Sinopsis Lovasains
Bagaimana jika cewek tomboy dekat sama cowok pintar sains yang dingin nggak banyak bicara apalagi satu bangku? Raut wajahnya penuh ambisius dan dendam. Bisa bersatu nggak layaknya komponen minyak dan air. Namanya Tama pindahan dari SMA Pelita Indah dia cakep sih cuma nggak banyak bicara, misterius. Kedekatannya membuat ketua geng Dewa yang bernama Keenan, geng motor yang terkenal tapi anti tawuran membuka kembali kartu joker yaitu kartu kematian.
Dera dan Tama yang makin lama dekat dengan Tama mulai jatuh hati, sampai akhirnya saat berada di rumahnya sebuah rahasia besar terbongkar. Rahasia di luar nalar. Saat setelah selesai olimpaiade sains, geng Elang membuka rahasia besar yang membuat geng Dewa marah besar dan terjadi tawuran.
Apa rahasia tersebut? Apakah ini ada kaitannya dengan Tama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyni Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANTARA CINTA DAN AMARAH
Geng Elang masih duduk di pojokan warkop dekat markas mereka. Hari minggu saatnya menjernihkan otak Mr In duduk di pojokan. Marvel duduk di belakang Mr In sambil memijat pundaknya. Setelah mengantar Dera, Ziko memberitahu jika geng Dewa ingin bertemu.
Kemarahan Mr In bisa meledak sewaktu-waktu dan apapun dia mau jika berkaitan dengan Geng Elang. Keenan mondar-mandir di depan mereka dengan wajah yang penuh amarah, dia yakin kemarahan karena tadi dia sempat mengantar Dera dan Keenan tidak jadi dinner dengannya. Maka dari itu Keenan melampiaskan kekesalan dengan bertemu Geng Elang.
Geng Dewa belum menampakan wajah mereka..
"Bro, gue rasa geng Dewa tidak akan kemari. Mereka pasti nyalinya ciut. Bro, apa gue pancing geng Dewa agar semuanya kesini. Gue yakin mereka nggak berani kesini." Ucap Ziko yang tangannya sudah gatal ingin memukul geng Dewa.
"Nggak usah pancing mereka. Satu saja sudah cukup." Kata Mr In tegas dan tersenyum sinis di balik masker hitamnya.
Baginya membuat Keenan marah adalah impiannya. Saat kartu joker dari mereka di hidupkan lagi, dia sedang kesal dan tidak akan membiarkan geng Dewa merasa paling atas. Mr In mempunyai dua muka dia sebagai Tama yang biasa, cuek dan Mr In yang terkenal brutal.
Keenan masih sibuk melihat handphonenya. Ada pesan masuk dari Giandra di grup geng Dewa
Kee, maaf kita tidak bisa ikut Lo tawuran sama geng Elang. Lo sendiri yang bilang geng kita anti tawuran. Jika ada masalah jangan libatkan geng kita.
Keenan langsung duduk di pojokan warkop yang sedang tutup. Rasa bersalah muncul karena ini adalah pelampiasan dirinya di abaikan oleh Dera sehingga jiwa tawurannya mulai menggebu-gebu. Pesan dari Giandra menyadarkan dia bahwa visinya geng Dewa anti tawuran tidak boleh di abaikan.
"WOI BANCI LO JADI NGGAK? TANGAN GUE UDAH GATAL!" Teriak Ziko mengepalkan kedua tangannya.
"Mr In, nanti malam gue mau adu balap sama lo. Kita duel." Kata Keenan dengan nada tegas tanpa mempedulikan sindiran Ziko.
Mr In langsung bangkit dari duduknya. Marvel menghentikan pijatannya. Anjay si Keenan mau ajak duel. Kesempatan Mr In untuk menghancurkan Keenan dan geng Dewa. Untuk sementara jiwaTama yang kutu buku di tutup dulu. Jiwa Mr In yang terkenal brutal.
"Sialan tuh bocah. Gue sudah cepat-cepat makan nasi pecel. Nggak jadi adu tangan ini?" Fandi keluar dari warung Mbok Tum dan datang membawa bungkusan nasi pecel yg untuk geng Elang.
Ziko menjitak kepala Fandi. Dari anggota yang ada di geng Elang. Kalau masalah makanan Fandi adalah jagonya.
"Eh, kutu kampret bisa-bisanya lo masih kepikiran buat makan."
"Buat tenaga, anjir. Noh gue bawain nasi pecel khas mbok Tum dengan nasi anget, telur dadar di tambah sayuran dan tak lupa rempeyek. Maknyus."
"Kata-kata lo mau jualan aja, Fan. Kita nggak jadi tawuran. Pasti geng Dewa lagi nangis di pojokan markas meratapi nasib selalu kalah tawuran dengan kita."
"Jangan anggap remeh. Nah bos kita pasti tahu seluk beluk dari geng Dewa. Bro, jangan lupa satu minggu lagi adalah pertandingan basket antara SMA Tunas Bangsa dan Pelita Indah. Gue mohon lo tetap dukung kita." Ziko mengingatkan lagi.
Mr In atau yang di kenal Tama pindah di Tunas Bangsa karena memata-matai geng Dewa dan pergi mencari tahu anak pelakor yang merebut ibunya. Tama berjanji akan selalu mendukung SMA Pelita Indah jadi Ziko mengingatkan kembali Mr In. Jika Mr In berniat berkhianat maka kedok Mr In akan dia bongkar di geng Dewa dan tidak akan pernah memaafkan dirinya.
Fandi memberikan bungkusan nasi pecel satu persatu ke anggota geng Elang. Mr in menolaknya karena dia malas makan, dia memikirkan cara agar Keenan kalah dari dirinya. Saatnya geng Dewa berlutut di hadapan geng Elang.
Bunyi handphone Mr In berbunyi.
"Gila gue harus pulang." Mr In bergegas menaiki motornya.
"Napa lo?" Ziko penasaran.
"Nyokap gue kambuh." Mr In panik dan menaiki motor sport hitamnya melaju dengan kecepatan penuh.
***
Ibu Tama selesai membuat es campur untuk Dera sebagai rasa berterima kasih sudah menolong dirinya. Depresi yang berkepanjangan membuat ibu Tama sedih dan takut. Entah sampai kapan penyakit ini akan berakhir.
"Loh Dera di mana iya? Padahal saya sudah buatkan es campur spesial khusus buat dirinya." Ibu Tama celingak-celinguk mendapati ruang tamu yang kosong.
"Ma!" Tama masuk rumah dengan nafas ngos-ngosan. Tadi dia di hubungi pak Wito tetangga sebelah kebetulan sedang ke pasar dan mendapati ibu Tama kambuh lagi.
"Tama, kamu kenapa?"
"Tama khawatir dengan keadaan mama. Tama sudah pernah bilang jangan ke pasar sendirian. Ma, please jangan buat Tama khawatir." Tama memegang lengan mamanya. Kedua matanya melihat es campur yang menyegarkan. "Buat, aku ini mah?" Tama tersenyum dan mencoba mengambil es campur dari nampan yang di bawa mamanya.
"Kebiasaan." Mama memukul tangan Tama. "Ini tadi sebenarnya untuk gadis yang menolong mama tadi. Tama, kamu tahu dia bilang kalau dia adalah pacar kamu."
"Yakin ma, maaf Tama belum punya pacar. Siapa namanya ma?" Tama penasaran. Seenaknya saja ada yang mengaku-ngaku pacarnya di depan mamanya pula.
"Dia satu kelas sama kamu. Namanya Dera."
"HAAH! Si biang kerok itu. Astaga, mama dari dunia yang luas ini apakah tidak ada gadis lain yang menolong mama." Tama kesal.
Gadis yang bernama Dera membuat dia kesal. Pertama dia menyatakan cinta kepadanya. Seharusnya menjadi perempuan ada harganya sedikit. Kedua jika bersama gadis aneh itu hidupnya sial yang terakhir bisa-bisanya bilang kepada mamanya kalau dia pacarnya.
"Hush, tidak baik bicara seperti itu. Jadilah lelaki yang berhati lembut. Mama minta tolong cari dia dan bilang terima kasih. Mama masih kepikiran sama dia."
Tama terdiam. Malas juga harus berurusan lagi dengan Dera. Gadis yang aneh.
"Besok saja ma, ketemu anaknya langsung."
"Sekarang."
Seorang gadis fikirannya masih kosong, dia berhenti di tepi dekat danau. Danau yang cantik dan jernih, pemandangan yang membuat pikiran tenang, dia memarkirkan motornya dan berlari kecil ke arah danau yang sepi. Gadis itu adalah Dera.
***
"AHHHHHHHH!!!!" Teriak Dera dengan kedua tangannya di samping mulutnya dengan keras dan lantang di depan danau. Suasana sepi. Ia ingin meluapkan kekesalan, kekecewaan yang baru saja datang menghampirinya. Butiran bening dari matanya ingin keluar saja.
"KENAPA HARUS TAMA? KENAPA BUKAN ORANG LAIN? KENAPA ...?" Dera akhirnya menangis dan tersungkur di tanah. Dera melihat foto yang dia bawa dari rumah Tama. Sakitnya tak berdarah.
"Lo ngapain teriak nggak jelas di danau?"
Dera mendengar suara yang khas. Suara yang selalu dia puji. Kedua tangannya mengepal. Mencoba mengatur nafasnya, dia tidak ingin menoleh ke arah Tama. Iya pemilik suara yang dingin itu adalah Tama Ravindra Shan atau Mr In.
"Lo ngapain ke sini?"
"Lah gue yang tanya lo ngapain di sini, teriak-teriak nggak jelas dan satu hal lagi lo punya sopan santun nggak? Ninggalin rumah orang tanpa pamit." Tama meluapkan emosinya.
"Gue ...." Dera terisak-isak dadanya sakit, dia tidak bisa mengatakan apa-apa selain menangis.
"Cewek kalau nggak nangis bisa nggk sih? Lo kenapa? Oh, gue tahu lo menyesal dengan keadaan nyokap gue yang terkena Hypophrenia dan harus kontrol seminggu sekali di poli jiwa. Itu kan yang lo tangisi?"
Dera bangkit dan menghadap ke belakang. Tama sudah berdiri di belakangnya dengan ekspresi kecewa. Perlahan kakinya melangkah ke arah Tama. Melihat Dera menangis Tama hanya tersenyum sinis, cewek kalau ada masalah yang di lampiaskan hanya tangisan.
"Kamu jahat Tama ... Jahat ... Aku benci ... Benci...!" Dera memukul dada bidang Tama berkali-kali.
Seketika Dera memeluk Tama tanpa permisi. Menangis melupakan kekesalan dan kekecewaannya. Baru kali ini Dera menangis tersedu-sedu salah nya apa?apakah gara-gara Tama tidak membalas cintanya. Tama melihat Dera membawa sebuah foto di tangannya. Sekelebat foto itu tidak asing baginya.
Dera melepas pelukannya. Baru sadar jika memeluk Tama.
"Maaf." Dera mengusap air matanya. Ia kaget Tama sudah membawa foto yang dia bawa dari lemari buku.
"Kenapa lo bawa foto ini?" Tanya Tama judes dan menunjukan selembar foto di depan Dera.
Lidahnya keluh ingin menjawab pertanyaan Tama. Air matanya tidak bisa berhenti dari kelopak matanya. Dera duduk di bangku yang menghadap ke danau. Tama mengikutinya.
"Dera, gue tanya kepada lo? Kenapa bisa ini foto ada di tangan lo? Gue butuh jawaban sekarang bukan kediaman lo. JAWAB!" Tama mulai meninggikan suaranya dan memegang lengan Dera dengan kuat. Tama langsung melepaskan takut gadis yang ada di depannya kesakitan.
"Nggak penting." Tama memasukkan fotonya ke dalam saku celananya dan melangkah pergi karena Dera dari tadi terdiam.
Tama tidak mau mengusik kesedihannya. Oke fix ini karena dirinya tidak menganggap Dera spesial dan hatinya merasa bersalah juga. Tama pergi meninggalkan Dera.
“Tama.” Panggil Dera.
“Apa?” Tama menoleh ke belakang.
Dera ingin mengatakan yang sejujurnya mengenai foto tersebut. Tidak peduli amarah dari Tama meluap, tapi dia tidak kuat jika Tama menatapnya seperti ini. Sepasang mata cokelat yang tajam miliknya membuat Dera terpesona.
“Udah puas belum lihat gue yang bagaikan gula manis.”
“Hem … ah …” Ucap Dera gugup. Susah sekali lidah ini berbicara.
“Dera, Lo mau ngomong apa sih? Oke gue akan jawab lo mau ngomong apa." Tama mengambil kertas dan membuka tutup ballpoint dan di letakan di mulutnya. Sesekali dia memandang Dera dan menulis sesuatu.
"Ini." Tama menyodorkan kertas.
Dera melihat sejenak. Penyederhanaan angka lagi.
astaga, kenapa cowok ini malah menyuruh gue hitung-hitungan? Tama nyadar nggak sih kalau dia lagi nggak jelas.
"Kalau lo bisa jawab, berarti lo sudah menemukan jawabannya."
Tama memajukan tubuhnya. Membuat napas Dera naik turun, dia berusaha tenang setelah menangis. Kalau dia tahu kenyataannya pasti Tama tidak akan memaafkannya. Tama membenarkan rambut Dera yang tertiup angin dan mengusap sisa air mata yang membasahi pipi. Kali ini cuaca sedikit mendung. Dera merasakan deru nafas Tama saat tangan itu menyentuh kulitnya.
Aku tidak sanggup jika berduaan seperti ini. Ini terlalu intim bagi gue. Ayo, Dera katakan yang sejujurnya ke Tama. Ini demi masa depan lo dan dia.
"Kamu ngapain, Tama." Dera langsung mendorong dada Tama. Dera merasakan jantung Tama yang berdegup kencang.
"Gue benerin rambut lo. Jangan kepedean. Gue minta satu hal lagi jangan menangis di hadapan gue." Tama tersenyum.
Tiba-tiba Tama mencium pipinya. Kejadian cepat berlangsung tanpa permisi membuat jantung Dera lari maraton. Ciuman pertama dari Tama. Dera langsung mengerjapkan kedua matanya karena kaget apa yang di lakukan Tama barusan.
Hello ini bukan mimpi, kan? Gue di cium Tama. Orang yang gue cintai.
"Cepat kerjakan jangan sampai gue nunggu lama." Tama mengusap kepala Dera dengan lembut. Namun Dera meletakkan kertas tersebut di tas selempang hitam anti airnya.
Tidak. Apapun yang terjadi gue harus bilang kepada Tama fakta yang terjadi. Ini bukan waktunya menyelesaikan soal matematika.
Dera tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Saat Tama mencium pipinya.
Hujan turun dengan deras membasahi mereka. Ah, gini nih tadi nggak sempat pulang. Sudah tahu mendung.
"Dera, ayo pulang." Ajak Tama di tengah guyuran hujan dan menggandeng lengan Dera
Dera mencegahnya.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Woi, Lo nggak tahu hujan. Nanti sakit."
"Nggak Tama, gue harus ngomong sekarang."
Tama tidak bisa menolak. Dera sangat kekeh sekali untuk bicara. Lelaki itu menaikkan satu halis kanannya menunggu Dera bicara.
"Apa yang mau lo katakan ke gue?"
Dera menarik nafas dalam-dalam. Ini akan menjadi boomerang baginya.
"Lo masih ingin mencari Squisy. Anak dari pelakor yang merebut mamamu sejak kau masih bayi."
Tama langsung mengepalkan kedua tangannya jika mendengar nama yang berhubungan dengan keluarga pelakor. Rahangnya mengeras, dia sangat membenci mereka. Gara-gara mereka mamanya harus menanggung depresi selama belasan tahun. Tama lelah, Tama tidak tega dengan mamanya.
"Jadi di perumahan lo ada dia. Rumahnya sebelah mana, alamat, nomer, ciri rumahnya cat apa? Gue mau bikin perhitungan sama mereka sekaligus bokap gue." Kata Tama dengan nada dingin dan tegas.
"Lo nggak usah bingung cari dia dimana karena squisy ada di depan lo." Akhirnya nada itu terucap dari Dera.
Tama langsung mendongak ke depan memandang Dera. Hujan membasahi mereka. Makin lama makin deras dan sekarang dia tidak peduli. Yang dia inginkan penjelasan dari Dera.
"Jangan bercanda."
"Aku nggak bercanda."
"JANGAN BERCANDA! JANGAN BANGKITKAN KEMARAHANKU DENGAN PERKATAANMU YANG KONYOL" Nada Tama sangat tinggi pertanda dia marah besar. Tama mendekatkan tubuhnya ke arah Dera. Meyakinkan bahwa yang di katakan Dera adalah bohong.
Kemarahan dia membuat Dera takut. Raut wajahnya bukan Tama yang dia kenal tapi Mr In yang terkenal brutal.
"Foto itu ada seorang bayi laki-laki digendong ibunya dengan seorang lelaki dan kau tahu lelaki itu adalah papaku yang bernama Gatot Subrata." Dera menunduk tak bisa berkata apa-apa lagi. Tangisannya bercampur dengan guyuran hujan.
Tama menendang bangku yang di duduki Dera.
"Katakan sekali lagi kalau itu bohong." Tama menatap tajam mata hitam Dera. Terlihat butiran air mata jatuh.
Dera hanya terdiam. Tama mendengus kesal dan mengacak rambutnya frustasi itu berarti menandakan bahwa apa yang di katakan benar.
"Baik. Jadi gue nggak perlu bingung cari mata-mata untuk menyelidiki keluarga pelakor mamaku. Lo dengar baik-baik. Mulai detik, di tempat ini gue akan benci lo selamanya dan ingat baik-baik Mr In yang brutal tidak akan segan-segan hancurin keluarga lo seperti nyokap lo hancurin keluarga gue dan jangan harap hidup lo tenang." Peringat Tama kepada Dera.
Wajah yang tadi sangat lembut dan sempat mencium pipinya sekarang berubah menjadi bringas dan penuh dendam.
Guyuran air hujan menjadi saksi kisah ini. Tama pergi meninggalkan Dera.
"TAMA GUE SAYANG SAMA LO!" Teriak Dera mengungkapkan perasaannya yang mendalam.
Brum!
Brum!
Brum!
Tama mengegas motornya dengan keras dan tatapan kosong. Inikah sosok Tama yang sebenarnya? Dera sedikit sakit telinganya mendengar motor Tama. Langsung saja dia tancap gas dengan kecepatan penuh.
Dera meratapi kesedihannya.
Kenapa harus gue? Kenapa papa? Kenapa papa tega berlaku sadis dengan wanita. Apa salah mama Tama.