Delia menikahi pria yang juga mencintainya. Danur adalah pacarnya saat dirinya menginjak kelas 3 SMA. Danur adalah pindahan dari Kota lain.
Setelah menikah Delia harus menahan pil pahit, karena sang suami memutuskan untuk menikah lagi dengan masa lalu nya.
Sebagai wanita tentu saja Delia tidak terima jika di madu. Dan yang lebih menyakitkan lagi, orang yang menjadi duri dalam rumah tangganya adalah sepupunya sendiri.
Semenjak hari itu, kehidupan Delia di penuhi pemandangan suami dan madu nya.
Istri mana yang sanggup di madu dan melihat suami bermesraan dengan wanita lain...
Namun di tengah kebimbangan hati untuk tetap bertahan atau menyerah, Seseorang malah memendam perasaan pada Delia.
Bagaimanakah kisahnya? akan kah Delia bertahan dalam rumah tangga yang di masuki orang ketiga atau melanjutkan hidup sendiri?
Jangan lupa mampir🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loker
"Apa-apaan kamu Dimas?" sentak Wahyu emosi.
"Ya, aku akan melindunginya saat ini. Dan kau pria pecundang!" Dimas menuding Danur. "Kau akan menyesal karena telah menyia-nyiakan istri sebaik Mbak Delia" lanjutnya lagi.
"Cihhh! Ternyata kau lah bangsat itu. Yang telah merusak rumah tangga kakak mu sendiri!" Danur bukan main emosinya.
"Making kok teriak maling? Jangan berlagak jadi korban kau Danur. Kau lah yang berselingkuh dengan dengan sepupunya Mbak Delia, sekarang kau malah dengan kejamnya memfitnah ku?" tekan Dimas.
Sudah muak rasanya pria ini menyimpan belang kakaknya dan selingkuhan peliharaannya itu. Jadi sudah kepalang basah, ya sudah ungkap saja sekalian. Tak tega rasanya apabila Delia kakak iparnya yang baik malah di perlakukan begini.
"Mila? Kau?!" Desi menutup mulutnya.
Awalnya ada rasa curiga juga di hatinya kala itu, tapi berusaha di tepis pikirannya yang buruk itu. Tapi kini Dia mendengar sendiri dari mantan adik ipar anaknya, tak mungkin juga jika Dimas mengarang cerita.
"Jadi memang benar kau wanita nya?" Sinta mendekati Mila, menatap nyalang wanita selingkuhan anaknya.
"Tan......
Plakkkkkk
"Mama!" Danur mendekati Mila. Wanita itu tersurut mundur, padahal tamparan Sinta tak sekuat itu. Karena ingat istri sirinya itu sedang hamil, jadi Danur pastilah khawatir.
"Jika sakali terjadi sesuatu pada anak dan istri ku, kalian harus tanggung jawab!" Danur membopong Mila membawa ke mobilnya, lalu meninggalkan pengadilan.
Setelah kepergian Danur, semua masih diam mencerna kejadian barusan. Hanya Delia yang terlihat santai, karena Dia memang sudah tahu dari awal.
"Kamu mengetahui ini Sin? Tapi kamu diem aja?" Desi agak kesal juga jadinya.
"Ma-maaf Mbak. Aku memang mengetahui hubungan mereka, tapi aku benar-benar nggak tau jika keduanya sudah menikah dan selingkuhannya itu hamil." jawab Sinta menunduk merasa bersalah,.Desi melengos.
"Nggak perlu acara minta maaf segala. Toh anaknya juga lebih bejat. Jika Danur yang berpoligami itu masih wajar, karena Dia lelaki. Tapi coba lihat mantan menantu mu itu, masih istri sah anak kita tapi berani tidur dengan pria lain dan hamil juga. Impas bukan??" timpal Wahyu santai.
"Eh bangsat! Anak mu dulu yang berulah" Sania membara juga lama-lama.
"Udah, nggak perlu di ladeni" ucap Delia sudah lelah.
"Ma, Delia pamit dulu ya. Ada kerjaan sedikit." Delia menyalami Desi. Wanita itu memaksakan senyumnya.
"Kamu hati-hati ya nak. Maaf mama nggak bisa bantu apa-apa. Oh iya, ini ijazah dan berkas lainnya. Mungkin saja nanti kamu perlu ini" Desi menyodorkan map.
"Eh iya ma. Aku juga niat nya mau ambil ini, tapi syukurlah udah mama bawain, jadi nggak perlu kerumah kalian" Delia lega karena tidak perlu pulang bertemu papa nya.
"Eheeem. Rumah kita! Kamu jangan dengarkan kata papa mu, rumah itu peninggalan Eyangmu Ibu Mama, jadi itu nanti nya akan menjadi milik kamu juga." Desi mengelus lembut rambut Delia.
"Jaga baik-baik cucu mama ya nak" Desi akhirnya menangis juga memeluk putri tunggalnya ini.
"Pasti ma!" balasnya berusaha menahan air mata.
"Sania, Tante titip Delia ya. Tolong jagain juga cucu Tante.
"Siap Tante!" Sania siap siaga membuat ketiganya tersenyum.
Setelah urusan semua selesai, Delia dan yang lainya meninggalkan pengadilan. Sebelum masuk mobil, Delia kembali mendekati Dimas.
"Dim, Mbak hargai kebaikan kamu. Tapi, Mbak harap kamu nggak perlu ikut campur masalah Mbak. Mbak bisa menjaga diri Mbak sendiri, jadi Kamu nggak perlu khawatir. Kalo Mbak butuh kamu nanti Mbak kabari. Permisi!" Delia masuk mobil.
💔
Di cafe
Usai makan siang, kedua wanita muda ini masih betah di cafe. Karena ini memang tempat nongkrong mereka saat SMA, jadi sekalian nostalgia.
"Eh aku jadi ingat saat cupu di kelas kita nembak kamu" Delia ingat masa SMA mereka.
"Iiih . Kok jadi bahas itu sih kamu?! Geli tau" Sania paling tak bisa membahas masa lalunya yang memalukan.
"Cieeeee... Di tembak di Cafe ini, di iringi biola pula. Eh ujung-ujungnya si cupu di tolak kejam" Ujar Delia lagi, puas sekali meledek temannya ini.
"Delia!" Sania memasang wajah cemberut.
Suasana mendadak hening. Delia menghela nafas berat. Jelas beban yang menimpanya saat ini bukan main-main. Untung saja ada sahabatnya ini, jika tidak pasti hari-hari Delia akan di lalui dengan kesedihannya.
"Gue memang hamil, dan ini anak adik ipar gue, Ipar tiri" ucap Delia spontan.
"Apa?!" pekik Sania beranjak dari kursi.
"Sinting!" gerutu Delia.
"Cirius? Mie apa? Aceh atau Mie ramen?"
"Sialan! Gue serius ini nyet. Nyesel gue cerita sama orang sinting begini!" kesal sekali dirinya saat ini.
"Eh hehe.. Jangan ngambek dong, kan cuma bercanda. Apa kata Lo tadi, adik ipar tiri? Ini gimana maksudnya?" Sania sungguh pusing dengan masalah yang menimpa Delia ini.
"Jadi, sebelum menikahi Tante Sinta, ternyata Wahyu punya istri. Dan itu orang tuanya dari pria .... Pokoknya pria bangsat deh!" Delia tak sanggup menyebut nama Devan.
"Walaupun bangsat tokcer juga tuh lakik. Sekali main langsung melendung aja ni anak! Emang bikin adonan dimana sih lokasi nya?" Tanya Sania penasaran.
"Astaga!" Delia memijat kepala yang mendadak pusing. Bukannya bisa curhat dengan hati lapang, malah tambah bikin sakit kepala.
Ini yang Delia sukar curhat dengan sahabatnya. Sania suka bercanda tidak lihat kondisi. Tapi walau begitu, Sania adalah sahabat terbaik baginya. Sania bercanda tak ingin Delia terlalu larut dalam kesedihan. Hanya terkadang waktunya aja yang tidak tau tempat saat bercanda.
"Ok. Jadi tadi malam yang Lo bilang mau minta tolong itu ini? mau cerita masalah ini?" Sania memasang wajah serius, Delia menggeleng.
"Tolong cari loker!" ucap Delia langsung.
Sania mengetuk jarinya ke meja, memikirkan tentang loker.
"Ada perusahaan yang baru di buka sebulan yang lalu bergerak di bidang Kosmetik dan perhiasan. Kamu bisa mengajukan lamaran online." Sania menunjukkan nama aplikasi untuk melamar kerja di perusahaan tersebut.
Delia segera mendownload apk itu. Nanti dirinya akan melakukannya di kosnya saja.
"Semoga ada lowongan yang masih kosong" harap Delia.
Sania hanya mengangguk, wanita ini iba melihat sahabatnya yang harus kerja begini saat sedang hamil muda. Biasanya perempuan akan sangat manja ketika hamil, tapi Delia tidak bisa merasakan itu semua, Dia harus mulai menabung untuk masa depan bersama calon anaknya.
"Makasih ya San, Gue nggak tau cara bales kebaikan Lo ini" ujar Delia tulus.
"Balesnya, cukup Lo dan debay baik-baik aja" Sania memeluk Delia erat.
Setelahnya keduanya lanjut ngobrol ringan, dengan Delia yang kembali pesan makanan.
.
.
"Dia?"
.
Jangan lupa like dan komentarnya 🙏🙏
,, semoga mereka berdua segera dpt karmanya 😔
mksh sudah sering baca🙏🤗