NovelToon NovelToon
Surga Lain Pernikahanku

Surga Lain Pernikahanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:20.9k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

"Apa yang sebenarnya membuat Mas enggan menyentuhku? Mas bahkan selalu menghindar jika aku membicarakan hal itu. Apapun jawaban Mas, aku akan berusaha ikhlas. Setidaknya Mas bicara. Jangan diam seolah-olah hubungan kita itu normal seperti pasangan suami istri yang lain.”

Banyu mengangkat wajahnya. Tanpa bicara apapun, ia segera meraih jas yang ia letakkan di kursi makan lalu melangkah pergi meninggalkan Haura.

***
Pernikahan yang Haura harapkan bisa mendatangkan kebahagiaan itu nyatanya tidak seindah yang gadis itu harapkan. Banyu, lelaki yang enam bulan ini menjadi suaminya nyatanya masih enggan memberikan nafkah batin kepadanya. Lelaki itu terus menghindarinya jika gadis itu mengungkit masalah itu.
Tentu saja itu menjadi pertanyaan besar untuk Haura. Apalagi saat perdebatan mereka, Haura tidak sengaja menemukan sebuah kalung indah berinisial 'H'.

Apakah itu untuk dirinya? Atau apakah kalung itu menjadi jalan jawaban atas pertanyaan besarnya selama i

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TIBA-TIBA CEMAS

Saat mendengar nada penuh amarah itu, tidak hanya Banyu yang terkejut. Namun, Haura juga begitu. Perempuan yang tadinya sedang terlelap itu mendadak langsung melebarkan matanya. Melihat Banyu yang berada dekat dengan wajahnya, secara reflek Haura mendorong Banyu supaya menjauh.

"Pak Banyu kenapa dekat-dekat dengan wajah saya?!" Haura langsung duduk. Matanya masih melebar seperti tadi.

Banyu yang terdorong ke belakang jadi merenggut seketika. "Kamu yang tadinya tarik-tarik saya! Tidur malah ngigau kemana-mana. Berisik!"

"Pak Banyu kelamaan. Jadinya aku pun tertidur."

"Tuh, sofa saya jadi basah. Bukannya langsung ganti baju malah ketiduran. Dasar tukang tidur." Banyu jadi menatap Haura tajam.

Haura mendesis tajam. Matanya lalu bertemu dengan tatapan Sadewa. Detik saat itu juga rasanya Haura ingin menenggelamkan dirinya dalam-dalam. Ditatap Banyu saja, Haura sering salah tingkah dan gugup. Apalagi jika ditatap Sadewa yang jarang bicara itu.

"Pak," sapa Haura merapatkan jas milik Banyu pada tubuhnya. Ia menunduk pelan dan tak lupa menunjukkan senyum sopan kepada kakak tertua sepupu Banyu itu.

Banyu berdeham sejenak lalu berjalan mendekati Haura. Tatapan Sadewa yang mengamati Haura dengan seksama itu membuat Banyu jadi jengkel. Memang bukanlah tatapan yang menunjukkan kekaguman. Namun, tetap saja Banyu tidak ingin Sadewa menatap Haura seperti itu.

"Ganti baju sekarang. Kamu jangan keluar kalau tidak saya suruh," kata Banyu pelan. Ia juga merapatkan jas miliknya ke tubuh Haura. Setelah itu, ia mengambil totte bag berisi pakaian ganti tadi kepada Haura.

"Iya." Haura masih sempat tersenyum manis kepada Sadewa sebelum akhirnya pergi ke toilet.

Mata Banyu menatapnya tajam sehingga membuat Haura cemberut kesal. Akhirnya perempuan itu segera masuk ke kamar mandi.

"Posesif banget sama istrinya." Sadewa tanpa sungkan menyindir Banyu. Lelaki itu memilih untuk duduk di sofa, sembari menatap Banyu yang juga duduk di sofa yang sama.

"Ada perlu apa anda ke sini?" tanya Banyu yang jauh dari kata ramah.

Sadewa sama sekali tidak tersinggung. Ia tersenyum tipis. "Langsung membicarakan pekerjaan? Saya ke sini justru ingin mengobrol santai dengan kamu."

"Kalau ini masih membahas tentang rencana anda dan Sagara yang ingin memindahkan Haura ke tim Sagara, jawaban saya masih sama. Haura akan tetap ada di sini. Di tim saya."

"Jangan kerasa kepala, Banyu. Kalau Haura tetap di sini, justru tidak baik untuknya dan juga kamu. Saya sering mendengar kamu yang tidak profesional jika berhadapan dengan Haura."

"Tuhkan. Aku juga mau kalau disuruh pindah. Kayaknya ikut Pak Sagara lebih menantang deh."

Banyu dan Sadewa otomatis menoleh kepada sumber suara. Haura berdiri di belakang mereka dengan pakaian baru yang lebih rapi. Namun, rambutnya hanya di kuncir kuda.

"Kita sudah bahas ini, Ra. Kamu juga sudah setuju," tegur Banyu datar.

Haura mendesah pelan. Ia kemudian berjalan cepat mendekati dua lelaki tersebut. "Tapi Pak Sadewa benar, Pak Banyu. Kalau saya pindah bisa mengurangi gosip-gosip yang tidak enak di dengar di sini."

Mengabaikan wajah Banyu yang semakin masam, Haura justru menaik-turunkan alisnya sembari tersenyum. Sementara itu, Sadewa justru tersenyum tipis melihat interaksi sepasang suami istri yang lebih tampak seperti tikus dan kucing itu.

"Memangnya kamu bisa mengembalikan uang yang sudah saya kasih sebagai kompensasi untukmu itu?"

Senyum Haura perlahan lenyap. Kepalanya mendadak pusing membayangkan harus menggantikan uang Banyu yang sudah ia gunakan untuk membeli hadiah kepada adik-adik pantinya tempo hari. Gajinya satu bulan saja tidak akan cukup untuk menggantikan itu. Apalagi kemarin ia sengaja membelikan barang-barang mahal untuk penghuni panti asuhan itu

"Aku boleh cicil?" tanyanya pelan.

Banyu yang merasa di atas angin itu menyunggingkan senyum menyebalkan. Kini ia bisa lebih tenang. "Tidak. Memangnya kemarin saya memberikan ke kamu pakai cicil? Lagipula saya juga bukan kreditur. Mana mau saya pakai sistem cicilan begitu."

"Tapi itu banyak banget, Mas." Haura bahkan lupa di mana mereka sekarang. Biasanya ia tidak memanggil Banyu seperti itu saat di kantor. "Kasih keringananlah. Ya?" rengek Haura menatap polos mata suaminya.

Rengekan Haura hanya dianggap angin lalu oleh Banyu. Melihat Haura keluar sebentar seperti tadi saya, Banyu begitu panas. Apalagi jika nanti melihat Haura akan sering berinteraksi dengan Sagara. Bisa darah tinggi terus.

"Berbuat baik kepada istri itu pahala, Mas. Mumpung Pak Sadewa udah mau acc itu. Kapan lagi bisa bekerja dengan jalur orang dalam seperti ini?" Haura mengedipkan matanya pada Banyu. "Cicil potong gaji aja deh. Gimana? Boleh, ya...."

Banyu tidak akan tersentuh dengan tatapan menggemaskan itu. Lelaki itu memalingkan pandangannya dari Haura. Wajahnya pun sengaja ia buat sedatar mungkin. "Keluar sana!Daripada kamu merengek seperti ini lebih baik kamu tanyakan ke Hania apa pekerjaan yang harus kamu kerjakan. Awas kalau kabur dengan Sagara lagi. Saya kurung kamu di rumah."

Haura tetap menatap Banyu penuh harap. "Mas...."

"Tidak, Haura. Udah sana. Saya mau rapat penting dengan Pak Sadewa." Banyu sengaja mengibaskan tangan di depan Haura. Gesture pengusiran yang sangat menyebalkan untuk perempuan itu.

Akhirnya dengan sangat tidak rela Haura pun melangkah keluar. Ia bahkan terus menggerutu hingga membuat Sadewa tercengang dengan keberanian perempuan itu sebab Banyu pun bisa mendengarkan itu.

"Istrimu ajaib sekali," gurau Sadewa sembari melipat tangannya di depan. "Saya rasa wajar Sagara keukeuh ingin menariknya ke departemennya. Dia akan memiliki daya tarik untuk menjadi wajah proyek baru kita."

"Tidak. Berhenti membicarakan itu." Banyu mulai menunjukkan betapa muaknya ia mendengar celotehan Sadewa yang biasanya pendiam menjadi banyak bicara hanya gara-gara masalah ini.

Sadewa duduk dengan bersilang kaki. Matanya mengamati mimik wajah Banyu, seolah sedang menelisik sesuatu.

"Kamu cemburu?" tanyanya kemudian.

Pupil Banyu melebar seketika. "Tidak! Jangan membual."

"Wajah kamu sejak tadi sangat tidak enak untuk dilihat. Apalagi jika mengungkit masalah Sagara dan Haura. Kamu tidak bisa mengelak."

"Haura itu istri saya. Tidak seharusnya Sagara terus menerus membawa Haura keluar. Berduaan pula. Ini bukan masalah cemburu atau tidak. Ini masalah harga diri."

Sadewa tertawa pelan. "Jangan terus membahas masalah harga diri. Yang ada nanti keburu Haura kabur. Kalau memang suka ya bilang, Banyu. Jangan ketinggian gengsi."

"Bisa kita bahas pekerjaan sekarang? Saya rasa kalau masalah itu, kita terlalu sibuk mengurus urusan pribadi."

Dasar Banyu keras kepala!

"Hmmmh... Baiklah." Akhirnya sesuai dengan permintaan Banyu, mereka berdua pun mulai membahas masalah pekerjaan yang sedang digarap.

Setelah perbincangan pribadi yang sangat tidak menguntungkan Banyu tadi, setidaknya sekarang Sadewa bisa lebih fokus membahas beberapa masalah proyek perusahaan mereka. Meskipun sebenarnya Banyu sudah berusaha sepenuhnya untuk fokus. Namun, tetap saja, tiba-tiba hatinya dilingkupi rasa khawatir.

"Bagaimana jika Haura memang harus pindah?"

*

*

*

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya, gaes. Maaf baru bisa update. Alhamdulillah keadaan mulai membaik :)

1
Rieya Yanie
sekalian honeymoon ya kan banyu
Edelweis Namira: Iyaaah. Mau buat anak dia/Facepalm/
total 1 replies
Teti Hayati
Biarin aja ikut, dari pada tar km pulang, Mas Air mu jadi suami milik bersama... 😂
Mending dibawa, dijaga dari gangguan cikal baka pelakoor. ..
Teti Hayati
Biarin, tar pulang Banyu udh nikah smaa Hania... 😂
Jeng Ining
Hayoo jgn salah ambil langkah Nyu, atw perjuanganmu ngedapetin lg hati Haura akan sia²..
Jeng Ining
alhamdulilah...mdh²an sudh bnr² pulih kembali kesehatannya kak
Edelweis Namira: Terima kasih, Kak
total 1 replies
Teti Hayati
Gak usah kagum Ra, mungkin dalam hati dia sedang bersoraak gembira.. gimna mau sedih, toh mungkin dia gak ngerasa kehilangan dg kepergian Daffa..
au ah.. gak bisa aku berpikir positif kalo tentang Hania.. 😂
Edelweis Namira: Wkwkw. Bawaannya suudzon ya
total 1 replies
Ria Ria
awas ya thor kalsu hania sama bayu
Edelweis Namira: Hahaha, semoga nggak ya
total 1 replies
Jeng Ining
hemmmm.. kecelakaan spertinya bikin dia agak amnesia.. lupa apa yg terjadi di malam pertma antara banyu dn Haura🤭, kok gayamu utk menyentuh Haura perlu meyakinkan perasaan dl😅
Edelweis Namira: Wkwkw. Padahal malam itu aja lagi mabuk ya, Kak
total 1 replies
Teti Hayati
Elaaah... kirain dh nikah gak bakal disebut lagi.. 😂
Awass lho, jangan macam2 Hania..
Maaf ya Han, belum sepenuhnya percaya kamu.. soalnya dari yg terakhir kamu muncul, belum ada tanda2 ikhlas-in Haura sama Banyu.. meskupun udh nikah sama Daffa..
Edelweis Namira: Aku juga susah buat percaya
total 1 replies
jekey
kayaknya si hania ini licik
Edelweis Namira: /Facepalm/
total 1 replies
kalea rizuky
hmmm Q kok kasian haura jangan aneh2 ya Thor/Curse/
Edelweis Namira: Tenaang. Aku baik kok sama Haura/Grin/
total 1 replies
Jeng Ining
jgn sampe knp² dg Daffa trs jd celah buat Hania minta surga ke Bayu, trs terjadilah kisah sesuai judul novel ini, plisssss jangaaan ya kak yaaa🙏
Jeng Ining: gud /Good//Facepalm/
total 4 replies
Rieya Yanie
jangan gengsi ma istri dong nyu...klo cinta bilang cemburu bilang
Edelweis Namira: Dia mah love languange nya emang digalakin
total 1 replies
Teti Hayati
Ra, baiknya lebih jaga-jaga dh sama Sagara..
Teti Hayati
Gak tau kenapa, aku kurang suka sama Sagara..
Okelahh dia mau suka smaa siapa haknya dia, kita gak bisa ngatur..gak bisa larang dia sula sma Haura.
Tapi sebagai lelaki Gentle, harusnya lebih bisa ngendaliinlahh.. apalagi dia tau Suaminya Haura bukan orang lain. Masih saudara, dan harusnya sesama laki-laki tau kalo Banyu suka cemburu. Iseng sih iseng. tapi gak keseringan juga, apalagi kalo pas gak ada Banyu,itu mh bukan iseng, tapi emg Niat..
Rieya Yanie
kabar apa ya...
digantung sama aothor
ditinggu up nya kak
Rieya Yanie
nah kan cemburu tapi gengsinya setinggi gunung
Rieya Yanie
semoga lkas sembuh thor..
semangat y
Teti Hayati
Syafakillah laa ba'sa thohuruun in syaaAllah..
moga cepet pulih lagi ka.... 🤗
Teti Hayati
Ini ceritanya keceplosan...?? Klarifikasi dong Mas Air.. jangan malu-malu koceeeeng begitu.. 😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!