NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 28

"Beasiswa" gumam Clara, ia tersenyum mengejek dengan apa yang barusan ia dengar. Clara semakin tertarik dengan kehidupan Amara yang banyak belum ia ketahui, karena semakin ia tahu, semakin ia mudah untuk mengusik hidup Amara.

Bahkan Clara melaporkan pada Dekan jika ia di cakar hingga menorehkan luka di wajah. Membuat sang dekan membela Clara dibanding Amara.

"Untuk kali ini kamu di skorsing selama satu minggu, untuk mempertimbangkan apakah kamu layak dilanjutkan atau tidak, Amara." kata sang dekan tegas.

"Aku harap kamu mau memperbaiki diri, karena jika semua masalah ini sampai ke tangan Rektor, maka kami tidak bisa berbuat apa apa lagi." kata sang dekan kemudian mempersilahkan keduanya untuk pergi, setelah menyuruh keduanya berdamai.

Amara masih tertegun, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia alami saat ini. Bagaimana jika keluarganya tahu, bagaimana jika ayah dan Amar sampai tahu.

"Hei Amara.... Kemana kamu akan menikmati masa indahmu selama di skorsing?" tanya Clara ketika sudah di luar pintu.

"Menyingkir dari hadapanku." kata Amara sambil mendorong Clara, sampai Clara terhuyung. Beruntung ada Bara yang menahan, sehingga Clara tidak jatuh, juga tidak membalas karena Bara memegang pundak Clara dengan erat agar tidak terlepas dan membalas Amara.

"Amara...??" panggil Mars karena Amara berjalan sangat cepat meninggalkan dirinya, bahkan tidak menggubris dirinya yang sangat khawatir terhadapnya.

Amara sama sekali tidak menoleh atau menjawab, ia terus berjalan dengan menunduk, dan berjalan semakin cepat.

"Amara." panggil Mars seraya memegang lengan Amara, namun Amara menepisnya.

"Pergi.. jangan dekati aku lagi Mars. Orang miskin sepertiku, tidak layak berteman dengan orang kaya seperti kalian." jawab Amara dengan nada keras, dan memandang wajah Mars dengan raut wajah marah, namun ia juga tidak bisa menahan air mata ketika berbicara seperti itu.

Amara kembali berjalan meninggalkan Mars yang tertegun dengan jawaban dari Amara. Terlihat jika Amara sedang menahan sebuah emosi, juga kesedihan.

Sampai di pemberhentian bus, Amara duduk sambil mengusap air matanya agar hilang, namun semakin ia menghapus, airmata itu semakin deras mengalir keluar.

Mars memberhentikan mobilnya di depan halte dan ikut duduk di samping Amara, membuat Amara menoleh pada Mars, karena sebelumnya ia hanya menunduk agar seseorang tidak melihat ia menangis.

"Kenapa kamu mengikuti ku? Apa kurang jelas aku memperingati?" kata Amara dengan nada ketus

"Amara, kenapa kamu menghakimi aku? Aku berbuat salah apa padamu?" tanya Mars,

Mars merasa tidak merasa melakukan kesalahan, namun Amara tiba tiba memusuhinya. Bahkan Amara lupa jika tadi pagi mereka masih berangkat bersama, dan berbahagia.

"Kamu tanya salahmu? Kamu pergilah dan tanyakan pada sahabat sejak kecilmu itu, dan tanyakan apa alasan dia memusuhiku?" jawab Amara masih dnegan nada ketus, seraya berdiri karena datang sebuah bus elektrik, sehingga ia mulai naik.

Amara melihat Mars ikut naik, namun ia tidak mempunyai kartu, membuatnya hanya berdiri di depan pintu menghalangi jalan yang di belakangnya untuk naik. Merasa tidak enak pada penumpang lain, Amara akhirnya menempelkan kartunya dan Mars berhasil naik.

"Amara, antara aku dan Clara..."

"Jangan sebut namanya, karena aku tidak suka. Dan sebaiknya kamu turun, dan mengambil mobilmu yang menghalangi jalan." jawab Amara sambil berdiri membelakangi Mars, karena ia tidak mendapat kursi.

"Amara..." Mars masih ingin berbicara menjelaskan sesuatu, namun lagi lagi Amara sudah memotong ucapannya.

"Aku sedang tidak ingin berbicara apapun, dan mendengar apapun. Jadi aku harap kamu turun saja dan ambil mobilmu, atau diam." jawab Amara dengan nada yang masih sama ketus namun dengan suara kecil.

Mars menoleh ke kanan dan ke kiri orang di sebelahnya, kemudian memilih diam, dari pada membuat amarah Amara semakin naik, karena ia sudah hafal dengan Amara yang sudah membersamainya selama satu tahun ini.

Amara memutuskan turun di halte depan, ia tidak mungkin turun di dekat rumah, karena ini masih terlalu pagi. Karena perkelahiannya, ia harus di skors,sekarang ia bingung harus bagaimana menjelaskan pada keluarganya nanti.

"Amara.." panggil Mars dengan memegang pundak Amara agar menghadap kearah dirinya karena sejak tadi Amara membelakanginya. Mars butuh bicara pada Amara saat ini.

"Kita harus bicara. Sejak tadi aku mengikuti mu, namun kamu justru menyalahkankan dan memojokkan aku terus." kata Mars mulai tidak sabar dengan sikap Amara, karena sampai turun pun Amara tidak mau bicara padanya.

"Tidak ada yang harus di bicarakan, lebih baik kamu kembali dan ambil mobil mu di halte karena menghalangi bus yang akan mengambil penumpang." jawab Amara dengan melanjutkan jalan.

"Kenapa sejak tadi kamu hanya menyuruhku mengambil mobil, apa mempunyai mobil juga sebuah kesalahan bagimu?" jawab Mars ikut marah,dan memutuskan untuk kembali, dari pada mengikuti Amara ia lebih baik mendatangi Clara.

Amara memutuskan duduk di sebuah taman dengan melamun. Ia merasa jika hidupnya menjadi tidak baik baik saja semenjak mengenal Mars. Dulu ia hidup normal normal saja, selalu fokus pada pelajaran, dan tidak pernah melakukan hal hal yang tidak wajar. Tapi sekarang, ia sudah bisa membolos, ia bahkan di skors karena berkelahi.

Mars kembali ke kampus setelah mengambil mobilnya di halte. Ia mencari Clara yang ternyata sudah pulang diantar oleh Bara. Ia pun berencana mendatangi rumah Clara saat ini.

Sedangkan Clara yang tadinya pulang di antar Bara, akhirnya naik taxi karena bertengkar dengan Bara.

"Clara..."

"Ada denganmu? Kenapa aku semakin tidak mengenalmu lagi?" ucap Bara.

"Kenapa??? Kalian yang kenapa? Kenapa kalian lebih membela Amara yang baru kalian kenal, di banding aku? Kenapa kamu sekarang ikut menyalahkan aku, setelah Mars yang selalu menghilang ketika kita ingin berkumpul seperti dulu." jawab Clara dengan kesal

"Clara.... Aku."

"Berhenti!!!" bentak Clara dengan marah, tanpa ingin mendengar penjelasan dari Bara.

Bara pun menepikan mobilnya, dan melihat kearah Clara yang mulai membuka sabuk pengaman.

"Kalian semua memang menyebalkan. Aku lebih baik sendiri dari pada harus mendengar kalian yang terus menghakimi aku." sentak Clara yang akhirnya turun dari mobil Bara, dan menyetop taxi yang melintas. Sedangkan Bara hanya melihat dari kursi kemudinya, tidak berniat mencegah Clara untuk tetap bersamanya.

"Karena kamu tak pernah menolehku Clara. Di hatimu hanya ada Mars, sehingga kamu merasa sendiri ketika Mars bersama dengan Amara." gumam Bara dengan lemah, hatinya terluka dengan sikap Clara. Bara memilih melajukan mobilnya untuk pulang, mengabaikan jam kuliahnya yang masih belum selesai.

Sampai di rumah Clara marah, ia mulai memberantakan meja riasnya. Ia menangis karena Mars lebih mengejar Amara, di banding menanyakan kondisinya yang juga merasakan sakit, telah di jambak juga di cakar oleh Amara.

Bersambung......

1
Rusi Erviana
Bagus ceritax thor semangat d tunggu Bab selanjutx 😊👍👍💪💪
Yunsa: Terima kasih kak ♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!