Nolan seorang sarjana fisioterapi yg memiliki mimpi menjadi seperti ayahnya seorang dokter hebat yg berhasil menyelamatkan banyak nyawa.
Tetapi dalam prosesnya banyak masalah muncul hingga akhirnya Nolan kehilangan kedua orang tuanya dan harus berjuang bertahan hidup bersama adiknya.
Disaat situasi yg putus asa, orang yg tidak pernah terpikirkan olehnya datang dan memberi secercah harapan.
Sebuah jalan baru yg memungkinkan Nolan untuk mengubah kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenjagaMalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Untuk apa mencari kekasih?
Pagi itu, Klinik Winaya lebih ramai dari biasanya. Pasien berdatangan sejak subuh, antrean mengular hingga ke jalan kecil di depan gang. Namun di dalam ruangan terapi, Nolan Mahaputra justru tampak tidak sepenuhnya hadir. Tangannya tetap bergerak dengan lihai meraba dan menekan otot pasien, tetapi tatapannya sering menerawang.
Bayangan senyum Karisa Prameswari terngiang jelas dalam benaknya. Perempuan itu bukan sekadar investor; ia adalah poros baru yang membuat hidup Nolan terasa bergerak maju. Ia mengingat dengan jelas malam di mana mereka berdiskusi tentang masa depan klinik, tentang ekspansi besar-besaran ke Bali, tentang harapan yang terdengar terlalu indah.
Namun bayangan itu terpecah ketika ingatan lama datang menyusup. Wajah Aryo Prasetyo. Mantan tunangan Karisa, dokter dari klinik ternama yang telah menjebaknya. Orang yang…
"Dia yang menghancurkan keluarga kami… Ayah, Ibu… semua karena ambisinya."
Kemarahan itu kembali menyala dan teringat dengan janjinya pada Nadia untuk menemukan penyebab kematian orang tua mereka.
Tiba-tiba pintu diketuk. Karisa masuk sambil membawa map dokumen.
"Lan, ini proyeksi dana untuk cabang di Bali. Aku sudah survei dua lokasi, tinggal kamu yang tentukan."
Nolan membalikkan badan. “Kamu sungguh serius tentang ini?”
Karisa tersenyum. “Aku selalu serius kalau menyangkut kamu.”
Hening mengalir dan tatapan mereka saling bertautan.
"Apa kamu merasa pertemuan kita bukan sebuah kebetulan, nasib kita sama dikhianati oleh orang yg kita cintai, mereka berdua bahkan menjadi pasangan." Ujar Nolan memecah keheningan.
"Aku tidak suka bertele tele, katakan saja intinya." Karisa wanita tegas, dia tahu ada makna lain dari kata kata Nolan dan tidak suka hal berbelit belit.
Nolan menjadi sedikit ragu melihat sikap tegas dan serius Karisa. "Aku merasa hubungan kita mulai agak ambigu sejak saat itu, aku takut jika kamu hanya menggunakan ku untuk balas dendam pada Aryo dan aku juga tidak mau kamu berpikir jika aku memanfaatkan mu untuk membalas dendam pada Dinda."
Tiba tiba Karisa menampar meja, wajahnya terlihat kesal. Dia dengan cepat mendekati Nolan, mengangkat rok ketatnya sedikit ke atas agar bisa duduk di atas pangkuan Nolan dengan posisi mengangkang dan saling berhadap hadapan.
Nolan jelas panik. "Tenang Kar, ini masih di kantor."
"Dengar Nolan, dunia bukan novel romantis atau series Drakor. Aku mengabaikan rasa malu dan siap dianggap wanita murahan hanya untuk mencium mu saat itu jadi hentikan pola pikir menggelikan tentang menyatakan cinta harus dengan kata kata indah seperti i love yuuuu atau apalah. Sungguh... Aku kadang jijik melihat status medsos anak anak muda jaman sekarang."
Nolan mengangguk paham dengan Omelan Karisa tapi kedua tangannya yg berusaha keras melepas ikat pinggang dan resleting celana Nolan membuat panik.
"Ok.. Kar tapi ini masih di kantor." Nolan ingin menghentikannya tetapi takut jika Karisa tersinggung dan malah membencinya.
"Jika tidak tahu caranya diam saja, biar nona ini bekerja. Semua juga demi asuransi kehidupan nona ini."
"Maksud mu?" Nolan bingung mendengar kata kata asuransi.
"Umur ku 28 dan harus segera menikah, ayah ku juga sering menanyakan hal ini tetapi sulit menemukan pria yg cocok."
"Sudah berpikir ke arah sana?" Nolan terkejut, bukan karena jawaban Karisa tetapi Otong di selangkangannya yg di paksa masuk ke dalam lubang yg sempit.
"Memang... Mm... Menurut mu untuk apa mencari kekasih... Apa hanya untuk... Mmm.. pamer atau ewe ewe...."
Nolan tidak menjawab, dia hanya membiarkan Karisa melakukan apa yg dia mau sambil menatap pintu ruangan dengan ekspresi cemas berharap tidak siapapun yg membuka pintu itu saat ini.
Sayangnya Karisa terlalu galak, dia menarik kerah kemeja Nolan dan berkata dengan nada mengancam. "Akan lama jika kamu cemas, ayo nikmati bersama agar cepat selesai."
Tanpa menunggu jawaban Nolan, Karisa langsung melumat bibirnya. Membuat Nolan di biarkan tanpa pilihan apapun selain pasrah dan menikmati semua yg Karisa lakukan padanya.
Waktu berlalu...
Nolan dan Karisa keluar dari ruang konsultasi, sikap mereka kali ini terlihat lebih intim dan semua itu terlihat jelas di mata Nadia yg baru saja pulang dari sekolah.
"Huh... sudah kuduga kalian pasti pacaran."
Karisa mendahului Nolan untuk menjawab. "Rencana tahun depan akan menikah di Bali karena itu mulai besok kita semua akan bersiap pindah ke sana. Membangun Fisioterapi center yg lebih besar, bagaimana menurut mu Nadia? Maaf tidak mendiskusikannya lebih dulu dengan mu."
Nadia menggelengkan kepalanya. "Aku juga sudah muak dengan kemacetan di kota ini. Pagi hari bukannya embut sejuk menyegarkan nafas yg ku dapat tetapi kabut asap kendaraan yg menyesakan dada."
Karisa tersenyum bahagia. "Kita ternyata sependapat, sepertinya kita akan sangat akur."
"Sepertinya begitu, bagaimana kita ke mall untuk merayakannya."
"Pikiran kita sama."
"Jangan bilang kamu juga memikirkan hal apa yg ingin ku beli."
"Jangan jangan..."
"Sial.. Itu juga sama..."
"He he he..."
Karisa dan Nadia berlalu begitu saja, membiarkan Nolan mematung di tempat dengan tatapan kosong karena dia sedang memikirkan masa depan suram yg akan datang.
Saat dia kuliah dulu, sempat terdengar gosip jika semua dosen pria disana adalah suami suami yg takut istri bahkan dosen pria yg bahkan tidak berani membalas pesan mahasiswi untuk membahas masalah tugas akhir hanya karena takut istrinya curiga dan marah.
"Apa ini kutukan." Lutut Nolan terasa sangat lemah saat melangkah, kesadarannya terguncang bahkan skill pasif spiritual mindset tidak berpengaruh padanya saat ini karena memang tidak ada solusi untuk masalah ini.
Nolan tidak melihat energi spiritual aneh yg memungkinkan menciptakan situasi buruk baginya di masa depan dan sebaliknya dia melihat energi spiritual berwarna emas mulai melilit tubuhnya saat hubungan mereka berdua mulai terjalin.
Hal ini membuatnya semakin aneh dan membuat Nolan bertanya tanya. "Sepertinya memang harus pergi menemuinya."
Solusi terbaik adalah menemui penjaga malam yg dulu memberinya kemampuan ini. Nolan hanya berharap jika dia masih bekerja di tempat yg sama jadi semuanya akan jauh lebih mudah.