NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama / Ibu Tiri / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:75.7k
Nilai: 5
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menanti Hukuman

Di taman belakang rumah, suasana sore itu terasa begitu teduh. Semilir angin menggoyangkan daun-daun, menciptakan suara lembut yang menenangkan. Di atas sofa rotan beralas bantal empuk, Hana duduk bersimpuh pada pangkuan Ningsih. Tangannya menggenggam erat tangan sang nenek, seolah tak ingin melepaskannya lagi.

"Aku sangat merindukan Nenek," ucap Hana pelan, nyaris berbisik.

Ningsih tersenyum dan mengusap kepala cucunya dengan lembut. "Nenek juga Nak. Sangat merindukanmu."

Mereka tertawa kecil, lalu kembali hanyut dalam obrolan panjang cerita ketika mereka berjauhan, tentang kenangan, tentang masa kecil, tentang kue kesukaan Hana, tentang masa-masa mereka mengisi hari dengan kesederhanaan namun penuh cinta. Tangis dan tawa silih berganti di antara keduanya, namun kini semuanya terasa lebih ringan.

Sementara itu, dari balik jendela rumah, Ratna dan Pradipta memperhatikan kedekatan itu dari dalam.

Ratna memecah keheningan, menatap putranya yang berdiri diam dengan pandangan jauh, "Sekarang Hana dan neneknya sudah aman. Lalu, apa rencanamu, Nak? Apakah Burhan akan kamu bawa ke ranah hukum?"

Pradipta menghela napas panjang, menimbang-nimbang jawabannya. Wajahnya tampak menegang, tapi tenang. "Sebagai polisi, aku tahu Burhan bisa ditangkap. Bukti penculikan cukup kuat, juga eksploitasi terhadap Hana. Tapi..."

Ratna mengangguk pelan, memaklumi. “Kamu takut Hana makin terpuruk kalau harus menghadapi Burhan di pengadilan?”

“Bukan takut,” jawab Pradipta. “Aku hanya ingin keputusan itu datang dari Hana sendiri. Kalau dia ingin menuntut, aku akan berdiri paling depan. Tapi kalau dia ingin mengakhiri ini semua tanpa menyeret masa lalu lebih jauh, maka aku akan pastikan hidup baru yang kita mulai ini bebas dari dendam.”

Ratna tersenyum bangga. “Kamu sudah jadi laki-laki dewasa, Dipta. Ibu percaya kamu akan tahu apa yang terbaik untuk Hana dan untuk keluarga kalian nantinya.”

Pradipta menatap ibunya, lalu kembali memandang ke luar. Di sana, di taman, wanita yang paling dia cintai tengah tertawa ringan, menyambut sore dengan hati yang sedikit lebih bahagia.

***

Langit sore itu mendung, seakan mencerminkan suasana hati yang kelabu di dalam rumah keluarga Burhan. Pintu utama terbuka perlahan, menampakkan sosok Burhan yang berjalan masuk dengan wajah muram. Di belakangnya, Sri dan Rosma mengikuti dengan langkah gontai. Tak satu pun dari mereka bersuara. Kelelahan dan kemarahan membebani tubuh dan hati mereka.

Malika yang sudah menunggu di ruang tamu dengan semangat menyambut dengan senyum riang. Ia masih mengenakan pakaian santainya, duduk di sofa dengan kaki dilipat, tampak ceria seperti seseorang yang menanti kabar baik.

"Ayah!" panggilnya cepat. "Bagaimana ? Bagaimana pernikahan Hana? Dia udah resmi jadi istri si duda tua itu, kan? Sekarang pasti dia sudah ikut ke rumah suaminya ya?"

Burhan menghentikan langkahnya, menatap Malika dengan tajam. Sorot matanya bukan main. Ada amarah, kekalahan, dan sesuatu yang selama ini tak pernah terlihat dari pria sombong itu, kehinaan.

"Iya!" sahut Burhan ketus, suaranya meninggi.

"Hana sekarang sudah jadi istri orang! Dan sekarang mereka berdua pasti lagi sangat berbahagia!"

Malika terdiam. Senyumnya kaku, pelan-pelan memudar. Ia bangkit dari duduknya, mendekati ayahnya dengan dahi berkerut.

"Lalu kenapa Ayah marah?" tanyanya, bingung.

Rosma yang sejak tadi hanya diam, tiba-tiba ikut angkat bicara. Suaranya pelan, namun nadanya cukup untuk menusuk dada siapa pun yang mendengarnya.

"Hana memang sudah menikah Hana. Sudah menjadi istri orang. Tapi yang menjadi suaminya bukan si duda tua bangka itu, tapi Hana menikah dengan Pradipta."

Detik itu juga, seolah bumi berguncang di bawah kaki Malika.

"Apa?" ucapnya lirih.

"Ya. Pradipta." Rosma mengangguk pelan, seolah menegaskan fakta yang terdengar seperti mimpi buruk bagi Malika. "Bukan duda tua Bangka seperti yang Ayahmu rencanakan. Tapi Pradipta. Pria yang kamu kejar-kejar. Pria yang kamu sia-siakan demi si penipu. Sekarang si pak polisi itu sudah menjadi milik Hana."

Tubuh Malika limbung, kakinya tak sanggup menopang beban di dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Dia jatuh terduduk di lantai, menatap kosong ke arah depan. Mulutnya terbuka seakan hendak berkata sesuatu, namun tak ada suara yang keluar.

Sri hanya bisa berdiri kaku. Tak berani menatap putrinya, juga tak mampu menenangkan. Dalam hatinya sendiri, perasaan malu, bersalah, dan takut saling berbenturan.

Keheningan yang begitu mencekam menyelimuti ruang tamu itu. Yang terdengar hanyalah suara jam dinding yang berdetak pelan, menghitung waktu yang kini terasa seperti neraka bagi keluarga yang dulu merasa mereka berada di atas segalanya.

Malam Hari.

Suasana rumah itu kini sunyi senyap, tak ada lagi teriakan atau tawa seperti biasanya. Burhan duduk di kursi andalannya, tubuhnya menyandar lemah, pandangan kosong menatap ke depan. Di sisi kanan, Sri duduk tanpa suara, tangannya bertaut di pangkuan, gemetar menahan resah. Rosma, yang biasanya banyak bicara, kini hanya menunduk, memeluk kedua lututnya dengan kepala bersandar di dinding. Malika duduk di ujung sofa, matanya masih merah dan bengkak, napasnya berat seperti baru saja selesai menangis.

Tak satu pun dari mereka berani bersuara. Ruangan itu seperti terkurung dalam ketegangan yang pekat. Detik demi detik terasa lambat, dan semua kepala seakan dipenuhi pikiran yang sama.

Apa yang akan dilakukan Hana setelah ini?

Mereka tahu, Hana bukan lagi gadis yang bisa mereka atur. Kini dia adalah istri seorang polisi dan apapun bisa dilakukannya sekarang.

Memikirkan itu, badan mereka gemetar dan was-was

Takut Hana akan datang dengan kemarahannya.

Takut Pradipta datang dengan bala pasukannya.

Burhan melirik ke arah jam dinding. Jarumnya terus bergerak, tapi waktu seolah tak maju. Dia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya berat.

“Kalau Hana datang ke sini,” gumamnya, pelan, "Jangan ada yang menjawab macam-macam. Jangan memperkeruh keadaan.”

Tak ada yang menanggapi. Bahkan Sri hanya mengangguk kecil tanpa suara. Rosma menggigit bibir bawahnya, sedangkan Malika memejamkan mata erat.

Mereka semua duduk di sana seperti pesakitan yang menunggu vonis.

Rumah itu tak lagi jadi simbol kekuasaan, tapi tempat penantian akan konsekuensi yang harus mereka terima.

***

Hana berdiri di ambang pintu kamar Pradipta, ragu-ragu, membawa setelan baju bersih pemberian Ratna yang dilipat rapi dalam pelukannya. Ini pertama kalinya ia masuk ke kamar pria yang menjadi suaminya sekarang. Meski mereka telah menikah secara sah, tetap saja, perasaan gugup menari-nari di dadanya. Napasnya pelan namun berat, seperti hendak memasuki sebuah dunia baru yang belum benar-benar ia pahami.

Pradipta yang masuk duluan sontak menoleh dan membelalakkan mata. Panik kecil langsung melanda saat matanya menyapu kamar yang 'sedikit' berantakan.

“Eh...tunggu, tunggu! Jangan masuk dulu!” serunya buru-buru dengan panik.

Hana mematung. “Kenapa?” tanyanya dengan dahi mengernyit.

Pradipta sudah bergerak cepat, menyambar celana dalam yang tergeletak di kursi, menggulung handuk basah di lantai yang tadi dipakai mandi, dan menyapu kaos-kaos bekas pakai yang tersebar bagai ladang ranjau.

“Maaf. Mungkin ibuku lupa menyuruh mbak membersihkan kamarku," ucapnya gugup.

Hana tak bisa menahan senyum geli melihat kekacauan itu. Ia berdiri sambil menyandarkan kepala di kusen pintu, membiarkan Pradipta sibuk seperti ayam kehilangan induk. “Butuh bantuan?”

Pradipta menoleh dengan napas ngos-ngosan. “Tidak. Terima kasih.” Ia buru-buru menendang sepasang kaos kaki ke bawah ranjang, lalu menarik selimut untuk menutupi semua kemungkinan baju lain yang tertinggal di ranjang.

“Sudah,” katanya dengan bangga. “Silakan masuk, Bu Polisi.”

Hana mengangguk pelan, masuk perlahan dengan mata menyapu ruangan.

Hana hanya tersenyum kecil melihat Pradipta yang langsung menunjuk kamar mandi. Ia kemudian masuk ke kamar mandi kecil di sudut ruangan untuk berganti baju. Sementara itu, Pradipta duduk di kasur, menatap pintu kamar mandi yang tertutup, hatinya berdebar.

Ini bukan tentang malam pertama. Bukan tentang hal-hal romantis. Tapi momen sederhana ini, masuk ke kamar yang sama, satu atap, satu ruangan, satu dunia, adalah awal dari sesuatu yang lebih bermakna dari hidupnya.

1
moominRJ
Lanjutt kaaa🥰
Tuti Tyastuti
dewinta kamu belum tau ajj burhan jatuh kismin🤣🤣
Yusra Azizah
karya kak almaira selalu ditunggu, ide ceritanya selalu bagus, selalu keren dalam merangkai kata2
Hasanah Purwokerto
Dewinta bs bicara begitu krn blm tau aja, karma nya msh menunggu di dpn pintu... blm masuk...🤭🤭🤭🤭
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
maling teriak maling, tunggu waktunya saja kamu juga bakal mendapatkan kesengsaraan. btw ini dewiny walid bukan sih🤣🤣
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Dih ni orang gak tahu diri🤦‍♀️ sebentar lagi mokondo kayamu pasti dapat kurmanya juga.
Una_awa
pelakor mau kasih jurus jitu cara menggaet pria kaya, belum tau dia klo rumah itu sewaan 😒
Una_awa
kok Rosma nyelip disini 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Dasar buaya buntung 😤
hania
ibu mertua yang bijak. mampu meredakan amarah putranya. Sehingga tidak gegabah mengambil keputusan dan tindakan.
Puji Hastuti
Malika mau gak di ajari menggaet pria kaya sama suhunya? Dan korbannya ayahmu /Facepalm/
Baper kusut
undang Burhan sekeluarga di pesta Hana Pradipta whuuaahhh pasti seru😁😁
Sugiharti Rusli
laki" mokondo ko tetap mau dijadikan menantu dan suami demi menutupi aibnya
Sugiharti Rusli
padahal dia mencuri dari si Burhan begitu banyak, yah uang dan juga kehormatan putrinya sendiri
Sugiharti Rusli
udahan si Rendy yang pengangguran, miskin dan juga ga bertanggung jawab
Sugiharti Rusli
orang yah kalo sudah melakukan kecurangan dan kesalahan yang keji terhadap istri, ibu mertua dan anak sambungnya, akhirnya dibalas dengan lebih dahsyat yah
Sugiharti Rusli
dan bodohnya yah si Malika dan Burhan masih aja berharap sama si Rendy yang ga bisa dipercaya
Nureliya Yajid
lanjut thor
Nar Sih
lanjutt kak
Susilawati
first coment 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!