NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berangkat Bareng

Happy reading guys :)

•••

Suara dering alarm berbunyi terdengar, membuat Naresha yang masih terlelap di dalam alam mimpi secara perlahan-lahan mulai membuka mata, lantas menggerakkan tangan kanan untuk mengambil jam digital di atas meja samping tempat tidur.

Naresha mengedipkan mata beberapa kali guna menormalkan kembali indera penglihatan yang masihlah sangat buram pada saat ini, sebelum pada akhirnya mematikan dering alarm setelah melihat waktu menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Gadis berparas cantik itu pelan-pelan mulai bangun dari posisi tidur, menyandarkan punggung ke headboard kasur sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang sangat berantakan. Ia menguap kecil, lantas sedikit merintih kesakitan ketika bagian kepala di serang oleh rasa pusing secara membabi-buta.

“Gara-gara kebanyakan minum kemarin malam,” gumam Naresha, memberikan pijatan pelan pada kepalanya.

Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama, lantaran beberapa detik kemudian dirinya mulai melebarkan mata sempurna—menyadari bahwa dirinya telah telat untuk pergi ke sekolah pada pagi hari ini.

Tanpa menunggu waktu lama, Naresha bergegas bangun dari atas tempat tidur sambil menahan rasa pusing yang masih terus-menerus menyerang kepalanya. Ia berlari kecil menuju kamar mandi—tidak memperdulikan bahwa sekarang dirinya telah mengenakan piyama tidur berlengan panjang.

Sekitar sepuluh menit berlalu, Naresha telah rapi dengan seragam sekolahnya. Rambut panjangnya yang biasa dirinya tata dengan model butterfly, kini hanya ia ikat setengah ke belakang agar terlihat lebih segar—meskipun wajahnya masih menyimpan raut pucat akibat sisa-sisa mabuk kemarin malam.

“Perfect, setidaknya masih cantik dan wangi,” gumam Naresha, pada pantulan dirinya di dalam kaca cermin meja rias.

Setelah menggumamkan akan hal itu, Naresha segera mengambil tas sekolahnya dari atas meja belajar, merapikan seragam yang sedikit kusut, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk sesegera mungkin keluar dari dalam ruangan kamar.

Suara langkah kaki Naresha yang sedang menuruni anak tangga dengan sangat tergesa-gesa terdengar memenuhi seluruh ruangan di dalam lantai satu rumahnya.

Begitu menginjakkan kaki di lantai satu, langkah kaki Naresha seketika terhenti saat tiba-tiba saja mendengar suara seorang cowok sedang memanggilnya dari arah ruangan makan berada.

Tanpa menunggu waktu lama, Naresha segera mengalihkan pandangan ke arah sumber suara, lantas mengerutkan kening sempurna saat melihat sosok sang suami yang terlihat masih sangat santai—padahal lima menit lagi bel pertanda masuk sekolah akan berbunyi.

Kaizen bangun dari atas tempat duduk, menggendong tas sekolahnya sambil membawa sebuah sandwich yang telah dibuatnya, kemudian melangkahkan kaki mendekati tempat sang istri berada saat ini.

“Lu berangkat sama gue hari ini …,” kata Kaizen, menyerahkan sandwich buatannya kepada Naresha, “Makan … jangan sampai lu jatuh sakit cuma karena buru-buru.”

Naresha spontan terdiam sejenak, menatap sandwich dan wajah tampan Kaizen yang masih terbalut oleh banyak sekali perban serta plaster luka secara bergantian. Ia ingin menolaknya, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat karena sadar bahwa dirinya akan semakin bertambah telat kalau tetap mementingkan ego.

“Good girl.” Kaizen tanpa aba-aba mengusap lembut puncak kepala Naresha begitu melihat istrinya itu mengambil sandwich dari tangan kanannya, lantas tanpa menunggu lama segera melangkahkan kaki keluar dari dalam rumah mereka—dengan diikuti oleh Naresha dari arah belakang.

“Sialan … berani-beraninya dia bilang kayak gitu sambil ngelus-ngelus rambut aku … Kalau bukan karena terlambat, udah aku patahin itu tangannya yang kotor.”

Naresha menatap tajam punggung lebar Kaizen yang sedang berjalan dengan sangat santai di depannya, sembari menggigit sandwich begitu sangat kasar, seolah sedang membayangkan bahwa makanan itu adalah kepala Kaizen.

•••

Langit pagi kota Jakarta membentang cerah dengan semburat biru muda yang mulai merekah sempurna di antara gedung-gedung pencakar langit. Sisa-sisa kelembutan sinar Sang Surya yang baru saja naik dari ufuk timur menari di atas aspal yang mulai berubah menjadi panas, seolah sedang menyapa setiap warga ibu kota yang sedang sibuk bergulat dengan rutinitas masing-masing.

Udara pada pagi ini sudah tidak lagi sepenuhnya segar, lantaran pelan-pelan mulai tergantikan oleh aroma khas perkotaan—perpaduan antara asap kendaraan, kopi pagi dari warung pinggir jalan, serta berbagai macam jenis aroma parfum mahal yang hadir saat para pejalan kaki bergegas menyusuri trotoar.

Suara klakson mulai terdengar saling bersahut-sahutan, berpadu dengan suara pengeras dari ojek online yang sedang memanggil penumpang, dan percakapan terburu-buru melalui sambungan telepon di antara langkah-langkah cepat para warga ibu kota yang sedang mengejar waktu.

Di dalam sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam yang sedang melaju cukup kencang di jalanan protokol, terlihat sosok Naresha sedang sibuk berbalas pesan dengan Nayla dan Thalita, sembari mendengarkan Kaizen yang tengah serius menerima telepon dari seseorang.

Jari-jemari ramping nan lentik Naresha berhenti menari di keypad handphone, saat mendengar Kaizen seperti sedang membahas rencana besar—kemungkinan dengan para anggota Valefor.

Naresha refleks menoleh sekilas, menatap wajah tampan Kaizen yang terlihat begitu sangat fokus di samping kanannya—dengan rahang mengeras, sorot mata menahan, serta nada suara berubah menjadi lebih dingin daripada biasanya.

“Kita bahas lagi nanti … Kumpulin semua anak-anak di markas siang ini, dan jangan sampai ada yang nggak datang … Gue mau semaunya berjalan lancar … Gue mau mereka dapat balasan yang setimpal,” perintah Kaizen dengan sangat datar, sebelum pada akhirnya menutup panggilan telepon tanpa mengucapkan sepatah kata pun sebagai kalimat penutup.

“Mau bentrok lagi? Yang bener aja? Itu luka memar aja belum pada sembuh … Yang ada muka dia benar-benar berubah jadi jelek nantinya,” batin Naresha, kembali melihat beberapa perban dan plester luka di wajah Kaizen, sembari refleks menggenggam handphone lebih kuat di atas pangkuan.

Kaizen menaruh handphone ke belakang persneling, lantas mengalihkan pandangan ke arah Naresha—seolah sadar bahwa istrinya itu sedari tadi sedang memperhatikannya dengan memasang ekspresi sangat sulit untuk diartikan.

“Kenapa? Lu takut gue kenapa-napa, ya?” tanya Kaizen ringan, nada suaranya dipenuhi oleh godaan.

Naresha spontan mendengus saat mendengar pertanyaan itu, lantas sesegera mungkin memalingkan wajah cantiknya ke arah luar jendela kursi penumpang depan. “Ngaco! Nggak penting juga buat gue … Gue cuma … gue cuma kasihan aja sama orang-orang tolol yang masih mau nurut sama semua perintah lu.”

Kaizen spontan terkekeh pelan saat mendengar jawaban ketus dari Naresha, mengangguk-anggukkan kepala, kemudian kembali berfokus pada jalanan di depan yang saat ini semakin bertambah ramai.

Suara dering handphone Naresha berbunyi, membuat gadis berparas cantik itu sesegera mungkin menundukkan kepala, membuka layar guna melihat nama orang yang tengah berusaha menghubunginya pada pagi hari ini.

Naresha memutar bola mata malas, saat membaca nama ‘New Baby' di dalam layar handphone. Tanpa menunggu waktu lama, Naresha segera menolak panggilan telepon itu, lantaran sudah tidak tertarik lagi untuk bermain-main bersama Gavin.

“Udah dapat cowok baru?” celetuk Kaizen secara tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari jalanan di depan sana.

“Bukan urusan lu,” jawab Naresha ketus, lantas segera mengeluarkan earphone dari dalam tas sekolahnya, mengenakannya agar tidak bisa lagi mendengarkan suara Kaizen yang begitu sangat berisik dan mengganggu.

Begitu sebuah alunan musik mulai terputar, Naresha menghirup udara segar sebanyak yang dirinya bisa, sebelum mengukir senyuman tipis sembari menikmati pemandangan kota Jakarta pada pagi hari ini—tanpa memperdulikan lagi hal yang akan Kaizen lakukan sepanjang perjalanan.

to be continued :)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!