NovelToon NovelToon
Bukan Upik Abu

Bukan Upik Abu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konglomerat berpura-pura miskin / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Mereka melihatnya sebagai Upik Abu. Mereka salah besar. Regina adalah CEO muda yang menyimpan rahasia besar. Di rumah mertua, ia menghadapi musuh yang tak terlihat dan cinta yang diuji. Mampukah ia mengungkap kebenaran sebelum terlambat? Ataukan ia akan kehilangan segalanya? Kisah tentang cinta, keluarga, dan rahasia yang bisa mengubah takdir seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Upik Abu Eps 27

"Tuan, saya baru saja mendapatkan kabar jika Meghan telah memeluk agama Islam."

Pranggg! Pecahan gelas kaca berhamburan, menyebar ke seluruh ruangan, suaranya memekakkan telinga, menggema di setiap sudut.

"Anak kurang ajar," ucap Ruelle sambil mencengkeram pinggiran kursi.

Ruelle geram, mengapa semua orang bersikap tidak hormat padanya? Padahal, apa pun yang menjadi kebutuhan mereka selalu ia usahakan, meskipun harus membunuh orang lain.

Ruelle hanya ingin melihat semua orang yang ia sayangi bahagia dengan apa yang ia lakukan, tetapi tidak dengan keluarganya sekarang.

Dahulu kala...

"Ayah, aku mau makan ayam goreng," ucap Morgan kecil, yang sangat menyukai ayam goreng saat itu.

Ruelle hanya bisa mengangguk pelan. Ia hanyalah seorang buruh, dan gajinya per hari pun hanya cukup untuk membeli beras dan bumbu dapur saja.

Huhu... Huhu....

Meghan kecil pulang sambil menangis.

"Ada apa, Nak?" tanya Ruelle. "Ayah, mereka jahat. Mereka tidak mau berteman denganku karena aku tidak punya boneka seperti mereka. Mereka tidak tahu saja, ayahku akan membelikan yang lebih bagus dan lebih besar dari punya mereka, kan, Ayah?" ucap Meghan kecil sambil merentangkan tangannya, seolah membuat pola yang besar.

Tangan Ruelle menggenggam erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia geram atas apa yang menimpa anak-anaknya.

Malam itu, Ruelle pergi ke pelabuhan yang sudah terbengkalai. Ia mengambil sesuatu dari sana, lalu dengan cepat mengantarkan barang tersebut. Meski berisiko, yang ada di pikirannya saat itu hanyalah bagaimana bisa mewujudkan keinginan anak-anaknya.

Dengan motor butut, Ruelle mengantarkan paket itu. Ia peluk dan genggam erat, seperti barang berharga. Sesampainya di tempat transaksi, ia menyerahkan paket tersebut.

Si pemilik senang dan membayar Ruelle dengan banyak lembaran uang saat itu. Ruelle menghitung uangnya, dahinya mengerut.

Ia melemparkan lembaran uang itu kembali ke meja si pemilik. "Uangnya kurang, Bos," ucap Ruelle sambil mengembuskan asap dari sebatang rokok yang baru saja ia bakar.

Si pemilik tersinggung dengan ucapan Ruelle. Ia hanyalah seorang kurir barang haram, mengapa bisa mengajukan harga tinggi terkait biaya pengantaran padanya?

Si pemilik mengisyaratkan pada anak buahnya agar memberi pelajaran pada Ruelle. Perkelahian tak terelakkan. Ruelle adalah sang juara taekwondo di luar negeri. Ia sudah menjuarai beberapa perak dan enam emas.

Ruelle tak segan jika dirinya harus mencicipi hidangan pembuka, sebelum akhirnya makanan utama hingga penutup.

Bagh... Bugh... Brak... Prang... Pyar...

Suara-suara perkelahian menggema di seluruh ruangan. Transaksi itu terjadi di dalam gudang tak terpakai. Hanya ada dus-dus dan beberapa botol kaca kosong bekas mereka yang mampir hanya untuk meneguk kenikmatan duniawi yang haram.

Kini, Ruelle dikelilingi oleh banyak bangkai manusia. Ya, anak buah si pemilik kalah telak. Sekitar tiga puluh orang ia lumpuhkan hanya dalam kedipan mata.

Bahkan, kekuatan mereka semua tidak ada seujung kuku dari kekuatan yang Ruelle miliki. Ruelle berjalan perlahan mendekati sang pemilik, ia menaikkan kakinya di meja transaksi.

"Bagaimana, Bos? Mau tambah atau selesai?" ucap Ruelle mengajukan banding.

Si pemilik gemetar. Bagaimana bisa ia berhadapan dengan pria gila di depannya ini? Dengan enggan, si pemilik mengambil uang dari dalam tasnya. Dengan tangan gemetar, ia menyerahkan tiga gepok uang merah pada Ruelle.

Ruelle tersenyum menyambut uang tersebut. "Terima kasih, Bos," ucap Ruelle, perlahan melangkah pergi sambil menghitung lembar demi lembar uang yang diberikan padanya.

Ia menangkap dari ekor matanya, jika si pemilik mengetikkan sesuatu di ponselnya. Ia merasa ini tidak bagus.

Ruelle diam, tetap menghitung uangnya sampai telinganya mendengar, "Datang sekarang dan bunuh dia," perintah si pemilik.

"Kamu akan membunuh siapa, Bos?" tanya Ruelle yang sudah berada di sebelah si pemilik. Dengan susah payah, si pemilik meneguk ludahnya, tenggorokannya serasa kering kerontang.

Si pemilik perlahan memejamkan matanya. Ia ingin bersikap setenang mungkin di depan Ruelle. "Pulanglah, kita sudah selesai," ucap si pemilik.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki mendekati tempat mereka. Ruelle membuang rokok yang masih tersisa setengah, lalu mengembuskan asapnya perlahan.

Lima orang, tidak, sepuluh, tidak, ini lebih dari lima puluh orang.

Si pemilik mengerahkan semua orang untuk melenyapkan dirinya. Ruelle tersenyum sinis. "Begitu niatmu, Bos, melenyapkan aku? Padahal, aku hanyalah seorang pengantar paket," ucap Ruelle sambil mencengkeram erat pundak bosnya hingga pria buncit itu mengerang kesakitan.

"Akh... Lepaskan! Apa kamu gila? Hei... Kalian semua kenapa diam saja?" ucap si pemilik. Semua anak buahnya tak berani berkutik. Aura yang dikeluarkan oleh Ruelle mencekam, seolah dapat mencekik siapa saja yang hendak memberontak.

Dengan kedua tangannya, Ruelle memegang kepala si pemilik dan... Kreek!

Pria berperut buncit itu pun jatuh tersungkur di bawah meja dalam keadaan tak bernyawa. Ruelle perlahan berjalan membelah puluhan orang di depannya. Tak ada yang berani melawan, mereka hanya mematung.

"Ada yang mau ikut denganku?" tanya Ruelle. Semuanya saling tatap, lalu dengan cepat mereka berlutut. "Kami siap, Tuan," ucap mereka serentak.

Sejak saat itu, Ruelle membuka pelabuhan itu menjadi tempatnya bekerja. Dengan modal uang dari pria buncit, juga lima puluh orang anak buah, ia rasa itu cukup.

Perlahan semua Ruelle lakukan, dari menjadi perampok, bahkan jika harus menghabisi nyawa presiden pun pernah ia lakukan tanpa terendus oleh pihak kepolisian.

Lembaran demi lembaran uang berdatangan, namanya pun sudah tersebar di seluruh dunia bawah. Banyak yang mengakui kehebatannya.

Bahkan, jika anggotanya terkepung, mereka lebih memilih untuk mati daripada membuka mulut. Sungguh sangat setia, bukan?

Kehidupan mewah kini telah dinikmati oleh Meghan dan juga Morgan, tapi mengapa seolah mereka menutup mata atas apa yang diperjuangkan oleh ayahnya?

Jika mereka merasa terkekang saat keluar harus didampingi selusin penjaga, apakah Ruelle salah? Itu hanya bentuk penjagaan karena di luar tidak aman, banyak yang menginginkan Ruelle hilang dari muka bumi.

Maka dari itu, ia bersikap otoriter dan penuh penekanan pada keluarganya, karena ia hanya ingin melindungi mereka.

Bukan Upik Abu

Bagaimana dengan jalan ceritanya? Tambah bagus atau tambah amburadul?

Kritik dan Saran aku terima, aku hanyalah seorang ibu rumah tangga yang mengisi kegabutan di saat waktu senggang, mampir untuk menorehkan tinta dari setitik khayalan ku.

Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar

1
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bagus banget nih novel, author terus berkarya ya!
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 terimakasih ❤️
total 1 replies
Azure
Endingnya puas. 🎉
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 kalau kakak puas 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!