NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wajah Asli

“Dek….Mas ada arah ke kantor suami mu, ketemu bisa tidak sebentar? Ada yang ingin mas berikan nih Dek.” Jani membalas dengan antusias seperti biasa.

“Tentu saja, nanti info kalau Mas Angga sudah sampai lobby ya Mas.” Balas Jani dengan wajah yang penuh pendar bahagia.

"Siapa Jan? Kok sampe senyum-senyum begitu sih." Tanya Naya penasaran. Mereka sedang ada di toilet wanita. Jani mengangkat ponselnya menunjukannya pada Naya.

"Ini laki-laki yang kamu cintai?" Jani memanyunkan bibirnya. "Siapa memangnya?"

"Ini Kakak ku Nay, katanya mau mampir ke sini nanti." Naya membulatkan bibirnya. Tatapan Naya membuat Jani mengedipkan matanya. "Kenapa sih Nay?"

"Apa rasanya punya Kakak laki-laki Jan?" Tanya Naya penasaran. Naya merupakan anak tunggal yang terbiasa sendirian. "Aku cuma penasaran Jan."

"Nanti Jani kenalkan sama Mas Angga. Dia kakak terbaik yang ada dunia ini." Puji Jani membuat Naya semakin penasaran.

"Beneran ya Jan, aku cuma pengen tau aja kaya apa rasanya punya Kakak." Jani mengangguk. Mereka bergandengan ingin keluar dari kamar mandi.

Akkhhhhh....brakkkk.... brakkkk......

Naya dan Jani terperanjat. Terkejut sekali tiba-tiba saja ada suara teriakan di barengi suara gebrakan dinding penyekat toilet yang terbuat dari kayu.

Aakkkkkkhhhhh.....akkkhhhh....

Teriakan histerisnya masih sangat kuat. Naya dan Jani saling menatap, tidak ingin ikut campur tapi mereka berdua merasa khawatir.

"Mau liat Nay? Kasihan takut dia butuh bantuan." Naya menggelengkan kepalanya.

"Kita panggil Bu Sasa aja yah...aku takut Jan." Jani rasanya berat sekali meninggalkan wanita di balik pintu toilet yang sedang menangis histeris.

"Gimana kalau kamu panggil Bu Sasa dan aku samperin dia? Kasihan kalau dibiarkan sendirian Nay." Dengan berat hati Naya mengangguk. Jani menatap Naya yang masih memegangi lengannya.

"Tapi hati-hati ya Jan, jangan sampai membahayakan dirimu sendiri." Jani mengangguk. “Aku tidak akan lama, tunggu yah.” Jani tersenyum melihat sahabatnya yang selalu penuh perhatian.

Tok…tok…tok….

“Kak…ini Jani anak PKL dari bagian pengadaan Kak, apa Jani bisa bantu?” Suara tangis yang semula cukup keras sedikit mulai pelan. “Jani di depan ya Kak.”

Brakkkkk….

Pintu toilet terbuka lebar. Ada senyum mengejek dari wajah wanita yang baru saja keluar. Jani mundur beberapa langkah dengan jantung berdegup cukup cepat.

"Kakak baik-baik saja?" Meski takut, Jani mencoba bersikap tenang.

Srraakkkkkkk......

Tubuh Jani di dorong kuat sampai membentur wastafel cuci tangan.

"Diam kau anak bau kencur! Kau kira aku butuh kepedulian mu yang tidak penting ini! Hah...." Ucapnya dengan kasar.

"Jani hanya ingin membantu Kak, Jani tidak akan ikut campur jika Kakak keberatan." Pinta Jani dengan suara gemetar.

Awwww....

Jani meringis kesakitan, lengannya tergores kuku tajamnya yang mencengkeram lengan Jani sangat kuat.

"Awas saja kalau sampai kau menceritakan semua ini pada orang lain. Habis kau!" Jani berjongkok dengan perasaan kesal.

Bisa-bisanya perbuatan baiknya malah menyerang dirinya sendiri seperti ini. Bagaimana mungkin ada orang sejahat ini, dia menolak di tolong dengan menyakiti orang yang berusaha membantunya.

Suara hentakan sepatu bersautan mendekat ke arah toilet, Jani segera berdiri dan menghapus air mata nya.

"Jani...dimana? Siapa yang menangis di dalam?" Tanya Bu Sasa dengan wajah panik. Jani menggeleng. "Kamu gak papa Jan?" Lagi-lagi hanya menggeleng.

"Ya sudah, ayo kita kembali." Semua pintu toilet terbuka dan hanya ada Jani di sana.

Naya mengedikkan bahunya saat Bu Sasa menatap dengan penuh tanda tanya.

"Sudah Jan, mungkin yang menangis tadi tidak mau di ganggu." Jani hanya menunduk. Hatinya masih sangat kesal. Bu Sasa ingin mengulik tapi wajah Jani terlihat cukup sedih.

Bu Sasa membawa Jani dan Naya ke kantin, kebetulan jam makan siang sudah tiba. "Kita makan yang banyak supaya kembali energi kita untuk semangat lagi yah." Jani sudah bisa tersenyum. "Gitu dong." Bu Sasa memang atasan yang sangat baik dan pengertian.

Mereka bertiga berjalan beriringan mencoba mencari bangku kosong untuk mereka tempati setelah menyendok makanan yang mereka gemari.

"Jan...." Axel melambaikan tangannya.

"Cuma Jani yang di panggil Bu." Ucap Naya menggoda sambil tertawa.

Bu Sasa juga ikut tertawa, berkat Jani mereka dapat tempat duduk. Tentu saja mereka berjalan dengan cepat menghampiri Axel yang terus melambai pada mereka.

"Lama sekali kalian ke toilet nya?" Naya dan Jani saling menatap. "Kenapa sih, duduk cepat, aku dari tadi usir-usirin orang yang mau duduk di sini asal kalian tahu." Keluhnya meski dilakukan dengan suka rela.

"Makasih ya Xel, kamu memang yang terbaik Xel." Axel mengangguk sambil tersenyum malu. Bu Sasa duduk di samping Axel, Jani dan Naya di depannya.

Mata Jani terus menatap wajah yang tidak familiar.

"Makasih ya Kak, akan Sofia jaga dengan baik. Jangan berlebihan Kak, Sofia kan juga sama dengan kalian."

Jani menatap gadis cantik bernama Sofia yang bicara dengan sangat manis.

Padahal beberapa waktu lalu Jani melihat sifat lain yang sangat mengerikan dari wanita itu.

Dia berubah begitu cantik dan manis seperti bidadari. Bukan wanita seperti ini yang tadi Jani lihat. Dia gadis menakutkan yang sudah dua kali ini membuat Jani kesal.

"Jan...hey....Jani..." Jani tersadar dari lamunannya. "Kenapa?" Tanya Axel mulai khawatir. "Minum Jan." Axel menyodorkannya minuman miliknya yang belum dia sentuh.

Mencoba mencari apa yang Jani lihat namun matanya tidak bisa menemukan karena kantin cukup padat.

"Makasih Kak, Jani melamun terus nih. Selamat makan Kak." Naya hanya menunduk tidak berani menatap balik Axel yang terus mencari jawaban atas rasa penasaran nya.

Tringgg…tringgg….

Ponsel Jani berdering, Wajahnya yang kian sedih seketika berubah terlihat sangat bahagia.

“Mau ke mana?” Tanya Axel penasaran.

“Ada Mas Angga di bawah Kak, aku mau ketemu Mas Angga dulu sebentar.” Naya ikut berdiri, dia juga ingin bertemu dengan Kakak laki-laki Jani.

Yang Jani ceritakan baik nya luar biasa dan sangat menyayanginya. Mereka berdua segera bergegas turun untuk menemui Mas Angga.

"Loh Jan....itu kan Pak Calvin." Jani jadi ingin mundur kembali. Calvin sedang berbincang akrab dengan Mas Angga. "Di mana Mas Angga Jan?"

"Jani....Dek..." Angga melambaikan tangannya. Senyum Jani canggung sambil berjalan mendekat ke arah Mas Angga. "Hey.... Assalamualaikum Dek." Sapa Angga dengan lembut.

"Wa'alaikum salam. Mas Angga dari tadi yah? Siang Pak." Sapa Jani pada Calvin yang tersenyum memperhatikan dirinya. Naya juga menyapa dengan sopan.

"Saya tunggu di ruangan saya ya Mas, ada yang takut ketahuan kalau kita ngobrol di sini." Angga mengangguk dengan sopan. Dia juga canggung sekali di sapa dengan baik oleh Calvin.

Angga merasa hubungan nya dengan Calvin tidak akan bisa seperti adik dan Kakak pada umumnya. Angga merasa tidak mungkin ikatan seperti itu terjalin karena awal pertemuan mereka bisa dibilang cukup aneh dan menyakitkan.

"Ini Naya Kak, teman Jani." Naya menyalami Mas Angga dengan sopan. "Mau ngobrol di kantin gak Mas?"

"Gak usah sayang, Mas cuma mau anter ini kok. Mbak Gina masak banyak dan inget kamu. Jani menerima bingkisan dengan haru.

"Padahal Jani sudah lama gak pulang, tapi Mbak Gina masih inget aku." Celetuknya merasa sangat di sayangi.

"Ini karena dia sangat menyesal sudah membuatmu ada di posisi ini Jan. Andai waktu bisa di putar, Mbak Gina tidak mau menukar mu dengan uang itu Jan." Teringat masa kelam yang mereka lalui.

"Mas ini ada-ada saja. Orang Jani bahagia tau sekarang." Jani tersipu malu. Naya yang ada di sana berusaha tidak penasaran dan hanya mendengarkan saja.

"Mas harus ke atas ya Dek, Calvin menunggu Mas, ada yang mau di bicarakan katanya." Jani mengangguk.

Matanya membelalak ingat ada Naya di sampingnya. "Mereka sahabatan ternyata Nay, temen....ku...kuliah....iya kan Mas?" Mas Angga nya hanya senyum-senyum, ingat ucapan Calvin tadi.

"Mas Naik ya Dek. Sehat-sehat ya sayang." Angga mengusak kepala Jani dengan lembut.

“Beneran sahabatnya Pak Calvin Mas Mu Jan?” Tanya Naya setelah mas Angga berjalan menjauhi mereka. “Masa sih Jan? Pasti Mas kamu juga orang yang hebat ya kan Jan?” Jani hanya tersenyum kebingungan harus menjawab apa setiap pertanyaan Naya.

“Jani…..” Jani dan Naya berhenti melihat sosok laki-laki tampan berjalan dari pintu masuk dengan maskulin.

“Lama sekali baru bertemu lagi Jan, aku dapat hadiah besar setelah berhasil menikahkan mu dengan….” Jani membekap mulut Langit yang bisa saja keceplosan.

“Hahahahaha…..bercanda saja Kak Langit ini.” Naya menyipitkan matanya melihat tingkah aneh Jani dengan Pak Langit yang dia tau relasi bisnis Pak Calvin.

“Kenapa sih Jan?” Kesal Langit yang berhasil melepaskan tangan Jani yang membuatnya sesak.

Jani memberikan kode dengan matanya. “Maksudku menikahkan Mas Angga dengan Mbak Gina Jan…Hahahahaha….aku naik yah, Calvin ingin bicara denganku.” Jani melambaikan tangannya pada Langit.

Hari ini benar-benar banyak kejutan yang berhasil membuat Jani kewalahan menghadapinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!