Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Paman percayakan padamu, Nak," ucap ayah Velia seraya menepuk bahu Daniel dengan lembut. Daniel tertunduk, air matanya mulai luruh setelah mendengar permintaan pria tua di hadapannya.
Pria itu menarik napas panjang berusaha bersikap tegar, "Aku ... aku akan mengusahakan yang terbaik, Paman," lirih Daniel gemetar, lalu mengusap matanya.
...****************...
"Pak ... aku ingin mengubah alamatnya. Tolong antar aku ke alamat xxxx," pinta Kael di kursi penumpang belakang. Dirinya sangat mabuk, jalanan seperti bergoyang di matanya.
Kael memejamkan kedua matanya, menikmati paparan angin malam yang menyusup melalui jendela mobil yang setengah terbuka.
Sesampainya di lokasi, Gaby membopong tubuh Kael yang sempoyongan masuk ke dalam rumah. "Kael! Kau minum berapa banyak?!" tanya wanita itu, lalu menutup hidungnya dengan tangan.
Tangan pria itu bergerak liar, perlahan ia membuka kancing baju Gaby yang tengah membopongnya. "Apa yang kau lakukan?!" tanya Gaby lalu menghempas tangan Kael.
Kael melihatnya dengan tatapan memelas, "Kenapa? Kau tidak suka? Biasanya kau yang memancingku terlebih dahulu,"
"Diamlah, aku tidak suka bau alkohol ini," balas Gaby menahan rasa mual yang mulai timbul.
Ia membaringkan tubuh lelaki itu ke atas tempat tidur, kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air.
"Minumlah," ucap Gaby sambil memberikan segelas air hangat. Ia menarik tangan Kael, dan membantunya untuk duduk.
"Gaby, aku akhirnya menemukannya," racau Kael setelah meminum air hangat yang Gaby berikan.
"Menemukan apa? Kau kehilangan sesuatu?" tanya Gaby dengan menaikkan sebelah alisnya.
Kael terkikik, "Bukan. Aku akhirnya menemukan wanita itu!" teriak Kael, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke ranjang empuk itu. Ia termenung beberapa saat, memandang langit-langit kamar Gaby yang seolah sedang berputar.
Mata Gaby membola seketika, wanita itu menelan ludahnya dengan kasar. Ia berusaha menepis semua perasaan tak nyaman di benaknya, "Si-siapa sebenarnya wanita yang kau maksud?" batin Gaby, dadanya mulai berdebar kencang.
"Tentu saja wanita yang pernah kuceritakan," jawab Kael masih terus menatap langit-langit.
"Lalu? Apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya Gaby lalu merebahkan tubuhnya di samping pria yang dicintainya.
Senyum Kael merekah, "Aku akan membuatnya menderita sedikit demi sedikit. Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku, menikahinya, dan menyiksa batinnya setiap saat,"
Gaby tertegun, dadanya langsung terasa sesak. "Menikahinya? Lalu bagaimana denganku?" batin Gaby, tangannya menyentuh dadanya yang terasa panas.
"Tidak boleh! Kau tidak boleh menikahi orang lain! Aku sudah memberikan segalanya untukmu, kau hanya boleh menikahiku!" pikir wanita itu meremas bajunya. Air mata mulai luruh membasahi pipinya, merasakan sakit di dadanya yang tak tertahankan.
Gaby menoleh ke arah kekasihnya, menatap wajah Kael yang terlelap dalam diam. "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka tidak ada yang boleh. Sama sepertimu, aku juga bisa melakukan berbagai cara untuk mengikatmu," gumam Gaby sambil mengelus pipi Kael dengan jarinya.
Kicauan burung dipagi hari membangunkan Kael. Kepalanya masih terasa nyeri akibat minum terlalu banyak di pesta semalam. "Kau sudah bangun? Mau sarapan dulu? Aku akan menyiapkannya secepat mungkin," ucap Gaby yang terlelap di sampingnya.
"Tidak terimakasih, Gaby. Aku harus segera ke kantor," ujar Kael kemudian bangkit dari ranjang dan bergegas pulang ke rumahnya.
...****************...
Sesampainya di rumah, supir yang mengantarnya ke kantor sudah ada di sana. Biasanya ia sudah rapi begitu supirnya tiba, namun hari ini Kael sedikit terlambat.
Kael masuk ke rumah dengan terburu-buru, melepaskan semua kain yang menutupi tubuhnya dan bersiap untuk mandi. Saat pria itu ingin membersihkan diri, ia dikejutkan dengan derit pintu terbuka.
Seorang wanita sedang membopong pria tua yang sedang mabuk berdiri di ambang pintu. Wanita itu masuk seolah-olah sudah terbiasa. “Jangan seenaknya masuk ke rumah orang tanpa izin, kau bukan nyonya di rumah ini,” sindir Kael, lalu meraih ayahnya dari wanita itu.
Wanita itu terkekeh, “Ayahmu yang datang mencariku,” ucapnya sambil menyunggingkan senyum miring.
“Jika kau ingin menyingkirkanku, pastikan ayahmu tidak tergila-gila padaku,” tambahnya lalu menerobos masuk ke rumah Kael.
“Pria tua tidak berguna,” gumam Kael, tangannya mencengkeram erat handuk yang menggantung di lehernya. Ia berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air minum dan meneguknya.
“Jika kau sangat suka bermain wanita, setidaknya carilah wanita yang lebih pantas. Bukan wanita tua dari tempat prostitusi murahan,” tambahnya, kemudian meremas gelas di tangannya seolah ingin memecahkannya.