NovelToon NovelToon
Jadi Istri Om Duda!

Jadi Istri Om Duda!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Duda
Popularitas:642
Nilai: 5
Nama Author: Galuh Dwi Fatimah

"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keseriusan Bastian

“Om…,” bisik Riri kaget, tubuhnya menegang sejenak.

Bastian memeluknya dari belakang, tidak terlalu erat, tapi cukup untuk membuat jantung Riri berdetak cepat tak karuan. Suara napas Bastian terdengar di dekat telinganya, terasa dalam dan hangat.

“Jangan pergi dulu,” suara Bastian pelan, nyaris seperti gumaman.

“Kenapa…” Riri menggigit bibir bawahnya, pipinya panas. “Kalau nanti ada orang yang lihat—”

“Sudah sepi, Riri. Semua orang sudah pulang. Nggak ada siapa-siapa lagi disini, cuma ada saya dan kamu.” potong Bastian lembut.

Suasana jadi begitu sunyi. Hanya terdengar detak jam dinding dan napas mereka yang saling bersahutan. Riri perlahan menutup matanya, membiarkan tubuhnya rileks dalam pelukan itu.

“Om?” tanyanya lirih.

Bastian menundukkan kepala sedikit, suaranya bergetar samar. “Kadang kamu bikin saya jadi lupa diri. Kadang kamu bikin saya lupa, seharusnya saya menjaga jarak dan gak buat orang lain curiga dengan hubungan kita.”

Riri berbalik pelan, kini menghadapnya. Mata mereka bertemu—ada pergulatan, ada rasa yang tak lagi bisa disangkal.

“Om nggak perlu ngomong apa-apa,” ucap Riri pelan sambil menatapnya lekat. “Itu semua tanda kalo perasaan Om sama aku tulus, Om gak bisa nutupin semua itu karena aku pun ngerasain hal yang sama. Sulit rasanya buat pura-pura gak peduli atau acuh tiap lihat Om ada di dekat aku.”

Bastian terdiam. Tangan mereka masih saling bertaut, pelukan tadi belum benar-benar terlepas.

Bastian perlahan menyandarkan keningnya di pundak Riri, menarik napas panjang seolah ingin mengabadikan setiap detik kebersamaan mereka. Hening menyelimuti ruangan, hanya terdengar detak jantung mereka yang terasa semakin cepat.

“Om…” panggil Riri pelan, matanya menerawang ke depan tanpa berani bergerak.

Bastian memejamkan mata sesaat. Ada pergolakan kuat di dalam dirinya—antara logika yang menyuruhnya mundur, dan hati yang sudah terlanjur jatuh dalam pesona gadis muda itu.

“Riri… sepertinya saya harus bicara sama Papa kamu,” ucapnya lirih namun mantap.

Riri tertegun. Ia menoleh perlahan, menatap Bastian dengan mata membulat. “Om… serius?”

Bastian menatapnya dalam, tidak ada keraguan di sana. “Saya nggak bisa terus seperti ini. Kamu bikin saya lupa sama dunia saya yang dulu. Kamu… bikin dunia saya yang tadinya hampa jadi penuh warna lagi.”

Pipi Riri merona, jantungnya berdebar tak karuan. “Tapi Om… Papa pasti kaget. Papa nganggep Om itu sahabatnya sendiri, bukan…”

“Bukan calon menantunya?” potong Bastian lembut dengan senyum kecil. “Saya tahu. Tapi saya juga tahu, saya nggak bisa lagi pura-pura tidak punya perasaan ke kamu.”

Riri menunduk, bibirnya menggigit pelan. “Om yakin nggak akan nyesel?”

Bastian mengangkat dagu Riri perlahan dengan jemari hangatnya, memaksa gadis itu menatapnya. “Satu-satunya penyesalan saya cuma satu… kalau saya biarin kamu pergi dari saya.”

Kata-katanya membuat dada Riri bergetar hebat. Ia tak lagi melihat Bastian hanya sebagai atasannya di kantor, tapi sebagai lelaki yang benar-benar siap melangkah ke arah yang lebih serius dengannya.

____

Bastian duduk di ruang tamu rumah keluarga Riri dengan napas yang terasa berat. Tangannya yang besar tampak mengepal di atas lutut, menahan gugup yang tak biasa ia rasakan. Ini bukan rapat perusahaan atau negosiasi besar — ini jauh lebih personal. Ini tentang perasaannya pada putri sahabatnya sendiri.

“Bastian?” suara Pak Raden terdengar dari arah tangga. Lelaki paruh baya itu turun dengan langkah mantap, mengenakan pakaian santai. Senyumnya sempat merekah ketika melihat sahabat lamanya, tapi perlahan mengendur saat melihat ekspresi serius di wajah Bastian.

“Raden…” Bastian berdiri, menyambutnya dengan jabatan tangan hangat seperti biasa. Tapi kali ini, tak ada canda atau tawa seperti biasanya.

“Tumben banget datang malam-malam gini, Bas. Ada apa?” tanya Raden dengan nada penasaran.

Bastian menarik napas panjang, kemudian duduk kembali. “Saya datang bukan urusan kerjaan, Den. Ini… masalah pribadi. Masalah yang penting.”

Raden menyandarkan tubuhnya ke sofa, alisnya terangkat. “Masalah pribadi? Serius amat,, Bas.”

Hening beberapa detik. Jantung Bastian berdegup kencang. Ia tahu begitu kalimat itu keluar, hubungan mereka berdua tidak akan sama lagi.

“Den…” suara Bastian berat. “Saya… ada hubungan dengan Riri.”

Raden terdiam. Seketika suasana ruang tamu berubah tegang. “Apa?” tanyanya pelan tapi tajam.

Bastian menatap lurus ke mata sahabatnya. “Saya sayang sama Riri. Ini bukan main-main. Saya datang ke sini karena saya mau minta restu… bukan untuk pacaran sama anak kamu, tapi untuk bawa hubungan ini ke arah yang serius.”

Raden tertawa kecil, tapi bukan tawa senang. Lebih seperti tawa tak percaya. “Bastian… kamu sadar nggak kamu baru bilang apa barusan?”

“Saya sadar,” jawab Bastian mantap.

Raden perlahan berdiri, tangannya mengepal. “Riri itu anak saya, Bas. Anak saya! Dan kamu, kamu itu sahabat saya… kamu jauh lebih tua dari Riri. Kamu sadar dampaknya kalau orang lain tahu? Kamu pikir saya bisa terima begitu saja?” Nada suaranya mulai meninggi.

Bastian tetap duduk, menatapnya tanpa menghindar. “Saya sadar semua itu, Den. Justru karena itu saya datang. Saya nggak mau hubungan ini berjalan di belakang kamu. Saya mau kamu tahu dari saya sendiri. Saya gak mau kamu kecewa.”

Raden memalingkan wajah, berusaha menenangkan emosinya. “Sejak kapan?” tanyanya dengan suara lebih pelan tapi tajam.

“Beberapa waktu terakhir,” jawab Bastian jujur. “Awalnya saya mencoba menjaga jarak… tapi saya nggak bisa membohongi perasaan saya. Riri pun begitu. Saya tahu ini tidak mudah. Tapi Den, saya bukan pria muda yang main-main. Kalau saya sudah bicara soal pernikahan, saya benar-benar serius.”

Raden terdiam lama. Tatapan matanya berubah dari marah menjadi campur aduk — kecewa, bingung, dan juga khawatir. “Bas… ini berat. Kamu sahabat saya. Tapi kamu juga… sekarang bicara ingin menikahi anak saya. Kamu tahu betapa nggak masuk akalnya semua ini?”

Bastian mengangguk pelan. “Saya tahu. Tapi saya juga tahu… saya nggak pernah sejatuh ini sama siapa pun setelah istri saya pergi. Riri… bikin saya merasa hidup lagi.”

Ucapan itu membuat Raden terdiam sejenak. Ia menarik napas panjang, lalu duduk kembali. “Bastian… kasih saya waktu. Ini bukan hal kecil. Kamu ngerti kan? Riri itu anak saya Satu-satunya,”

Bastian menunduk hormat. “Saya ngerti, Den. Saya akan tunggu… apa pun keputusan kamu.”

Hening panjang melingkupi ruangan. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar. Tapi malam itu, sebuah percakapan besar telah dimulai, sesuatu yang akan mengubah arah hubungan mereka semua.

Riri baru saja pulang dari kantor ketika melihat mobil hitam milik Bastian terparkir di depan rumah. Alisnya mengernyit bingung. “Lho… mobil Om?” gumamnya pelan sambil menurunkan tas dari pundak.

Ia melangkah pelan ke ruang tamu, dan seketika langkahnya terhenti ketika melihat Papa dan Bastian duduk berhadapan dengan ekspresi serius. Tidak ada tawa seperti biasanya saat dua sahabat itu bertemu.

“Riri, kamu udah pulang?” suara Papa memecah keheningan.

“Eh… iya, Pa. Om…” sapa Riri gugup.

Bastian menatapnya sekilas, ada ketegangan aneh di wajahnya. Tidak seperti biasanya yang selalu tenang dan ramah. “Hai, Ri,” ucapnya datar tapi matanya tak bisa menyembunyikan rasa campur aduk.

“Papa sama Om lagi ngobrolin apa?” tanya Riri sambil mendekat, mencoba membaca situasi.

“Obrolan penting,” jawab Raden singkat.

1
Grindelwald1
Wah, mantap!
Galuh Dwi Fatimah: terimakasih!!
total 1 replies
Niki Fujoshi
Capek tapi puas baca cerita ini, thor! Terima kasih sudah membuatku senang.
Galuh Dwi Fatimah: Terimakasih kak, semoga harimu selalu menyenangkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!