Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gatal-gatal
Salwa menemani Khumairah main di Timezone. Baru kali ini Tristan mengajak Khumairah main di mall. Khumairah nampak sangat senang. Ia bermain beberapa permainan, seperti melempar bola basket, mesin capit boneka, mandi bola, dan banyak lagi permainan yang lainnya.
Puas bermain dengan khumairah, mereka pun pergi keliling Mall. Saat sedang berada di pameran mobil di tengah Mall tersebut. Tiba-tiba ada seorang wanita menyapa Tristan.
"Hai, Mas Tristan."
"Ega?"
"Iya, Ega! Kenapa, pangling ya? Apa aku makin seksi?" Ujar Ega dengan meliukkan tubuhnya, membuat Tristan risih.
Hal tersebut tidak luput dari perhatian Salwa dan Khumairah.
"Sedang apa di sini, Mas? Bos besar masuk Mall! Apa sedang memantau saham?"
"Tidak, ini sedang menemani anak dan istriku." Tristan mendekap bahu Salwa yang berada di belakangnya.
"Bukankah wanita ini yang waktu itu juga hadir di acara ulang tahun anaknya teman Abi?" Batin Salwa.
"Apa? Dia sedang ngarang kan?" Batin Ega.
Sontak Ega terkejut mendengar pernyataan Tristan.
"Oh jadi benar Mas Tristan sudah menikah lagi? Aku kira itu hanya pengalihan berita, suapaya tidak ada wanita yang ngejar-ngejar kamu lagi, Mas."
"Itu benar, kenalkan ini Salwa! Sayang, ini Ega! Rekan bisnisku sekaligus sepupunya Iyan dari jalur Ibunya."
Salwa mengulurkan tangannya, Ega menerimanya meski hanya sekedar menyentuh. Sepertinya ia tidak berminat berjabat tangan dengan Salwa.
"Aku tidak menyangka." Ujar Ega lirih. Pandangannya tak luput dari Salwa.
"Menyangka kenapa, Ga?"
"Ah tidak, bukan apa-apa, Mas! Sekamat atas pernikahan kalian."
"Ucapkan saat di resepsi kami nanti. Undangan akan segera dikirim kok!"
"Oh begitu? Okey, aku tunggu. Kalau begitu aku permisi dulu."
"Iya, silahkan.
Ega meninggalkan mereka dan menaiki eskalator.
"Sayang kamu kenapa kok cemberut? Tanya Salwa kepada Khumairah.
"Ira nggak suka Tante itu, Bunda!"
"Kenapa begitu? Tidak boleh benci sama orang!"
"Tantenya kayak ulat bulu, bikin gatel! Ini Ira udah gatel-gatel." Khumairah akting menggaruk kedua tangannya.
Tristan tersenyum melihat tingkah Khumairah. Ia sangat paham apa yang dimaksud putrinya. Namun beda hal dengan Salwa, ia masih menaruh kecurigaan.
Setelah puas berkeliling, mereka pun pergi meninggalkan Mall. Saat perjalanan ke rumah, Salwa meminta Tristan untuk berhenti di sebuah apotek.
"Sayang kamu mau beli apa?"
"Obat masuk angin, Mas. Buat jaga-jaga takutnya nanti mual lagi. Kamu nggak ysah ikut turun, biar aku saja!" Ujar Salwa, bohong.
Sampai di dalam apotek Salma membeli apa yang dia mau. Setelah membayarnya, ia pun kembali ke mobil.
"Aku ajak ke dokter tidak mau. Apa nggak bahaya kalau minum obat masuk angin tanpa resep dokter?"
"Enggak kok, mas."
Mereka melanjutkan perjalanan pulang. Di Mall tadi Salwa membeli beberapa makanan. Ia ngiler melihat asinan mangga dan kedongdong yang dikemas dalam pouch. Ia juga membeli mile crepes varian keju saru loyang. Dan ada beberapa makan lain yang ia beli.
"Ira dari mana? Kok Ammi nggak diajak? Tanya Tita.
"Dari Mall, Ammi! Lagian Ami molor lagi tadi."
"Hehe... iya. Ammi lagi dapat tamu bulanan, jadi malas mau mandi."
"Kamu tuh, Dek! Masa anak gadis males mandi!"
"Biarin, Bang! Mumpung belum ada yang punya, hehe.."
"Dek, aku beli makan banyak banget nih! Yuk kita unboxing!"
"Wih, Mbak Salwa ngeborong nih? Ayo-ayo kita review."
Saat ini mereka berada di ruang tengah. Tita membantu Salwa membuka bawaannya. Yang pertama kali Salwa coba adalah asinan.
"Hem seger banget ini, Dek!"
Karena penasaran, Tita pun ikut mencobanya.
"Ish pedas banget, Mbak! Dower nanti bibirku."
"Kamu cobain mile crepesnya,saja, Dek! Ini enak banget! Rasa keju, my favorit!"
"Hem... iya enak ini, Mbak!"
Salwa makan dengan lahapnya. Ia juga membagi beberapa makanan untuk Bi Eni dan ART yang lain.
Tita sangat senang bisa memiliki teman perempuan di rumahnya. Tinggal beberapa gari dengan Salwa, membawa perubahan positif terhadap dirinya.Ia yang tadinya pemalas, kini mulai menguranginya. Ia memang sangat berharap istri Tristan akan menyayanginya seperti saudaranya sendiri.
"Mbak, makasih ya?"
"Makasih untuk apa? Ini yang beli pakai uang Abangmu kok, Dek! Hehe..."
"Makasih sudah mau mendampingi Abang, dan makasih juga sudah menerimaku seperti saudara sendiri."
"Kenapa harus ngomong begitu? Kamu kan memang saudaranya Mas Tristan, jadi otomatis saudaraku juga."
"Hem, Mbak memang beda."
Salwa mengernyitkan dahi. Ia belum paham dengan apa yang dimaksud adik iparnya itu.
"Huft, seharusnya aku nggak usah cerita, karena orangnya juga udah nggak ada! Tapi kalau aku boleh jujur, Mbak Salwa jauh lebih supel dari Mbak Nabila. Dulu Mbak Nabila suka marah nggak jelas kalau Bang Tristan ngasih perhatian sama aku."
"Oh okey, aku ngerti maksudmu! Yang lalu biarlah berlalu, Dek! Semoga aku bisa menjadi Kakak yang baik untuk kamu ya? Dan untuk Mbak Nabil, maafkan segala kesalahannya, kirimkan saja do'a untuknya!"
Tita menganggukkan kepala dan memeluk Salwa. Namun tiba-tiba Tristan datang.
"Ada apa ini? Kok ada acara pelukan segala? Jangan peluk-peluk istriku, Dek!"
"Ish, apaan sih Bang? Mbak Salwa aja nggak masalah aku peluk."
"Iya, aku yang masalah!"
Salwa tersenyum di balik cadarnya melihat perdebatan kakak beradik tersebut.
Malam harinya.
Salwa dan Tristan sedang nonton Televisi di kamarnya. Tiba-tiba Salwa berbalik dan menghadap suaminya.
"Mas aku masih penasaran dengan yang namanya Ega. Kenapa ya kayaknya Ira nggak suka banget sama dia?"
Tristan hanya mengangkat kedua bahunya.
"Jangan bohong, Mas! Ada apa sebenarnya?"
Daripada Salwa mengetahui dari orang lain dan membuatnya marah, lebih baik Tristan mengatakan hal yang sebenarnya.
"Dengarkan baik-baik, jang memotong pembicaraanku!"
Tristan pun bercerita dari awal sampai akhir. Salwa menjadi pendengar setia.
"Sudah, begitu ceritanya.
"Oh, jadi ternyata Ega itu pernah dekatin Ira cuma buat dapetin Abinya? Tapi hati anak kecil itu terlalu suci. Mereka bisa merasakan mana yang tulus dan mana yang modus."
"Betul!"
"Terus-terus, si Ega kapok gara-gara pernah dikibulin sama Ira gitu, Mas?"
"Iya, aku nggak menyangka kalau Ira bisa senekat itu. Akal jahilnya dari mana, coba?"
"Imajinasinya tinggi anak itu, Mas! Hehe...
" Udah nggak penasaran, kan? Tidur yuk!"
"Yuk..." Mereka pun mengambil wudhu' dan segera tidur.
Pagi harinya.
Salwa membangunkan Tristan untuk shalat Shubuh. Setelah itu, ia pergi ke kamar Khumairah.
"Ira, sudah Shubuh! Ayo shalat dulu,,Nak!"
"Ira masih ngantuk, Bun."
"Nanti shalat Shubuhnya dipatok ayam lho!"
Khumairah pun mengumpulkan kesadarannya. Lalu ia bangun dan pergi ke kamar mandi. Mereka pun shalat berjama'ah. Selesai shalat, Salwa memeriksa buku tugas Khumairah. Dan ternyata ada tugas yang belum dikerjakan. Ia pun menemani Khumairah menyelesaikan tugasnya. Salwa meminta tolong Bi Eni lagi untuk membuat minuman Tristan.
Karena kesibukaannya mengurus Khumairah, Salwa lupa untuk menggunakan testpack yang sudah ia beli.
"Besok aja kali ya?" Batin Salwa.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak....
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗