NovelToon NovelToon
Bodyguard Om Hyper

Bodyguard Om Hyper

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Pengawal / Bercocok tanam / Romantis / Model / Playboy
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

"Lepasin om! Badan gue kecil, nanti kalau gue penyet gimana?!"

"Tidak sebelum kamu membantuku, ini berdiri gara-gara kamu ya."

Gissele seorang model cantik, blasteran, seksi mampus, dan populer sering diganggu oleh banyak pria. Demi keamanan Gissele, ayahnya mengutus seorang teman dari Italia untuk menjadi bodyguard.

Federico seorang pria matang yang sudah berumur harus tejebak bersama gadis remaja yang selalu menentangnya.

Bagaimana jadinya jika Om Hyper bertemu dengan Model Cantik anti pria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obsesi gelap

Alis Gissele mengernyit, Jangan bilang dia anu lagi.. haduh. Ini bahaya menurut Gissele.

Langit yang awalnya hanya menangis pelan kini meledak menjadi badai.

Hujan turun dengan derasnya, membasahi jalanan dan membuat suasana terasa semakin sunyi… hanya suara gemuruh dan percikan air yang menemani mereka.

Gissele dan Federico berlindung di bawah sebuah halte tua—tiangnya besi berkarat, atapnya sudah bocor sedikit, tapi cukup menahan hujan untuk sementara.

Air menetes dari ujung rambut mereka. Jaket Federico sudah ia berikan pada Gissele, dan kini tubuh pria itu pun ikut basah oleh hujan.

Tapi bukan dingin yang terasa… melainkan panas. Panas yang perlahan membakar ruang sempit di antara mereka.

Setelah pelukan itu, Gissele menjauh karna takut pada Federico. Ia menempel ke tiang penyangga halte, punggungnya menyentuh logam dingin yang kontras dengan hawa panas yang tiba-tiba hadir dari Federico yang berdiri di hadapannya.

Mata pria itu berubah. Sorotnya tajam, menyala, seakan menahan sesuatu yang sejak tadi mendesak keluar dari dalam dadanya.

Nafasnya cepat dan tatapannya terkunci pada wajah Gissele yang kini tampak gugup… namun tidak menjauh.

“Nona…” suaranya dalam, seperti bisikan bergetar. Federico mengangkat tangannya perlahan, lalu menyentuh pipi Gissele.

Jemarinya dingin, tapi lembut… menyapu helai rambut basah yang menempel di wajahnya.

“Saya benar-benar minta maaf…” bisiknya lagi, namun bukan karena akan mundur—melainkan karena ia tau, setelah ini, ia akan melewati batas.

Gissele tak sempat berkata apa-apa. Hanya sempat menarik nafas satu kali sebelum wajah Federico mendekat… dan mencium bibirnya.

Ciuman itu bukan lembut. Federico tak lagi menahan dirinya. Bibirnya menekan bibir Gissele, dalam dan penuh dorongan emosi yang selama ini ia tahan.

Tangan kirinya menahan kepala Gissele, jemarinya menyelip di belakang telinga gadis itu, sementara tangan kanan mencengkeram tiang di samping wajahnya, mengunci gadis itu dalam pelukannya.

Gissele terkejut, tubuhnya gemetar dan ia tidak bisa menolak.

Panas dan dingin bercampur. Hujan yang menggila di luar sana kontras dengan api yang kini membakar dada mereka.

Nafas Gissele terengap. Federico memperdalam pagutannya, mengecup lebih dalam, hingga tubuh Gissele terasa melemas, tak berdaya menolak badai perasaan yang menerjangnya.

Saat ciuman itu perlahan melambat, Federico membuka matanya. Ia menatap gadis itu dalam jarak yang begitu dekat, lalu berbisik lirih…

"Kalau kamu terus melihat saya seperti itu… saya nggak akan bisa berhenti, Nona."

Gissele menggigit bibirnya, tubuhnya gemetaran setengah mati. Federico ingin mendekat lagi tapi, Gissele mendorong dada pria itu.

"Ayo pulang, Om.. hujannya udah reda." Bisiknya dengan suara yang bergetar.

Hujan mulai reda, suara air yang tadinya menghantam keras atap halte kini hanya terdengar seperti bisikan lembut dari langit.

Federico lalu mengalah kembali, "Baiklah."

Federico dan Gissele akhirnya memutuskan untuk kembali.

Mereka naik motor dalam diam. Angin malam masih menusuk kulit, tapi tak satupun dari mereka mengeluh. Hati mereka lebih gaduh dari udara malam yang membeku.

Gissele benar-benar membeku. Entah karna kelelahan… atau karna pikirannya yang masih melayang pada ciuman di bawah halte tadi.

Ciuman itu... seolah menghapus batas yang selama ini ia jaga dengan mati-matian.

Beberapa saat berlalu.. 

Rumah mulai terlihat di kejauhan, lampunya menyala terang dan Ibu Gissele menunggu di sofa.

Begitu motor berhenti di depan pagar, pintu rumah langsung terbuka.

"Duh Icel…!" Suara sang ibu menyambutnya keras, penuh campuran antara lega dan marah.

"Kamu kena hujan ya, belum mandi pasti. Udah makan belum? Lihat bajumu basah kuyup begitu!"

Gissele hanya menunduk, mengangguk kecil, masih membeku dalam pikirannya sendiri. "Udah, Mami… Aku nggak apa-apa, serius."

Tapi ibunya, meski cerewet, bukan tak peka. Mata tajam wanita paruh baya itu sempat melirik ke arah Federico yang berdiri sopan di belakang, lalu kembali menatap anak perempuannya.

Ibunya sadar jika Gissele kini memakai jaket pria itu, ia sadar jika Federico benar-benar menjaga anaknya dengan baik.

"Makasih udah jagain Icel ya, Rico." Ucap Ibunya pada Federico. Pria itu hanya mengangguk lalu pergi dari sana.

"Mandi sana, Icel. Biar nggak sakit."

Gissele mengangguk dan langsung masuk ke kamarnya lagi untuk mandi.

Dunia seakan mendadak sunyi dan hanya tersisa debaran jantungnya. Gissele menyalakan lampu, menatap wajahnya di cermin—dan ada rona merah di pipinya yang belum hilang sejak tadi.

"Huf.."

Air dingin dari keran ia guyurkan ke wajahnya. Tapi bukan untuk menyegarkan… lebih untuk menyadarkan diri.

Namun sekeras apapun ia mencoba melupakan, bayangan Federico tak bisa diusir.

Ciuman itu…

Ciuman yang membuat tubuhnya panas dingin. Sentuhan tangan di pipi, de sah nafas di sela hujan, dan bisikan lirih yang membuat hatinya berdebar sampai sekarang.

Gissele menatap dirinya sendiri di cermin, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Kenapa jantung gue… kaya mau meledak begini?"

Ia menggeleng pelan, seolah menolak perasaannya sendiri. "Nggak, gue nggak mungkin suka sama dia.."

Gissele terus meyakini dirinya sendiri hingga selesai mandi lalu terlelap dalam tidurnya.

Dan diluar  sana, Federico bermain solo lagi karna tidak tahan.

...****************...

Pagi itu, matahari baru saja naik, menyinari halaman depan rumah keluarga Gissele dengan hangat yang menyenangkan.

Hari ini Gissele libur kelas karna dosennya sakit—sebuah kesempatan langka yang biasanya ia gunakan untuk olahraga lainnya.

Setelah sarapan sederhana seperti biasa roti panggang dan susu—ibunya bersiap-siap untuk pergi. Wanita itu sempat menepuk pundak Gissele dengan tatapan serius.

"Naikin nilainya ya, Icel. Yang C-nya dibenerin, Mami kerja dulu."

Gissele mengangguk pelan, meski hatinya sedikit berat.

Setelah ibunya pergi, rumah terasa lengang. Tapi justru itulah yang diinginkan Gissele pagi ini.

"Akhirnya.."

Gissele berjalan ke kamarnya, mengganti pakaian menjadi setelan olahraga. Tank top olahraga dan legging hitam ketat yang membentuk tubuh rampingnya.

Rambutnya ia ikat tinggi dan saat ia bercermin, Gissele bergumam pelan.

"Oke semangat." Gissele memakai earphone sambil mendengarkan lagu.

Hari ini, ia memutuskan untuk workout. Gissele biasa melakukan ini untuk membentuk tubuhnya.

Biasanya, ia membuka pintu kamar dan jendela dengan sengaja, membiarkan udara pagi masuk.

Tapi Gissele lupa jika sekarang ia tak sendiri lagi. Federico bersandar di depan pintu kamar Gissele sambil memakan apel.

Mata pria itu tertuju pada Gissele yang sedang melakukan gerakan lunges dengan fokus.

Gissele jelas tidak sadar karna lagu yang ia dengarkan sedaritadi, ia juga hanya fokus pada gerakan dan nafasnya.

Federico menelan ludah pelan. Legging hitam itu… keringat Gissele yang mulai membasahi tubuh… rambut yang sedikit berantakan karena gerakan intens… semuanya membuat gadis itu terlihat seksoy dan mantap.

Pria itu tidak bisa berpaling, dalam hati, Federico mengumpat pelan.

Seksi banget nih anak majikan, batinnya.

Sampai akhirnya Gissele berdiri untuk minum, gadis itu menoleh ke samping dan..

"Pagi, Nona Gissele… rajin banget ya pagi-pagi udah olahraga." Sapa Federico dengan senyum nakal.

Gissele melepas sebelah earphonenya, "Om ngapain disana?" Tanya Gissele.

"Liatin Nona olahraga, kayanya seru banget."

"Stop gangguin gue deh." Gerutu Gissele dan berusaha menutup pintu namun mendadak ditahan oleh pria itu.

"Ih Om! Lepasin pintunya." Cibir Gissele dan Federico menyeringai.

"Saya punya tawaran Nona."

Helaan nafas berat dikeluarkan Gissele, "Apalagi sih?"

"Kalau Nona mau saya pergi, coba plank satu menit.. kalau berhasil, saya nggak akan gangguin Nona lagi."

Gissele nyengir lebar, "Lah itu mah gampang."

Jadi apakah Gissele akan berhasil dalam tantangan yang diberikan Federico?

...****************...

Disatu sisi, seorang pria di tengah ruangan gelap sedang menciumi terus foto Gissele.

"Ah sayangku.. kamu harusnya ada dibawahku sekarang, kamu benar-benar seksi.."

"Aku nggak sabar ketemu kamu lagi."

1
Rizki Septina
bagus ,, lanjut up min . banyakin episode
Nona Sifa
heehee mau nya si om di keluarin
Elmi Varida
wkwkwkkkk...🤣🤣salah sasaran si Federico🤣🤣
Dyah Rahmawati
lanjuut😘
Dyah Rahmawati
giseel ...ooh giseel 😘😘😀
..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!