Rahmat Azmi, begitulah namanya, tidak akan ada yang menyangka kalau cowok itu masih berumur 24 tahun, karena kumis tebal yang dimilikinya, membuat dia seperti cowok yang sudah berusia 30 tahun.
Dia adalah lelaki playboy yang suka gonta ganti pacar, hingga kebiasaan itu perlahan hilang karena kehadiran seorang perempuan bernama Lili, gadis cantik yang merupakan temannya saat SMP dulu. Apakah Lili akan menjadi cinta sejatinya?
Ayo ikuti kisah mereka di "Cinta sejati buaya berkumis."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meluruskan Kesalahpahaman
"Lho,kak Edi?"
"Tari!"
"Ya elah mak,temannya Si Buaya Berkumis rupanya." Gumam Elena,melihat dengan malas ke arah Edi.
"Kak Edi ngapain di sini?" tanya Tari begitu menyadari kalau orang yang terkena kaleng bekas yang ditendangnya ternyata Edi.
"Ya mau jemput kamu dong,ngapain lagi coba?" jawabnya serius.
"Masa iya sih,becanda nih." Ucap Tari tidak percaya,dia mengira kalau Edi cuma main-main mengatakannya.
"Aku serius Tari. Gimana,kamu mau pulang bareng aku nggak?" tawar Edi.
"Eh,itu mama aku Tar,aku pulang duluan ya.?" Pamit Elena,dia langsung berlari masuk ke dalam mobilnya tanpa menunggu jawaban dari Tari.
"Lho,kok aku ditinggal sediri sih," Tari cemberut,dia kesal dengan sikap Elena,biasanya dia juga di ajak pulang bareng sama Elena,kalau memang Tari lama dijemputnya.
"Gimana? Mau nggak?" tanya Edi sekali lagi.
"Ya udah deh." Akhirnya Tari menerima ajakan Edi,tanpa berpikir dua kali.
Edi membuka pintu mobil untuk Tari,dia terlihat begitu keren dimata Tari hari ini,kenapa ya?
Hari ini Tari merasakan ada yang aneh dengan perasaannya.
Edi segera memakai sabuk pengamannya,dan dia mulai menghidupkan mesin mobilnya,mobil yang mereka kendarai pergi meninggalkan kawasan sekolah Tari.
Di dalam mobil,Edi tidak bicara sama sekali dia terlihat begitu fokus menyetir. Sedangkan Tari,dia sibuk dengan pikirannya sendiri,dia sangat penasaran dengan Edi yang tiba-tiba datang dan menjemputnya di sekolah.
"Kak," panggil Tari lembut,suaranya mengalihkan fokus Edi sekarang.
"Ya,kamu perlu sesuatu?" tanya Edi,sekilas dia menatap Tari.
Jlep!
Tari terkesima melihat mata indahnya Edi.
Tari berusaha memenangkan debaran jantungnya,ini benar-benar aneh,Tari sudah berkali-kali bertemu dengan Edi,tapi kenapa baru sekarang dia merasakan jantungnya berdebar-debar? Mungkinkah itu efek samping yang terjadi akibat diselingkuhin Bimo?
"Kok diem Tar? Kamu mau ngomong apa?" tanya Edi lagi,saat mendapati Tari hanya diam bengong dan menatap tanpa berkedip melihat dirinya.
"Oh,em... gini kak,aku heran aja kok kak Edi yang jemput aku,memangnya mama kemana?" tanya Tari sedikit gugup.
"Mama kamu ya di restoran lah." Jawabnya santai.
"Terus,kak Edi jemput aku tadi,mama tahu enggak?" Tari mulai khawatir,dia tidak mau kalau nanti pas mamanya datang ke sekolah dilihatnya Tari tidak ada di sana,padahal tadi pagi dia sudah bilang tidak akan pulang sendiri hari ini,dia ingin dijemput saja.
"Tenang saja,aku tadi sudah menelpon mama kamu,dan mama kamu setuju-setuju aja,jadi nggak perlu khawatir." Edi menjelaskan,menepis kegelisahan di hati Tari.
"Sebenarnya aku mau datang ke rumah,soalnya ada perlu sama Rahmat," ungkap Edi. Dia masih fokus menyetir.
"Tumben kak,biasanya kalau ada perlu pasti kak Edi yang nyuruh kak Rahmat datang ke rumahnya kakak." Ucap Tari,dia sedikit merasa ada yang aneh di antara kedua cowok itu.
Edi tidak melanjutkan lagi percakapannya dengan Tari,dia hanya tersenyum saja.
DEG!
Senyuman Edi kembali membuat debaran di jantung gadis itu,jantungnya tambah berdetak tak seirama.
Yupss!! Mungkin memang benar,ini efek dari rasa sakit hati Tari karena diselingkuhin.
"OMG... Tari,please! Sadar dong! Kak Edi itu sahabat kakak kamu,kamu tidak boleh jatuh cinta sama dia." Batin Tari memberi peringatan kepada dirinya sendiri.
"Oh hati,tolong jangan begini,aku bisa gila nantinya." Tari terus mencoba menenangkan perasaannya,dia mulai mengalihkan pandangannya keluar jendela,sekarang yang ada dipikirannya hanyalah rumah.
Tari ingin cepat-cepat sampai ke rumah,dia ingin menghilangkan bayangan wajah Edi yang terus muncul dipikirannya.
Kalau masih satu mobil kayak gini,dia tidak akan bisa.
\_\_\_\_
"Kak,ada kak Edi tuh di luar lagi nungguin kakak." Ujar Tari memberitahu.
Rahmat bersikap cuek,dia sama sekali tidak menggubris perkataan Tari.
Cowok itu masih sibuk memainkan game di ponselnya.
Tari tidak jadi masuk ke kamarnya,dia kembali turun dari tangga dan berjalan menuju tempat dimana Rahmat sedang santai-santainya.
"Kakak gimana sih,dengar nggak apa yang aku bilang tadi?" Tari memukul kesal punggung kakaknya.
Rahmat menoleh dan bertanya dengan ekspresi datar "Memangnya siapa di luar?"
"Kak Edi!" Tari sedikit mengeraskan volume suaranya.
"Edi siapa? Gue enggak kenal,suruh pulang aja!" ucapnya ketus.
"Mereka berdua kenapa sih?" batin Tari,gadis itu menatap heran kakaknya,tanpa banyak bicara lagi dia langsung saja memanggil Edi dan menyuruhnya masuk ke dalam.
"Mat,lo masih marah sama gue?"
Rahmat dengan sikap acuh tak acuhnya hanya mendengarkan musik sambil mengangguk-anggukan kepalanya,seolah-olah dia sangat menikmati musik itu dan dia hanya seorang diri di sana tidak ada orang lain.
"Gue datang ke sini mau minta maaf soal kejadian tadi pagi,maafin gue!" pinta Edi tulus.
Rahmat masih sama,dia tidak merespon.
Hampir setengah jam Edi menunggu di sana,dia masih berdiri dengan posisi yang sama,Tari yang baru selesai mengganti seragam sekolah dengan baju santainya,sangat terkejut melihat pemandangan di depannya.
Pemandangan yang langka,baru kali ini dia melihat kakaknya benar-benar marah sama Edi.
"Kakak kenapa nyuekin kak Edi kayak gitu?" tanya Tari kurang senang dengan sikap kakaknya.
"Mat,gue minta maaf! Gue benar-benar enggak bermaksud ngejelek-jelekin lo di depan Lili." Ucap Edi,dia berusaha meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka bertiga.
"Apa? Lo bilang apa? Lo sama Jojo nggak punya niat? Terus,bagaimana dengan kedatangan Intan ke sana!?" sentak Rahmat,emosinya sudah memuncak.
"Ya,lo benar. Kedatangan Intan memang kami yang menyuruhnya,gue melakukan semua itu juga karena nggak pengen lo mainin hatinya Lili." Ucap Edi mencoba menjelaskan.
"Memang siapa yang mau mainin hati dia?" Rahmat sedikit merendahkan suaranya.
"Elo!" tunjuk Edi,dengan wajah tanpa rasa bersalah.
"Lo tahu enggak,gue udah ditolak mentah-mentah sama Lili,dan gue lagi enggak berminat buat ngedekatin dia untuk saat ini." Ucap Rahmat kesal.
Seketika wajah Edi yang tadinya murung mendadak menjadi ceria lagi,dia tertawa mendengar pengakuan jujur dari mulutnya
Rahmat.
Tak hanya Edi,Tari juga ikut tertawa.
"Kalian berdua ngetawain gue?" kali ini rahmat tidak menampakkan kemarahannya lagi.
"Gue nggak tahu lo ditolak sama Lili. Jadi,sekarang lo udah enggak marah lagi kan sama gue?" Edi memastikan.
"Ya enggak lah! Gue mana pernah marah lama-lama sama kalian berdua,tapi awas ya kalau sekali lagi lo sama Jojo ngerjain gue kayak gini,bisa habis lo berdua!" ancam Rahmat.
"Sip deh,gue janji!" Mereka berdua berpelukan,Tari senang melihatnya.
"Nah gitu dong,sama sahabat sendiri kok marah,marahnya cuma gara-gara cewek lagi." Timpal Tari.
"Iya Tar,ini juga aku yang salah,seharusnya aku sebagai teman ikut ngedukung Rahmat untuk jadi cowok yang lebih baik." Tuturnya,yang disambut dengan tatapan tajam dari Rahmat.
"Emang selama ini gue kurang baik apanya?"
"Kurang setia!!" sahut Tari dan Edi bersamaan.
\_\_\_\_\_\_\_\_
\_\_\_\_\_