya dan memberikan pita berwarna lilac juga di bagian yang terikat.

Tampilannya semakin anggun dengan heals tahu dengan tinggi 3 cm, ia juga mengenakan tas selempang mini berwarna putih yang semakin mempercantik penampilannya.

Setelah selesai berdandan, Zevana kemudian turun untuk menghampiri Alian, Sania dan juga Langga yang sudah menunggunya di ruang tengah.

“ Ma, pa…kak Lian, ayo kita berangkat. “ Ucapnya.

Mendengar suara Zevana, semua pun menoleh dan menatap Zevana dengan tatapan kagum.

“ Ze…kamu cantik sekali malam ini, tidak sia-sia papa menunggu mu sampai beruban. “  Canda Langga yang juga kagum karena malam ini Zevana memang benar-benar terlihat begitu cantik.

“ Papa, papa memujiku atau meledekku? “

Zevana mengerucutkan bibirnya, namun pipinya begitu merona karena ia juga tersipu malu dengan candaan yang dilontarkan papanya itu.

“ Papa memujimu Ze, kamu memang sangat cantik malam ini, bukan hanya cantik, putri mama terlihat sangat manis mengenakan gaun itu. Kamu setuju kan Lian? “

“ Iya ma, aku setuju, kakak tidak sia-sia mengajarimu berdandan, kamu bahkan jauh lebih pandai merias wajahmu dibandingkan dengan kakak. “ Sahut Alian yang tidak mau ketinggalan untuk memuji adik kesayangannya itu.

Wajah Zevana semakin memerah, lalu mereka dengan segera keluar dan menuju mobil mereka.

*****

Mereka sudah sampai di tempat acara makan malam, di sebuah restoran yang begitu mewah dengan nuansa eropa. Tempat itu sengaja di sewa Syarah untuk acara spesial malam ini.

Seorang pelayan dengan jas hitam dan dasi pita berwarna putih menyambut mereka dan mengantar mereka ke sebuah meja besar yang ada di tengah-tengah restoran tersebut.

Dari kejauhan sudah terlihat Syarah yang sedang bersenda gurau dengan beberapa orang di meja besar itu. Zevana yang merasa begitu gugup sampai tidak berani menatap ke arah meja tersebut dan hanya bisa berjalan dengan tertunduk.

Sementara Alian, ia terlihat terkejut ketika melihat siapa tamu spesial selain Zevana di meja itu.

|| Ada apa ini? Kenapa nenek bisa mengundang mereka. || Batin Alian. 

“ Ze…coba lihat, jangan menunduk terus, kamu pasti sangat terkejut saat melihatnya. “

Alian menyikut lengan tangan Zevana dan meminta Zevana untuk melihat ke arah meja tersebut, namun Zevana masih saja tertunduk sampai mereka sampai di meja besar itu.

“ Akhirnya cucu kesayangan nenek datang…”

Syarah berdiri lalu kemudian menghampiri Alian dan memeluknya, sementara Zevana, ia sama sekali tidak mengharapkan pelukan dari Syarah, namun, tanpa di duga-duganya, Syarah tiba-tiba beralih ke arah Zevana setelah memeluk Alian lalu memeluknya.

|| Nenek memelukku? || Batin Zevana. 

Zevana sangat senang sampai ia ingin meneteskan air matanya, namun Zevana menahannya, lalu kemudian ia duduk, dan setelah itu ia baru melihat siapa yang sudah ada di hadapannya.

Kedua matanya terbelalak, terlebih lagi dua pria yang ada di hadapannya sudah tersenyum senang ke arahnya.

“ Hai Ze…cantik banget malam ini, ekhemmm…” Sapa Dandy setelah itu ia berdehem lalu menyikut lengan tangan Febian yang saat ini duduk tepat di sebelahnya.

Syarah pun tersenyum senang saat melihat interaksi antara Dandy, Febian dan Zevana. Sementara Zevana, Alian, Sania dan Langga, mereka terlihat masih kebingungan dengan situasi saat ini.

“ Langga, Sania, ini Antoni Satnaranza dan Yura Naina, Antoni ini anak dari teman lama papa kamu, dan kebetulan beberapa hari lalu mama bertemu dengan mereka, mama sudah berbincang tentang banyak hal, dan ada kesepakatan di balik obrolan mama dan Antoni. “  Jelas Syarah memperkenalkan kedua orang tua Dandy dan Febian pada Sania dan Langga.

“ Kesepakatan? Kesepakatan apa ma? “ Tanya Langga bingung.

“ Ini soal putra sulung mereka Febian, dia menyampaikan niat baiknya pada mama, dan mama sangat senang mendengarnya. Ternyata selama ini Febian menyukai Zevana, dan karena hal itu, Antoni dan mama sepakat untuk menjodohkan Zevana dengan Febian, bagaimana menurut kalian? “

Langga dan Sania saling berbagi tatapan, mereka tidak bisa memutuskannya, karena ini menyangkut masa depan Zevana, dan Zevana juga yang berhak memilih nya.

Sementara Zevana, ia cukup terkejut mendengarnya, lalu Zevana melihat ke arah Febian, Febian hanya melemparkan senyuman yang sudah mengembang di wajahnya, di balik senyuman Febian juga tersirat perasaan khawatir, ia takut jika Zevana akan menolak maksud baik dari keluarga dan juga nenek Syarah.

“ Ma, aku dan Sania tidak bisa memutuskannya, semua keputusan ada ditangan Ze, Ze berhak menentukan masa depannya. “

Sedangkan Alian, wajahnya sudah terlihat cukup kesal dengan tindakan neneknya yang mengambil keputusan seorang diri tanpa merundingkannya terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya dan juga Zevana, walau Alian sudah tau jika Febian menyukai Zevana, tapi Alian cukup kecewa karena neneknya mengambil keputusan seorang diri.

“ Nek…boleh tidak aku berbicara dengan kak Bian sebentar diluar? “

Dengan suara yang sedikit bergetar, Zevana membuka suaranya dan meminta izin dari Syarah untuk berbicara dengan Febian di luar.

“ Baiklah, itu keputusan bagus, Ze, nenek harap kamu tidak mengecewakan nenek ya. “ Ucap Syarah dengan sedikit penekanan dalam kalimatnya.

Zevana pun mengangguk, lalu ia beranjak dari duduknya, diikuti oleh Febian yang kini juga sudah berjalan tepat di belakangnya.