Kehilangan suami yang sangat di cintai membuat Gina depresi namun dia sama sekali tidak akan menyangka bahwa orang yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri justru mempunyai perasaan khusus terhadap dirinya hingga dia jatuh ke dalam peristiwa yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Jadi menurut istriku gimana soal ibu? kamu sudah dengar semuanya kan sayang?" tanya Raka sambil menyentuh tangannya.
"Eum.. menurutku lebih baik kita lakukan saja seperti yang kak Mila bilang. Anggap saja kita nggak tahu" jawab Gina.
"Yasudah kalau itu yang terbaik menurut istriku, sekarang istriku tidur ya sebelum aku melakukan sesuatu yang bisa buat kamu nggak bisa tidur" kata Raka sambil menatapnya dengan tatapan nakal.
"Hmph! baiklah, aku tidur sekarang tapi temani aku dulu ya sayang" pinta Gina.
"Iya sayang"
Keduanya berbaring di kasur yang sama, Gina bersandar di lengan Raka sambil memeluknya dari samping.
"Suamiku, apa kamu nggak mau tidur? kenapa kamu menatap ke atas? lihat aku suamiku, meskipun kamu sedih tapi istirahat tetaplah penting. Jangan sampai ada 2 orang yang sakit di rumah ini. Tidur, ya sayang" kata Gina sambil menyentuh dada kokoh suaminya.
"Hmm.. baiklah istriku sayang, sekarang kita tidur ya"
Raka merengkuh istrinya dengan mendekatkan kepalanya untuk berada di atas dadanya.
Dia mengelus kepalanya, membelainya dengan lembut hingga Gina tidur dalam pelukannya.
"Cup" Raka mencium kening istrinya yang kini sudah terlelap.
Dalam diamnya Raka merasa gelisah memikirkan perasaan ibunya yang kini sedang rumit bahkan terkesan memaksa Gina untuk tidak memikirkan apapun yang terjadi di rumah ibunya.
Meskipun berat namun Raka juga tidak menyangkal bahwa itu pun merupakan keinginannya untuk tetap tinggal bersama dengan istrinya demi kebahagiaan rumah tangganya.
Namun di sisi lain hatinya juga terasa tertusuk jika memikirkan ibunya yang sudah tua tinggal sendirian di rumah yang sudah memiliki kenangan menumpuk hingga sulit di lupakan.
Dalam benaknya sempat terbesit untuk membiarkan Gina tinggal bersama ibunya dan dia akan pulang di hari liburnya namun kini sulit bagi Raka untuk jauh dari Gina meskipun hanya untuk waktu yang sebentar apalagi jika harus terpisah selama 5 hari dalam seminggu.
"Huft" Raka menghela nafas panjang.
Dia mulai mengantuk hingga akhirnya dia pun tidur sambil tetap memeluk istrinya.
Keesokan harinya.
Dianti sudah tampak lebih baik dari pada sebelumnya. Demamnya pun benar-benar sudah turun hanya tinggal badannya yang terasa lemas.
Tok.. Tok..
"Bu, ini Gina" ucap Gina di depan pintu.
Mendengar suara Gina sontak membuatnya terkejut dan tidak mengerti kenapa bisa Gina mengetahui kondisinya hingga datang ke rumah.
Gina pun masuk ke dalam kamar ibu mertuanya untuk memberikan bubur yang sudah Mila buat.
Saat ini Mila sedang sibuk membantu mempersiapkan segala yang di butuhkan suaminya serta menyiapkan sarapan untuknya.
"Bu, makan dulu ya? kak Mila sudah buatkan bubur ini untuk ibu" ucap Gina sambil duduk di kursi samping kasur Dianti.
"Terimakasih nak, tapi kenapa kamu kesini? ibu baik-baik saja kok. Apa Raka sudah berangkat kerja?" tanya Dianti.
"Bu, jangan memikirkan banyak hal. Sekarang, lebih baik ibu sarapan, minum obat terus istirahat lagi biar tubuh ibu kembali pulih. Raka hari ini cuti bu, dia masih tidur karena semalam bergantian dengan kak Mila menjaga ibu" jawab Gina sambil menyentuh tangannya.
Dianti memasang ekspresi sedih menatap wajah Gina.
Rasa tidak enak dan perasaan gundah gulana yang tak berujung selalu saja hadir jika menatap wajah menantunya yang telah lama tinggal bersamanya.
"Gina, kalau kamu terus memikirkan ibu, bagaimana kamu bisa tenang menjalani rumah tanggamu yang baru dengan Raka?" ucapnya merasa khawatir.
"Aku baik-baik saja bu, justru kalau Gina sampai nggak tahu kabar ibu apalagi sampai sakit begini. Rasanya Gina seperti menantu yang durhaka bu"
"Kenapa kamu melakukan semua ini Gina? ibu ingin kamu bahagia bukan terus merawat orang yang sudah tua ini" kata Dianti dengan ekspresi sedih.
"Ibu jangan sedih, Gina sudah bahagia sekarang. Makan dulu ya"
Dianti mengangguk kemudian Gina menyuapi bubur itu dengan perlahan.
Gina memastikan ibu mertuanya makan dan minum obat setelah itu dia membiarkannya tidur kembali.
Sementara itu Anton berangkat kerja dan Mila membatu membereskan dapur yang kotor.
"Kak, biar aku saja" ucap Gina.
"Gak usah, kamu bantu yang lain saja Gina" jawab Mila.
"Yasudah kak, aku mau ke depan sebentar sapu halaman"
"Oke"
Kebiasaan Gina yang tidak bisa diam saja di rumah, membuatnya melakukan hal apapun untuk membersihkan rumah dan membantu pekerjaan rumah tangga yang lainnya.
Di sisi lain Raka baru bangun dari tidurnya. Dia melihat ke sampingnya sudah tidak melihat istrinya.
"Istriku?"
Raka beranjak dan berjalan keluar kamar mencari istrinya namun bukan yang dia lihat justru kakak iparnya yang sedang berada di dapur.
"Kak, kemana Gina ya?" tanya Raka.
"Gina sedang di depan" jawab Mila.
"Oh, ya! gimana keadaan ibu?"
"Demamnya sudah turun, tadi Gina sudah bawa bubur untuk ibu. Sekarang, ibu tidur lagi"
"Yasudah, terimakasih kak. Aku ke depan dulu"
"Iya"
Raka melihat sebentar ke kamar ibunya sebelum menghampiri istrinya.
Dia menatap sedih melihat ibunya sedang tidur pulas dengan kondisi yang masih lemas.
"Bu, jangan terlalu mengkhawatirkan banyak hal. Seharusnya tak perlu memikirkan banyak hal di usia ibu yang sekarang" gumam Raka.
Kemudian Raka beranjak dari kamar ibunya, dia keluar mencari kembali istrinya.
"Sayang" panggil Raka melihatnya.
"Lho, sudah bangun sayang?" tanya Gina sambil menyandarkan sapu ke pojok pagar rumah.
"Iya, kenapa istriku sudah sibuk?"
Raka menghampirinya lalu memeluknya dan membelai rambutnya.
"Sayang, nanti tetangga lihat kita lho" bisik Gina.
"Apa istriku malu? kalau begitu, gimana kalau kita masuk saja?" Raka membalas berbisik.
"Haa.. suamiku ini masih pagi, apa maksudnya? lepas ya, ibu lagi sakit. Lebih baik sekarang suamiku mandi dulu, sana"
"Jadi sekarang istriku mengusir suaminya? hmm.. ternyata istriku tega ya" jawabnya dengan ekspresi sedih.
Gina tidak mau terhanyut dalam rayuan suaminya meskipun berekspresi sedih dengan dalihnya.
"Aku nggak akan terpancing dengan hal seperti itu sayang, cepat mandi ya"
"Haha.. baiklah istriku, cup"
Raka mencium pipinya kemudian berlari ke dalam sambil tertawa.
Gina tidak menyangka sifat suaminya berbanding terbalik dengan Abi(suami pertama yang sudah meninggal).
Meskipun Raka dan Abi terlahir dari rahim yang sama namun sifat mereka sangat berbeda.
Raka tipe orang yang selalu mengekspresikan dirinya secara langsung namun Abi tipe orang yang pendiam namun juga penyayang.
Gina tidak mau membandingkan keduanya namun dia merasa heran karena Raka selalu membuatnya bisa tersenyum dan tertawa dengan tingkahnya.
"Suamiku memang menarik" gumam Gina sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Dia menyiapkan pakaian ganti untuk Raka dan menyiapkan sarapan untuk keduanya.
Karena setelah selesai, dia berencana untuk ke tokonya selagi dia masih berada di rumah ibu mertuanya.