"Membosankan sekali hidup ku, " ujar seorang wanita.
Siapa kah dia ini???
yuk kita baca cerita nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-33. Rea Nii Dan Rai Chan
"Tapi aku takut Koko, " ujar Rea Nii.
"Tenang lah, Koko bersama mu, " ujar Rai Chan menenangkan sang adik.
"Koko luka mereka sangat parah," ujar Rea Nii.
"Koko yakin Cici bisa mengobati mereka, kan Cici sudah belajar banyak cara mengobati dari Ibu, " ujar Rai Chan.
Setelah mendengar ucapan sang Kakak, Rea Niii merasa percaya diri, dengan telaten tangan kecil nya memeriksa keadaan tiga orang pria yang luka-luka itu.
"Koko, Paman yang ini terkena racun, " ujar Rea Nii.
Mendengar itu Rai Chan segera mengecek keadaan pria tersebut, dan benar saja apa yang di ucapkan adik nya itu, bahwa orang itu memang terkena racun.
"Kau benar Cici, Paman ini terkena racun, " ujar Rai Chan.
"Lalu kita harus apa Koko?" ujar Rea Nii.
"Cici bisa kah jaga Paman-paman ini sebentar, " ujar Rai Chan.
"Koko mau kemana?" tanya Rea Nii.
"Koko akan turun gunung, Koko akan memanggil Paman Jeng dan Paman Jing, Ibu juga harus di beri tahu, " jawab Rai Chan.
"Baiklah, pergi lah Koko, dan segeralah kembali, " ujar Rea Nii.
Rai Chan segera berlari menggunakan ilmu peringan tubuh nya, dengan adanya hewan spiritual milik sang Ibu, Rai Chan mau pun Rea Nii di ajari oleh mereka, jadi meski mereka baru berusia lima tahun, mereka sudah banyak mempunyai kemampuan seperti orang dewasa.
"Ada apa dengan kalian Paman? kenapa kalian terluka separah ini?" tanya Rea Nii pada satu pria yang tak sadarkan diri itu.
Rea Nii terus saja berceloteh, tanpa menghiraukan tiga pria yang tak menjawab nya itu, hingga tak di sadari nya, jika pria yang terus dia ajak bicara telah tersadar, namun pria itu berpura-pura pingsan, dia ingin tau dengan apa yang akan di lakukan oleh Rea Nii selanjutnya.
"Paman apa kamu tak merasa kasian padaku? aku pegal bicara dengan mu Paman, " ujar Rea Nii, hingga pria yang berpura-pura itu tak kuat lagi untuk terus berpura-pura.
"Kau.. sangat menggemaskan, " ujar pria itu.
"Paman.. kamu sudah sadar?" tanya Rea Nii.
"Ya, " jawab pria itu.
"Sejak kapan Paman?" tanya Rea Nii lagi.
"Sejak kamu menggerutu dari tadi, " jawab pria itu.
"Kapan aku menggerutu? perasaan aku tak menggerutu, " ujar Rea Nii menyangkal dengan raut wajahnya yang begitu polos.
Pria itu tak berbicara lagi, dia masih merasakan sakit di badan nya, dia hanya terus mengamati Rea Nii yang sesekali bertanya padanya.
………………………………
"Paman Jeng.. Paman Jing.. Kak Dun.. kalian dimana?" panggil Rai Chan berlarian mencari keberadaan mereka.
"Tuan muda, akhirnya anda kembali, saya sudah lelah mencari anda, " ujar Dun.
"Hehe.. Maaf kan aku Kak Dun, " ujar Rai Chan meminta maaf.
"Tuan dari mana saja? Nyonya besar juga dari tadi mencari anda, " tanya Dun.
"Dari atas gunung Kak, " jawab Rai Chan enteng.
"Astaga.. pantas saja aku tak menemukan mu, ternyata Tuan Muda naik gunung lagi, "ujar Dun.
"Iya Kak, maaf ya Rai membuat Kak Dun kelelahan, " ujar Rai Chan meminta maaf lagi.
"Tidak apa-apa Tuan, cuma lain kali Tuan harus bilang dulu, " ujar Dun.
"Baik Kak Dun, oh iya Kak sekarang Ibu dimana?" tanya Rai Chan.
Anak-anak Mei Len di ajari dengan benar, mereka di larang membeda-bedakan orang, jika orang itu lebih tua dari mereka, maka mereka harus memanggil nya dengan panggilan yang sopan, mereka di larang Mei Len memanggil orang lain dengan nama saja, meski orang itu adalah pelayan atau pengawal.
Karna bagi Mei Len semua orang sama, meski status mereka berbeda, Mei Len tetap menerapkan sopan santun pada kedua anak nya itu.
"Nyonya ada di ruang tamu Tuan, " jawab Dun.
"Apa ada tamu Kak?" tanya Rai.
"Seperti nya iya Tuan, soalnya ada orang yang tak saya kenal, saya juga baru melihat nya sekarang, " jawab Dun.
"Kalau begitu temani aku bertemu Ibu, " ujar Rai.
"Mari Tuan, " ujar Dun, kemudian mereka pergi bersama-sama menuju ke ruang tamu, sementara Jeng dan Jing mereka tak ada, karna mereka langsung di tugaskan oleh Mei Len, untuk mencari keberadaan Putra Mahkota bersama Sam.
"Ibu, " panggil Rai Chan pada Mei Len.
"Akhirnya kamu kembali, apa Koko senang membuat Kakak Dun kelelahan?" tanya Mei Len.
"Maafkan Koko Ibu, Koko hanya pergi ke atas gunung saja, " ujar Rai Chan meminta maaf.
"Sudah, sudah, kau ini, cucu ku baru saja tiba, mengapa kau langsung mengomeli nya?" ujar Jendral Max, sementara Rai Chan menatap Jendral Max asing, karna memang ini adalah pertemuan awal mereka.
"Ibu.. siapa Paman ini?" tanya Rai Chan.
"Kesini Koko, dia adalah Kakek Jendral, dia lah Ayah nya Ibu, " ujar Mei Len memperkenalkan Jendral Max pada Rai Chan.
"Kakek.. apakah Kakek yang berperang itu?" tanya Rai Chan.
"Iya sayang, ini Kakek, dan sekarang Kakek telah kembali, kesini lah peluk Kakek, " ujar Jendral Max merentangkan kedua tangan nya lebar-lebar.
"Kakek... " seru Rai Chan menghambur ke dalam pelukan hangat sang Kakek.
"Cucu Kakek tumbuh sangat cepat, kau juga sangat tampan Rai, " ujar Jendral Max memuji cucu nya itu.
"Kakek juga tampan, sama seperti Kakek Kaisar, " ujar Rai.
"Ternyata selain tampan, mulut cucu Kakek juga sangat manis, " ujar Jendral Max.
"Koko, dimana Cici?" tanya Mei Len tak melihat keberadaan sang Putri.
"Aahh hampir saja Koko lupa, Ibu cepat kita harus pergi ke atas gunung, Cici sedang menunggu disana, " jawab Rai.
"Ada apa dengan Cici Koko? Cici baik-baik saja kan?" tanya Mei Len khawatir pada sang Putri.
"Cici baik-baik saja Ibu, tapi tidak dengan orang-orang itu, " jawab Rai.
"Orang-orang, " ujar Mei Len.
"Iya orang-orang, mereka sedang terluka, sekarang Cici disana menemani mereka, Ibu cepat kita harus segera kesana, karna ada satu Paman yang terkena racun, " ujar Rai memberi tahu keadaan orang-orang yang di tolong nya.
"Nak sebaik-baiknya kita pergi kesana sekarang, " ujar Jendral Max, mereka semuanya pun bergegas menuju ke atas gunung, tak lupa Rai menyuruh sang Ibu untuk membawa beberapa pengawal.
……………………………
"Anak manis, apakah kau membawa air minum?" ujar pria yang terluka itu.
"Bawa Paman, apakah Paman haus"? tanya Rea Nii pria itu pun menggunakan kepala nya, karna dia memang kehausan dari tadi.
"Ini minumlah Paman, " ujar Rea Nii membantu pria itu untuk minum.
"Ini.. ini air apa sayang? kenapa rasanya begitu mania dan menyegarkan?" tanya pria itu, dia heran dengan air minum gadis kecil yang menolong nya, karna air itu benar-benar menyegarkan, rasanya juga memang sangat manis.
"Ibu bilang Ini air ajaib, " ujar Rea Nii.
"Cici...
UDAHAN DULU YA NEXT TIME KITA KETEMU LAGI DI BAB SELANJUTNYA.
lanjut up yg banyak thor💪💪💪💪
sekarang kalau dirimu bertranformasi ke dalam novel ,terus mengalami semua yang tertulis di novel,bagaimana caramu untuk bisa kembali ke masa kehidupan real mu?