Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
“Untuk apa Arsen menginginkanku, kita bukan teman, apa dia ingin membunuhku?" Calvin menjatuhkan bokongnya di sofa usang.
“Ten.. "
“Bagaimana kalau Arsen mengatakan ingin menjadikanmu sahabat sekaligus rekan bisnis?, kedatangan kami memang untuk membawamu." Nico segera menyela kalimat adiknya. Lexi memutar bola matanya dengan malas.
Calvin tidak lansung menjawab dia melihat keseriusan dari wajah Nico. memangnya siapa yang tidak mengenal Arsen Zionathan, ketua mafia paling muda dan nomor satu setelah Erlan Smith.
“Bergabunglah dengan klan kami, The Silent Reapers." Lanjut Nico.
Calvin menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku sudah tidak ingin patuh pada seseorang, aku lebih suka berjalan sendiri tanpa mengusik siapapun."
“Kau pencuri di markas kami Sialan!! bagaimana bisa kamu mengatakan tidak mengusik siapapun." Kesal Lexi, dia ingat jika yang mencuri berlian milik Arsen di markas adalah Calvin.
Keberuntungan bagi Calvin, karena Arsen tidak mengejarnya dan membiarkannya hidup.
Nico melirik tajam Lexi untuk tidak banyak bicara, mereka membutuhkan orang seperti Calvin, selain bisa membantu Arsen menghabisi pejabat itu, Calvin juga memiliki kecerdasan yang sama dengan Arsen.
**
Sementara di Rusia, Arsen masuk kedalam tempat hiburan malam setelah mengantarkan pulang gadis yang merupakan anak dari ketua Black Rose. Dia duduk sendiri dan beberapa anak buahnya hanya memantau dari kejauhan. Dia menatap ponselnya pesan dari Nico masuk, yang mengatakan malam ini juga menyusul dirinya.
Setelah beberapa saat Arsen keluar dan ingin berjalan kaki sampai matanya melihat seorang gadis cantik yang tengah mabuk sembari memaki-maki udara. karena Arsen tidak melihat siapapun di sana.
“Kamu!! iya kamu!!" Seru perempuan itu menunjuk kearah Arsen.
“Apa yang kamu lakukan disini sialan!! kamu membuangku demi wanita sinting itu, brengsek!" Mengumpat sembari menunjuk kearah dada Arsen.
Anak buah Arsen hendak mendekat sampai sang Tuan memberi kode agar mereka pergi.
“Brengsek, siapa yang menyuruhmu menyentuhku sialan!!" Seorang perempuan yang tengah mabuk itu tersentak. Sementara tatapan Arsen mendadak berubah tajam,
“Sialan, semua wanita ternyata sama saja, memaafkan tubuhnya hanya untuk mendekati pria." Menatap remeh perempuan itu.
“Apa maksudmu!!" Ucap sang perempuan seakan tersadar dari mabuknya, dan itu membuat Arsen tertawa.
“Diam bitch, kamu pikir aku tidak tau siapa dirimu, Hmm?" Arsen menyeringai. wajahnya boleh berbeda tetapi tidak dengan warna bola matanya.
“Kau.. " Wanita itu mundur beberapa langkah, penyamarannya lagi-lagi diketahui oleh Arsen.
“Pria tua itu Tuan mu?" Tanya Arsen yang mengira jika perempuan diharapkannya adalah anak buah Opa nya.
“Bawa Dia!!" Titah Arsen pada anak buahnya.
“Sial!" Perempuan itu langsung memberikan serangan pada Arsen, demi apapun dia datang ke Rusia bukan untuk mengikutinya.
Cukup mudah bagi Arsen untuk melumpuhkan lawannya, terlebih perempuan ini setengah mabuk, setelah membuatnya tidak berdaya Arsen meminta anak buahnya untuk mengikatnya.
“Bawa masuk ke kapal." Titahnya.
***
Keesokan paginya Arsen terbangun dan sudah mendapati dua sahabat dan satu rekan barunya.
Nico menyiapkan makanan untuk mereka berempat di atas kapal, sembari menikmati indahnya laut di pagi hari.
Untuk dua hari mereka akan menikmati liburan sembari menyusun rencana, semua target sudah berada dalam kendali mereka.
“Membosankan tidak ada wanita untuk menemani kita." Gerutu Lexi.
Kehidupan seorang mafia tidak seindah yang dia bayangkan, tidak ada wanita disekitar mereka, bukan karena tidak ada yang menyukai, itu semua karena Arsen dan Nico yang tidak normal, pikir Lexi.
Lihatlah, Nico seperti tengah melayani pasangannya, mengambilkan makanan untuk Arsen, sementara untuk dirinya harus mengambil sendiri.
“Mereka berdua.. " Bisik Calvin sembari menyatukan dua jari telunjuknya.
Lexi yang memang suka bergosip menganggukkan kepala. Akhirnya ada teman yang sepemikiran dengannya.
Tentu saja hal itu membuat Calvin merinding, otaknya reflek travelling membayangkan yang membuatnya mual.
Calvin muntah-muntah dan itu menarik perhatian Arsen juga Nico, keduanya saling pandang.
“Ada apa?" Tanya Nico.
Lexi yang tengah mengusap-usap punggung Calvin pun menoleh. “Ngidam" Jawabnya asal dan itu kembali membuat Calvin semakin mual. Bersamaan dengan itu terdengar suara rintihan.
Mereka semua terdiam dan menoleh kearah sumber suara, kecuali Arsen yang melanjutkan sarapannya.
“Arsen, jangan bilang kamu... " Lexi menggantung kalimatnya.
Arsen menaikan sebelah alisnya, “Bukannya kamu bilang aku tidak menyukai wanita? jadi mustahil aku menyimpan seorang wanita." Jawab Arsen kembali meminta Nico untuk mengambilkan daging.
Lexi manggut-manggut. “Benar, kamu lebih cocok dengan Nico, bermain pedang." Mereka langsung tertawa terbahak-bahak, tetapi tidak dengan Nico dan Arsen malah memasang wajah datarnya.
***
Malam hari Arsen seperti maling yang sedang tertangkap oleh warga, lantaran Lexi menemukan seorang wanita yang di ikat di bagian kamar bawah.
“Arsen, kamu masih tidak mau mengaku?" Tekan Lexi.
“Apa yang harus aku akui? Aku menangkapnya karena dia cocok untuk makanan hiu." Jawabnya, memang berniat untuk melemparkan perempuan itu ketengah laut.
“Aku tidak yak... "
Byurr!!
Semua mata melebar, Arsen benar-benar melemparkan tubuh Rebecca ketengah laut, hidup atau mati perempuan itu harus berusaha sendiri.
“Kau.. "
“Kita mulai pembicaraan, jangan membuang-buang waktu." Sela Arsen kembali serius, tetapi matanya melirik kearah dimana dia melemparkan Rebecca.
Mereka akhirnya duduk bersama dan mulai pembicaraan, membagi tugas untuk membuat Black Rose tunduk. Arsen yang belum bicara apapun pada Calvin, hanya saling tatap.
“Setelah misi berhasil, aku... "
“Bergabunglah, Lexi akan menjadi rekanmu dalam misi." Sela Arsen.
“Kamu begitu yakin aku mau bergabung, kamu tidak takut aku berkhianat?" Calvin menaikan sebelah alisnya sembari tersenyum tipis.
“Lakukan jika memang kamu ingin berkhianat, karena aku juga akan melakukan sesuatu untuk pengkhianat." jawab Arsen, setiap perbuatan pasti akan ada balasan.
Calvin manggut-manggut. “Aku akan bergabung dengan syarat kamu harus membantuku.. "
“Kamu bisa menetap di New York dan kuburkan abu orang tuamu disana, khusus untuk anggota inti saja." Arsen memotong kalimat Calvin.
Pria itu terkejut, Arsen mengetahuinya jika yang berada di dalam tas besarnya ada dua guci berisi abu kedua orang tuanya.
Dia dilema menerima tawaran Arsen atau tetap berkelana membawa abu itu kemana-mana.
Khawatir jika setelah misi selesai, Arsen akan membunuhnya, atau kemungkinan hal yang lebih buruk lagi, di dunia bisnis gelap sangat susah untuk percaya pada orang lain.
***