NovelToon NovelToon
Di Culik Tuan Mafia

Di Culik Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Mafia / Cinta Terlarang
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yilaikeshi

Sofia Putri tumbuh dalam rumah yang bukan miliknya—diasuh oleh paman setelah ayahnya meninggal, namun diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu oleh bibi dan sepupunya, Claudia. Hidupnya seperti neraka, penuh dengan penghinaan, kerja paksa, dan amarah yang dilampiaskan kepadanya.

Namun suatu pagi, ketenangan yang semu itu runtuh. Sekelompok pria berwajah garang mendobrak rumah, merusak isi ruang tamu, dan menjerat keluarganya dengan teror. Dari mulut mereka, Sofia mendengar kenyataan pahit: pamannya terjerat pinjaman gelap yang tidak pernah ia tahu.

Sejak hari itu, hidup Sofia berubah. Ia tak hanya harus menghadapi siksaan batin dari keluarga yang membencinya, tapi juga ancaman rentenir yang menuntut pelunasan. Di tengah pusaran konflik, keberanian dan kecerdasannya diuji.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yilaikeshi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Mimi akhirnya bisa bernapas lega setelah Bella pergi. Ia sempat heran, apakah Akmal tahu kalau ada “harimau betina” di sisinya, dan bagaimana keduanya bisa bekerja sama?

“Aku senang kamu ada di sini,” suara Akmal memecah lamunannya.

“Bukannya aku benar-benar punya pilihan,” Mimi refleks menjawab. Kata-kata itu lolos begitu saja, padahal memang begitulah kenyataannya. Bosnya bahkan tidak menanyakan pendapatnya saat menjual jasanya.

Akmal terkekeh. “Aku menyukaimu, kamu lucu.”

“Terima kasih?” Mimi merasa kikuk, teringat ucapan Bella yang menyebalkan tentang dirinya hanya sekadar penghangat ranjang. Secantik dan sekaya apa pun Akmal, kalau pria itu berani macam-macam tanpa izin, Mimi pasti berani menghantam kepalanya.

“Jadi, ini kertas-kertasnya.” Akmal mengambil beberapa lembar dokumen dari sofa lalu meletakkannya di atas meja kaca.

“Kamu akan bekerja khusus untukku. Soal melayani orang lain, itu sepenuhnya pilihanmu. Meskipun, akan lebih baik kalau kamu tinggal di sini”

“Tinggal di sini?!” Mimi langsung menatapnya tajam. Apa maksudnya? Jangan-jangan Akmal sedang berusaha merayunya? Ia jadi teringat novel-novel roman di mana sang tokoh pria mendekat, membuat si wanita jatuh cinta. Tapi, bukankah hari itu Akmal merayu Sofia Putri? Jangan-jangan Akmal ini memang tukang gombal? Apakah itu sebabnya Bella bersikap ketus padanya—karena menganggap Mimi sebagai pesaing?

“Ini bukan syarat wajib, hanya saran,” Akmal buru-buru meluruskan. “Jam kerjaku tidak menentu. Bisa saja aku butuh minum tengah malam. Tapi kalau terasa merepotkan, tidak masalah. Anggap saja aku bercanda.”

“Aku harus memikirkannya dulu,” Mimi menggumam. Ia tak bisa bohong, gagasan tinggal di rumah mewah ini cukup menggiurkan.

“Baiklah.” Akmal menyesap minumannya sambil membaca kontrak.

Mimi mulai meneliti lembaran kontrak. Isinya cukup bagus, terutama soal jam kerja yang tidak sepadat di kafe. Yang agak ia khawatirkan hanya jam kerja Akmal yang tak teratur. Apa ia harus bolak-balik ke sini tengah malam? Yah, nanti bisa dipikirkan lagi. Tapi saat melihat bagian remunerasi, Mimi hampir ternganga.

“Ya ampun, kamu mau membayar sebanyak ini? Aku bahkan bukan barista profesional!” Ia nyaris tak percaya. Pria kaya ini benar-benar seperti menghambur-hamburkan uang.

“Kamu lebih berharga dari cukup,” jawab Akmal mantap. “Lagipula, kamu akan mendapat pelatihan profesional.”

“Pelatihan profesional?”

“Ya.”

Mimi mengernyit. “Kenapa repot-repot merekrut pemula lalu menyewa pelatih profesional? Kenapa tidak langsung ambil barista berpengalaman saja? Uangmu jelas cukup.” Rasanya terlalu indah untuk jadi kenyataan.

Akmal tertawa kecil. “Percayalah, aku tidak pernah salah investasi.”

“Kedengarannya mencurigakan. Kamu bahkan tidak mengenalku, kenapa mau berinvestasi padaku?”

Akmal menghela napas. “Anggap saja aku punya insting menemukan emas di antara puing. Dan jangan bilang kamu tidak butuh bantuan ini, karena aku tahu kamu membutuhkannya.”

Tatapan tajam Akmal membuat Mimi sulit menyangkal. Benar, ia sangat membutuhkan uang ini. Tidak seperti Sofia Putri yang punya utang kuliah, Mimi justru ingin segera mandiri tanpa terus bergantung pada orang tuanya. Pekerjaan ini tampak seperti jalan keluar.

Ia melanjutkan membaca hingga bagian pelanggaran kontrak. Matanya terbelalak. “Astaga, denda sebesar ini? Dari mana aku bisa cari uang segini kalau melanggar?”

“Itu sebabnya jangan coba-coba melanggar,” kata Akmal tenang. “Jadi? Mau tanda tangan atau tidak?”

Mimi menggigit bibir. Kesempatan ini bisa jadi titik balik hidupnya. Kalau menolak, kemungkinan besar ia akan kehilangan pekerjaan sama sekali. Dengan napas dalam, ia mengambil pena dan menandatangani kontrak.

“Bagus. Tapi kamu lupa satu lagi,” kata Akmal.

“Apa lagi?” Mimi menoleh.

“Dokumen kerahasiaan.”

Ia menunduk dan baru menyadari ada satu bundel tipis di bawahnya. Tadi pikirannya keburu terpaku pada jumlah gaji dan ancaman denda.

“Ini hanya untuk memastikan kamu tidak membocorkan urusan di sini, bahkan pada keluarga atau temanmu,” jelas Akmal.

“Kamu bicara seakan menyembunyikan hal ilegal,” celetuk Mimi tanpa sadar.

“Oh iya, tentu saja,” sahut Akmal santai sambil berkedip nakal.

Mimi mendengus lega. Jadi hanya selera aneh pria kaya, bukan urusan kriminal. Tanpa pikir panjang, ia menandatangani dokumen itu juga.

“Mulai besok, kamu resmi bekerja. Gunakan sisa harimu untuk beristirahat,” kata Akmal sambil tersenyum ramah.

“Terima kasih atas kesempatannya.” Mimi berdiri sambil merapikan dokumen. “Kalau begitu, saya permisi dulu.”

“Temanmu,” ucap Akmal tiba-tiba.

Mimi menoleh. “Teman yang mana?”

“Yang berambut merah.”

“Kenapa? Ada apa dengan dia?” Mimi menatapnya sambil tersenyum tipis. “Percaya deh, dia bukan tipe yang bisa kamu dekati begitu saja.”

“Orang seperti apa dia?”

“Jenis yang akan menendangmu di tempat terlarang kalau kamu macam-macam. Intinya, dia tidak suka hal-hal mesum.”

“Kita tidak akan pernah tahu sebelum mencoba. Selalu ada sisi gelap dalam diri manusia, dan itu bisa sangat memikat.”

“Sayang sekali, kamu tidak bisa mencobanya. Dia sudah pergi,” Mimi tanpa sadar memberi informasi yang Akmal cari.

“Pergi?” Tatapan Akmal menyipit. “Kenapa?”

“Itu urusan pribadi. Sekali lagi terima kasih, sampai jumpa besok, Pak Akmal.” Mimi buru-buru menutup pembicaraan agar tidak membocorkan hal-hal pribadi tentang temannya.

Begitu Mimi keluar, Bella masuk kembali.

“Kamu sudah punya barista. Kenapa masih mempekerjakan dia?” tanya Bella.

“Karena aku mau. Ada masalah?” suara Akmal dingin. Tatapannya jelas memberi peringatan.

Bella langsung menunduk. “Tidak.”

“Bagaimana perkembangan asisten Sofia Putri?” Akmal mengganti topik, tidak peduli dengan wajah kesal Bella.

“Kita ada masalah kecil,” jawab Bella hati-hati.

“Apa lagi sekarang?”

“Dia dipegang Pangeran.”

Akmal mengernyit. “Pangeran?”

“Julukan Raksasa Merah. Gengnya tidak besar, tapi berpengaruh lewat klub-klub malam dan bisnis rentenir.”

Akmal mengusap dagu. “Kamu pikir mereka merebutnya hanya karena tahu kita mengincarnya?”

“Saya hampir yakin. Pamannya berutang pada mereka, tidak bisa bayar. Jadi, dia ditagih dan dijodohkan dengan Pangeran. Katanya sih, dianggap beruntung bisa menikah dengannya.”

“Sayangnya pernikahan itu tidak akan bertahan lama. Setidaknya, sampai aku mendapatkan apa yang kuinginkan darinya. Aku tidak mungkin menculik istri orang, kan?” Akmal menghela napas. “Sepertinya aku harus turun tangan sendiri. Coba tunjukkan wajahnya.”

Bella membuka foto Sofia Putri di tabletnya lalu menyerahkannya.

Begitu melihat foto perempuan berambut merah itu, Akmal terperanjat. “Astaga… sampai kaget aku dibuatnya.”

1
Alfiano Akmal
Terima kasih sudah Mampir jangan lupa tinggalkan jejak kalian .....
Shinichi Kudo
Satu kata buat cerita ini: keren abis!
cómics fans 🙂🍕
Gak sabar nunggu lanjutannya thor!
Nami/Namiko
Terima kasih author! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!