3 Ratu Sakti

3 Ratu Sakti

1. Pendekar dan Lima Abdi

“Hahaha…!” gelak tawa Kentang Kebo yang duduk di kereta kuda terbuka, dengan payung janur menjadi pemberi bayangan peneduh dari panasnya mentari siang.

Kentang Kebo adalah lelaki berusia enam puluh tahun dengan tampilan fisik yang masih perkasa. Perawakannya tidak mewakili dari namanya. Intinya dia tidak seperti kerbau. Dia mengenakan baju bagus lagi mahal berwarna biru terang dengan hiasan sulaman benang emas pada tepian baju yang tidak berkancing itu. Model pakaian itu membuat badan berototnya sesekali tersingkap.

Meski bajunya bagus dan dia berkendara kereta kuda, tetapi tidak ada perhiasan emas atau perak yang melekat di kepala, leher, pinggang atau di kedua tangan dan kakinya.

Dia tertawa menertawakan dua lelaki yang tidak tertawa di depannya. Kedua lelaki duduk di posisi kusir, tepatnya di belakang bokong dua kuda yang menarik kereta tersebut. Kedua lelaki itu memakai pakaian bagus layaknya seorang bangsawan, meski wajah keduanya sangat kontras dengan kemewahan pakaiannya yang berbahan sutera.

Dua lelaki itu seperti saudara kembar karena sama-sama lelaki dan usianya sama-sama kepala tiga, meski wajah mereka jauh dari kata mirip. Bentuk mata, hidung, bibir dan jumlah gigi mereka berbeda. Lelaki yang memegang tali kendali kuda bernama Suoto, statusnya Abdi Nomor Satu. Lelaki rekannya yang masih tetangga dekat satu kampung, bernama Marno. Statusnya Abdi Nomor Tiga, meski otaknya lebih encer dari Suoto.

Selama perjalanan, keduanya sering berdebat tidak pintar meski keduanya bukan ahli pikir. Dua orang abdi itulah yang membuat Kentang Kebo selaku majikan sering tertawa tanpa terpancing untuk mengomentari. Kentang Kebo memang tidak suka menjadi ikan, dia lebih mensyukuri wujudnya saat ini, meski ketampanan sudah tidak ia miliki.

Ternyata kereta kuda itu tidak sendirian, ada pedati kuda yang mengikuti di belakang karena memang satu rombongan. Pedati yang ditarik oleh seekor kuda itu dikusiri oleh seorang lelaki yang berpenampilan mahal karena pakaian dan asesoris yang dikenakannya memang mahal. Tidak jauh berbeda dengan penampilan Suoto dan Marno yang juga seumuran, tetapi beda hari dan tanggal lahir. Kusir pedati kuda itu bernama Puyul. Dia memiliki status Abdi Nomor Empat.

Di belakang, di bak pedati duduk manis dua orang wanita, tetapi sangat jelas bahwa mereka sudah bukan gadis. Kedua wanita berusia kepala tiga itu berpakaian mewah pula dengan warna yang cerah, merah dan kuning, secerah riasan wajah mereka yang tebal dan menor. Bibir keduanya pun sudah lebih merah dari warna merah. Kedua wanita itu bernama Indah dan Ampila.

Indah adalah istri Puyul yang memiliki status Abdi Nomor Dua. Sedangkan Ampila adalah Abdi Nomor Lima selain berstatus sebagai istri sah Suoto.

Jadi, selain Kentang Kebo dan para kuda, kelima manusia lain itu adalah abdi dari sang pendekar sakti. Mereka jadi abdi karena mereka bukan orang sakti, tetapi ingin jadi orang kaya mendadak. Sebagai orang yang sudah menaklukkan beberapa kademangan dan telah membunuh para demangnya, Kentang Kebo butuh sejumlah abdi yang mau patuh disuruh-suruh.

“Marno, sepertinya kaki-kaki kuda itu gatal. Lihat, jika dia berjalan selalu mengangkat kakinya,” kata Suoto dengan kening berkerut memandang kaki-kaki kuda yang sedang berlari.

“Tuan Abdi Nomor Satu, kau pikir jika kuda berjalan kakinya diseret?” tanya Marno menahan kesal.

“Hahaha!” Itulah yang membuat Kentang Kebo, sang majikan, tertawa pendek.

“Seperti kau,” kata Suoto.

“Seperti aku? Aku seperti kuda atau kuda yang seperti aku?” tanya Marno lagi dengan ekspresi serius menengok kepada Suoto yang ketika berkata wajahnya fokus ke depan, dia tidak mau hanya karena menengok, kedua kuda penarik itu ikut menengok.

“Jelas kau sepeti kuda. Hahaha! Kau punya mata seperti kuda, kau punya hidung seperti kuda, kau punya telinga seperti kuda, kau punya kepala seperti kuda, kau punya perut seperti kuda. Tapi, kuda tidak seperti kau. Kuda kakinya empat tidak sepeti kau, kuda punya ekor tidak seperti kau, kuda makan rumput tidak seperti kau…”

“Kenapa kau tidak balik?” hardik Marno sewot. Ingin rasanya dia menepak kepala Suoto, tetapi tidak mungkin itu dia lakukan di depan majikan mereka yang tertawa panjang di belakang, lebih-lebih Suoto yang otaknya ada di bokong itu berstatus Abdi Nomor Satu.

“Otakmu kau taruh di mana, Marnooo … Marno. Jika kudanya aku balik, dia pasti jatuh dan gayanya pasti seperti kecoa terbalik,” jawab Suoto dengan nada seolah-olah Marnolah orang tololnya.

“Hahaha…!” Kian panjang tawa Kentang Kebo mendengar perdebatan yang tidak bermutu dan berkutu itu.

Puyul yang mengendalikan pedati kuda di belakang, sangat ingin ikut tertawa agar sang majikan tahu dan senang atas dukungannya, tetapi dia tidak tahu tema yang ditertawakan karena audio perdebatan Marno dan Suoto tidak terdengar secara seksama olehnya.

Sementara Indah dan Ampila bergeming. Mereka menikmati kenyamanan dalam perjalanan sebagai seorang abdi rasa nyai demang.

Hingga akhirnya mereka memasuki Karang Lindur, ibu kota Kadipaten Ombak Lelap.

Namun, ketika rombongan itu baru masuk sejauh lima lemparan sepatu, ada empat orang prajurit kadipaten yang menghadang dengan tujuan menghentikan laju kereta dan pedati kuda. Keempat prajurit berseragam biru-biru itu menunggang kuda, sehingga mudah bagi mereka dalam menghadang.

Satu orang prajurit mendekatkan kudanya ke sisi kereta kuda, lebih dekat kepada Kentang Kebo yang tersenyum tipis melihat tindakan prajurit yang satu itu.

Sementara kelima Abdi tidak memiliki rasa khawatir atau ketar-ketir sedikit pun karena dihadang oleh aparat keamanan. Itu karena pengalaman situasi yang lebih buruk pada hari-hari sebelumnya telah mendidik mental mereka. Bukan karena mereka sakti, tetapi karena mereka bersama orang sakti, yaitu majikan mereka.

“Siapa kau, Kisanak? Dari mana asal kalian?” tanya si prajurit tanpa intro mukadimah lebih dulu. Bahkan tanpa senyum.

“Kami dari Kademangan Pantekubi,” jawab Kentang Kebo datar.

Deg!

Bukan satu prajurit yang bertanya itu saja yang tersentak jantungnya karena terkejut mendengar jawaban itu, tetapi ketiga rekannya yang lain juga terkejut dalam tempo yang bersamaan. Ternyata jawaban Kentang Kebo itu membuat keempat prajurit menjadi tegang, terlihat sekali dari ekspresi wajah mereka.

Seketika itu juga, tanpa disepakati sebelumnya, mereka kompak menduga bahwa orang yang mereka hadapi saat ini adalah Kentang Kebo, pendekar sakti yang telah membunuh para demang dan menguasai beberapa kademangan di kadipaten tersebut.

Prajurit yang bertanya tadi lalu menengok kepada satu dari ketiga rekannya yang menghadang di depan kuda kereta. Dia memberi kode satu gerakan alis kepada rekannya tersebut. Prajurit yang mendapat kode alis membalas dengan anggukan pelan.

Kentang Kebo membiarkan permainan kode isyarat itu. Dia pun membiarkan ketika prajurit yang mendapat kode segera memutar balik arah kepala kudanya dan segera menggebah.

“Heah heah!” gebah si prajurit yang langsung melarikan kudanya dengan kencang pergi ke arah pusat Ibu Kota Karang Lindur.

“Hahaha! Dia kebelet kencang!” tawa Suoto sambil menunjuk prajurit yang pergi, membuat ketiga prajurit lainnya melotot memandangnya.

“Bukan kebelet kencang, tapi kebelet kencing, Suoto,” ralat Marno dengan nada mode berbisik tapi tetap kencang terdengar.

“Hahaha!” tawa pendek Kentang Kebo mendengar dua abdinya.

“Kisanak, kau belum menyebutkan namamu!” Prajurit yang di samping kereta setengah membentak Kentang Kebo.

Sebelum menjawab, Kentang Kebo lebih dulu tersenyum lebar pamer gigi.

“Sepertinya kalian sudah mengenali aku. Aku memang….”

“Heah heah!” Tindakan menggebah yang dilakukan oleh si prajurit membuat Kentang Kebo memangkas kata-katanya.

Prajurit itu dengan gestur terburu-buru yang terkesan panik, memutar arah kepala kuda yang kemudian menggebahnya. Langsung kencang.

“Mundur!” peritahnya kepada kedua rekannya, sambil berlalu lewat lebih dulu.

“Heah heah!” Kedua prajurit lainnya cepat bertindak sama. Mereka putar arah lalu kabur sebelum ada kondisi yang mengancam.

“Hahaha…!” tawa Suoto lebih kencang dari sebelumnya. “Yah, semuanya kabur. Larinya kencing sekali!”

“Hahaha…!” tawa Marno juga yang menyertai tawa Kentang Kebo.

“Hahaha…!” tawa Puyul pula di belakang. Kali ini dia tahu jelas alasannya untuk tertawa.

Namun, Marno tetap merasa punya kewajiban untuk meluruskan ketersesatan otak dan lidah sahabat dan tetangganya.

“Yang kencing itu yang kebelet. Kalau lari, pakai yang kencang. Jangan ditukar guling,” jelas Marno dengan ekspresi wajah yang sabar dan tulus.

“Hahaha! Mukamu yang kencing!” Suoto justru melunjak kepada Marno yang dua bulan lebih tua darinya itu.

“Hahaha…!” Kian meledak tawa Kentang Kebo mendengar makian Suoto.

Marno hanya melirik sebentar kepada majikannya dengan wajah mengiba menerima nasib. Sejak merasa kedudukannya paling tinggi dari keempat abdi lainnya, Suoto kini berani memaki Marno. Padahal dulu….

“Lanjutkan perjalanan!” perintah Kentak Kebo.

“Suap, Pendekar!” pekik Suoto patuh. (RH)

Terpopuler

Comments

DavidS

DavidS

keliatan dr mana.y ?????

2025-08-10

6

❤️⃟Wᵃf Yuli a

❤️⃟Wᵃf Yuli a

aku dah mampir loh om...
nama-namanya bikin aku pusing om... keren-keren banget sih...😂😂🤭

2025-08-09

4

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

Suoto ayam pa sapi om 🙄🤣🤣😁

2025-08-11

4

lihat semua
Episodes
1 1. Pendekar dan Lima Abdi
2 2. Kencang di Celana
3 3. Mendadak Sakti
4 4. Permata Telaga Bintang
5 5. Ratu Sejagad Bintang
6 6. Nyai Gusti
7 7. Teror Dalam Hutan
8 8. Ratu Bidadari Hutan
9 9. Pasukan Istana Datang
10 10. Tiga Pendekar Sanggana
11 11. Titah dari Ratu
12 12. Panah Surya
13 13. Pasukan Terbang
14 14. Giliran Pendekar
15 15. Rahasia Pengawal
16 16. Bayangan Putih
17 17. Pengakuan Si Pembunuh
18 18. Keroyok Kentang Kebo
19 19. Menjerat Kentang Kebo
20 20. Kesaktian Mahasakti
21 21. Angin Bangkai
22 22. Tantangan untuk Kentang
23 23. Nasib Tiga Abdi
24 24. Kentang Tantang Permaisuri
25 25. Sabda Batin Dewa Gagal
26 26. Bertarung Hancur-hancuran
27 27. Pesan Dari Permaisuri
28 28. Utusan Kedua
29 29. Kelompok Manusia Atas
30 30. Penyergapan di Celah Asmara
31 31. Pertarungan Nyai Bale
32 32. Elang Pingit Mengabdi
33 33. Budak Pingit Mengejar
34 34. Perbatasan Dua Kerajaan
35 35. Panglima Injek Roso
36 36. Santun Glegar
37 37. Lubang Kehidupan
38 38. Pasukan Perbatasan Tunduk
39 39. Santun Glegar Pulang
40 40. Raja Bintang Bicara
41 41. Nenek Liang Sesat
42 42. Memanggil Pasukan Air
43 43. Santun Jadi Sakti
44 44. Ani Versus Santun
45 45. Kisah Nawang Wina
46 46. Kesaktian Permata Telaga Bintang
47 47. Penjara Telaga Bintang
48 48. Pesan untuk Adipati
49 49. Hidup Lagi
50 50. Penyergapan di Tiga Batu
51 51. Ratu Negeri Jang
52 52. Adipati Tunduk
53 53. Ratu Abadi
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Pendekar dan Lima Abdi
2
2. Kencang di Celana
3
3. Mendadak Sakti
4
4. Permata Telaga Bintang
5
5. Ratu Sejagad Bintang
6
6. Nyai Gusti
7
7. Teror Dalam Hutan
8
8. Ratu Bidadari Hutan
9
9. Pasukan Istana Datang
10
10. Tiga Pendekar Sanggana
11
11. Titah dari Ratu
12
12. Panah Surya
13
13. Pasukan Terbang
14
14. Giliran Pendekar
15
15. Rahasia Pengawal
16
16. Bayangan Putih
17
17. Pengakuan Si Pembunuh
18
18. Keroyok Kentang Kebo
19
19. Menjerat Kentang Kebo
20
20. Kesaktian Mahasakti
21
21. Angin Bangkai
22
22. Tantangan untuk Kentang
23
23. Nasib Tiga Abdi
24
24. Kentang Tantang Permaisuri
25
25. Sabda Batin Dewa Gagal
26
26. Bertarung Hancur-hancuran
27
27. Pesan Dari Permaisuri
28
28. Utusan Kedua
29
29. Kelompok Manusia Atas
30
30. Penyergapan di Celah Asmara
31
31. Pertarungan Nyai Bale
32
32. Elang Pingit Mengabdi
33
33. Budak Pingit Mengejar
34
34. Perbatasan Dua Kerajaan
35
35. Panglima Injek Roso
36
36. Santun Glegar
37
37. Lubang Kehidupan
38
38. Pasukan Perbatasan Tunduk
39
39. Santun Glegar Pulang
40
40. Raja Bintang Bicara
41
41. Nenek Liang Sesat
42
42. Memanggil Pasukan Air
43
43. Santun Jadi Sakti
44
44. Ani Versus Santun
45
45. Kisah Nawang Wina
46
46. Kesaktian Permata Telaga Bintang
47
47. Penjara Telaga Bintang
48
48. Pesan untuk Adipati
49
49. Hidup Lagi
50
50. Penyergapan di Tiga Batu
51
51. Ratu Negeri Jang
52
52. Adipati Tunduk
53
53. Ratu Abadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!