"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #28
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hari berganti, Kai yang sudah memiliki nomer ponsel Erica tentu saja rajin menghubungi wanita itu meski hanya sekedar bertanya kabar, memang tidak terlalu intens tapi buktinya cukup membuat Erica bertanya tanya dalam hati jika pemuda tampan itu belum mengirim satu pesan pun padanya, termasuk hari ini.
Erica tak lepas dari benda pipih itu sekali pun ia dan keluarganya sedang makan malam bersama.
"Er, lagi nunggu kabar kah?" tanya Mama yang sadar betul dengan sikap anak tengahnya itu.
Nampak sekali Erica tak tenang dengan terus mengecek ponselnya demi memastikan ada tidaknya notif pesan dari Kaivandra.
"Enggak kok, Mah. Gak lagi nunggu kabar apa apa," jawab Erica sambil tersenyum terpaksa.
"Bohong! pasti ada yang di tungguin, Transferan ya, hahahahaha," ledek Si Bungsu ( Saha gaes namanya?)
Erica langsung merengut, tatapan matanya tajam dan cukup mematikan ke arah adik laki-laki nya yang kadang di perhatikan bertingkah sama dengan Kai, ada saja kekonyolan dan kerandoman yang di lakukan yang tak jarang membuat sakit kepala.
"Benar kata adikmu, Er. Pasti ada yang di tunggu," timpal Mama, ia tahu jika Erica sedang menyembunyikan sesuatu. Dan ia tak akan berhenti menyelidik sebelum tahu semuanya, karna Mama hanya ingin memastikan anak anaknya aman dan jauh dari masalah.
Sekali lagi Erica menggeleng kan Kepalanya, bukan tak ingin jujur, hanya saja ia tak siap untuk bicara tentang yang ia rasakan saat ini. Akan ada tawa yang menggelegar dari adik dan kakaknya andai tahu ia sedang menunggu notif pesan dari si Berondong.
Mana mungkin ia tak uring uringan, sebab Kai lah yang sekarang menjadi orang pertama saat ia bangun tidur dan orang terakhir pula saat ia menjelang tidur.
Sungguh memalukan memang, maka itu ia memilih untuk diam dan mengalihkan pembicaraan sampai makan malam usai. Tapi sialnya, Cita terus saja memancing untuk Erica bicara.
"Besok ada acara di kantor, aku mau berangkat lebih pagi," ucap Cita yang sudah lebih dulu menghabiskan makanannya.
"Acara apa?" tanya Mama.
"Biasa, Mah, acara tahunan. Er, kamu bisa kok kalau mau dateng, bukan untuk umum sih, tapi amanlah kalau kamu mau kesana," tawar Cita pada adiknya, ia berani seperti itu karna tahu jika Erica sedang dekat dengan anak si pemilik perusahaan.
Erica masih diam, ia cukup bingung mau menjawab apa atas tawaran kakaknya, " Gimana besok aja, Kak."
"Kalau boleh datang ya datang saja, Er. Lumayan untuk obat suntuk di rumah. Mungkin ada rejeki pekerjaan untuk mu nanti," ucap Mama.
"Nah, bener tuh. Nanti sekalian aku tanya tanya lowongan," timpal Cita.
Belum Erica menjawab iya atau tidak, terdengar suara bell di pintu utama pertanda ada tamu. Dengan sigap wanita itu bangun dari duduk, ia meninggalkan meja makan lalu bergegas ke arah pintu.
Ceklek
Senyum reflek terukir di bibir Erica saat melihat siapa yang ada di depannya saat ini, "Ada apa?" tanyanya langsung dengan nada dingin, seolah lupa jika sejak pagi hatinya di buat tak tenang.
"Mau numpang makan, boleh?"
Erica menghela napas, entah benar atau tidak tapi ia tetap mempersilahkan pemuda itu untuk masuk.
"Maaf ya, Mbak" ucap Kai.
"Maaf untuk apa?" tanya Erica yang langsung menghentikan langkah nya dan putar badan hingga mereka kini berdiri saling berhadapan.
"Aku gak ngabarin apa apa dari pagi. Aku sakit, Mbak" jelas Kai dengan suara yang memang cukup serak.
"Kamu sakit? udah minum obat?"
.
.
.
.
.
Hem--, emang Mbak Er bisa di minum yaa???