NovelToon NovelToon
Pembalasan Rania

Pembalasan Rania

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Pelakor / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: sweetiemiliky

Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Pertengkaran kecil

Pagi-pagi Anton sudah siap dengan baju kerjanya dan kini sedang mematut dirinya didepan cermin sambil menggulung lengan kemeja nya. Saat sedang bersiap mematut dirinya didepan cermin, pintu kamar tiba-tiba saja terbuka dari luar, menampilkan sosok Mina kemudian.

"Ayah. Sarapannya sudah siap."

Tidak ada jawaban, melirik saja juga tidak. Bulu alis Mina menukik tajam seraya berjalan mendekati suaminya.

Memukul pelan punggung Anton. "Ayah! Ibu sedang berbicara dengan ayah, loh!"

Anton pura-pura tidak mendengar. Ia memakai parfum dipergelangan dengan santai, lalu mengambil tas kerja yang terletak diatas tempat tidur. Dan tanpa memperdulikan sang istri, Anton membawa langkahnya keluar kamar.

Mulut Mina membulat tak percaya dengan tubuh bergerak memutar mengikuti kepergian suaminya. Tak lama kemudian, ekspresinya berubah kesal saat menyadari sesuatu.

Mina segera menyusul langkah sang suami yang ternyata sudah sampai diruang tamu. Bahkan dia melewati ruang makan begitu saja, tanpa ada niat untuk singgah disana.

"Ayah kenapa, sih? Dari tadi ibu berbicara dengan ayah, loh!" Napas Mina memburu. "Hanya karena ibu tidak mengantarkan Rania sampai teras kemarin, ayah marah dengan ibu? Iya?"

Belah bibir Anton masih terkatup rapat. Ia hanya memandang sang istri tanpa ada niatan menjawab, dan suara Mina kembali terdengar tak lama kemudian.

"Ayah terlalu membesar-besarkan masalah sepele."

"Sepele untuk ibu belum tentu sepele untuk hati seorang anak, Bu."

"Ya terus ibu harus apa, yah? 'Kan ibu juga ada alasannya kenapa tidak mengantarkan Rania sampai teras. Kebetulan Ambar sedang merasa kurang nyaman pada perutnya, jadi ibu menemani Ambar didalam kamar."

Menghela napas berat. Perdebatan ini tidak akan ada akhirnya kalau diteruskan, bisa saja malah membuat hubungan keluarga ini semakin tidak baik, karena masing-masing dari Anton dan Mina memihak orang yang berbeda.

"Ayah berangkat."

"Ayah!" Menahan pergelangan tangan Anton guna menahan langkahnya. "Sarapan dulu! Ibu sudah memasak dari pagi untuk ayah. Hargai ibu sebagai istri ayah."

Anton tidak langsung merespon, dia diam sebentar, lalu melepaskan tangan Mina dari pergelangan tangannya dalam diam.

Ke-dua matanya mulai berkaca-kaca saat Anton mulai meninggalkan rumah tanpa menyentuh makanan yang dia masak. Sepertinya Anton benar-benar marah kali ini, buktinya untuk pertama kali selama mereka menikah, Anton mengabaikan makanan diatas meja.

Tanpa Anton dan Mina ketahui, bahwa dibalik dinding ada anak mantu yang menyaksikan pertengkaran mereka dari awal. Tentu saja karena tidak napsu makan lagi karena keadaan rumah sedang tegang.

"Ini semua pasti karena mbak Rania."

Mendengar hal itu, Bumi menunduk melihat Ambar. Tak lama ia menggelengkan kepala dan memutuskan untuk meninggalkan tempat.

...----------------...

Walaupun ada empat orang laki-laki yang bekerja, sampai siang, keadaan rumah baru bisa bersih setengah. Itu pun kerena dua orang membersihkan rumput yang sudah tinggi dihalaman belakang dan depan, dua orang lagi membersihkan bagian dalam.

Kali ini, yang bertugas membersihkan bagian dalam adalah Onad dan Ryan yang sudah menghabiskan kopinya.

"Baju-baju yang sudah busuk ini ingin dibuang kemana, bos?"

Ryan yang sedang mengumpulkan barang-barang dikolong meja pun mendongak. Terlihat Onad membawa satu kardus berisi setumpuk baju yang mulai membusuk.

Dia terdiam sejenak. Baju-baju itu adalah milik ayah dan ibunya yang masih tertinggal disini. Ryan mengalihkan perhatiannya kembali pada tumpukan barang-barang bekas, lalu menjawab.

"Bakar saja dengan barang-barang ini."

Onad mengangguk dan membawa kardus besar itu ke luar rumah lebih dulu. Katanya, barang-barang yang bisa dibakar, akan dibakar dihalaman belakang.

Onad pergi, muncul Rania dari balik pintu. Ia langsung mendekati Ryan.

"Ryan," Panggilnya. Sang empu menoleh dan menatapnya. "Aku lapar. Apa kita bisa keluar sebentar mencari makanan?"

Berkedip sekali. Ia baru ingat kalau tidak ada bahan masakan apapun dirumah ini, dan Rania baru bilang kalau dia lapar saat sudah siang.

Ya, walaupun Ryan juga belum menyuap nasi, sih. Tapi 'kan dia tidak dalam keadaan hamil.

Ryan buru-buru beranjak dan mencuci tangan. Sambil mengeringkan tangan menggunakan baju bagian belakang, Ryan mendekati Rania.

"Ingin makan apa?"

"Apa saja yang penting kenyang."

Dahinya mengerut heran. "Bukankah orang hamil selalu ingin makan makanan yang aneh?"

"Aneh apa maksudmu? Aku tidak."

"Ya sudah. Ayo kita pergi, makan nasi kuning didekat jalan raya saja kalau begitu."

Rania mengangguk-angguk, lalu mengikuti langkah Ryan yang sudah memimpin didepan. Nasi kuning untuk makan siang sekaligus sarapan sepertinya tidak buruk juga.

Air liur Rania seperti akan menetes membayangkan bau nasi kuning dipadukan dengan timun, kering tempe, dan telur. Tidak lupa sambal.

"Hei kalian! Aku akan pergi ke depan untuk membeli makan siang. Kalian ingin menitip apa selain nasi kuning?"

"Aku ingin siomay dipertigaan."

"Berapa orang?"

"Kami semua ingin siomay, jadi beli tiga porsi dan— oh! Jangan lupa eh tehnya."

...----------------...

"Nasi kuning dua porsi ya, bu?"

"Siap, mas! Ini lauknya komplit?"

Ryan melirik Rania. "Apa ada yang ingin kau kurangi lauknya?"

"Tidak. Aku bisa makan semua kecuali mie bihun, aku tidak terlalu menyukainya."

Sebelum hamil biasa saja melihat olahan mie bihun, kadang juga makan karena Mina memasaknya sesekali. Namun entah kenapa saat melihatnya disituasi sekarang, Rania kurang menyukainya.

Apa kamu yang tidak menyukai mie bihun, sayang? Batinnya sambil mengusap-usap perut.

Setelah mendapatkan pesanan berupa dua porsi nasi kuning, Ryan dan Rania duduk dikursi yang tersedia. Mereka duduk saling berhadapan.

"Ini enak sekali. Berapa harganya?"

"Lima belas ribu," Jawab Ryan dengan tenang, lalu kembali menyuap suapan berikutnya.

Manik Rania melebar dan jatuh pada sepiring nasi kuning yang baru ia makan satu suap. "Sebanyak ini? Murah sekali. Bubur ayam disekitar tempat kerjaku saja dua puluh ribu."

"Jangan suka membandingkan harga pada satu tempat dengan tempat lainnya. Kau 'kan tidak tahu bahan pokok yang mereka gunakan, terkadang harganya naik."

"Ya ... Tapi untuk satu mangkuk bubur terlalu mahal."

Menghembuskan napas panjang. "Sudahlah. Daripada membandingkan makanan, lebih baik segera habiskan makananmu dan segera kembali ke rumah. Masih banyak sisi yang harus dibersihkan asal kau tahu."

Bibirnya berdecak sebal sebelum akhirnya menuruti perintah Ryan. Rania menyantap nasi kuning dengan tenang, begitupun dengan Ryan. Mereka mampir membeli siomay dan es teh juga sebelum kembali ke rumah.

1
sutiasih kasih
ambar... km itu jenis makhluk benalu tak tau diri....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
sutiasih kasih
lnjut up....
👍👍
Riska Ananda
terfav🥰🥰
Riska Ananda
gk sabar nunggu kelanjutannya klo bisa up banyak2 thor
sutiasih kasih
org tua tak adil itu memang sll ada... & benar adanya....
tpi.... ank yg tak di anggp justru kelak yg sll ada untuk org tuanya di bandingkn ank ksayangan....
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Shreya Das
Bagus banget, jadi mau baca ulang dari awal lagi🙂
KnuckleBreaker
Gak bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!