JUARA 3 EVENT LOMBA MENGUBAH TAKDIR S3.
Maghala terjebak dalam situasi tak menguntungkan akibat peristiwa yang dipicu olehnya. Dia terpaksa menyelamatkan banyak hal meski hatinya enggan.
Status sosial yang tinggi membuat sang mertua malu mempunyai menantu pedagang angkringan pinggir jalan sehingga memaksa Maghala berhenti berjualan. Fokus mengabdikan diri pada keluarga Cyra.
"Menantu benalu, pengangguran!" Kalimat cibiran keluarga Cyra, menjadi penghias keseharian Maghala.
Suatu siang, kala Maghala hendak membeli obat bagi sang istri, langkahnya dijegal seseorang, Hilmi sang tangan kanan Magenta grup, membawa misi dari Janu untuk meminta Ghala menjadi pewaris utama.
Banyak misi di emban Maghala, termasuk membantu Asha agar bangkit. Semua dikerjakan secara rahasia hingga membawa sang menantu babu, berada di pucuk pimpinan Magenta grup.
Siapakah sosok sang menantu? Bagaimana nasib rumah tangga mereka? Akankah Maghala membalas perlakuan terhina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28. TEMUAN
Anggun melemparkan gawainya di atas meja kondominium mewah dimana dia tinggal. Kesal sebab rencana memanasi Asha gagal. Dia malah kembali diingatkan pada kegagalan atas event Jerman yang membuatnya di remehkan oleh Ashadiya.
Nafas gadis ayu itu terengah, dia bahkan membuka gaunnya begitu saja meski sang manager masih berada dalam ruangan.
"Bodoh Asha!" umpat sang sahabat. "Jangan menantangku. Gak kapok rupanya," gerutunya membanting kap lampu saat akan menuju kamar mandi.
Sang manager pria, menggeleng kepala dengan kebiasaan buruk Anggun. Dia tahu seberapa dalam kemampuan wanita itu. Aliran yang Anggun bawakan biasanya bertema romantisme realis. Sementara Ashadiya kontemporer terkadang ekspresionis. Sungguh bertolak belakang.
Jika romantisme menitikberatkan pada gaya melukis sesuatu dengan indah atau estetik, berdasarkan penekanan emosi kuat dari pelukis, di padu genre realis kian memuat nuansa nyata seperti dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel tertentu.
Maka lain kisah dengan aliran yang Asha pilih, gadis itu cerdas menangkap topik hangat di sekitar lalu di tuangkan dalam objeknya. Kontemporer juga berarti tidak terikat oleh aturan dan berkembang sesuai zaman. Sesuatu yang sama dengan kondisi saat ini.
Ashadiya menggunakan warna yang sederhana sehingga memberikan kesan kebebasan berekspresi dalam melakukan perubahan bentuk dan warna terhadap objek yang dilukis. Aliran ini di klaim menggambarkan sesuatu berdasarkan ungkapan, emosi, atau perasaan dari seseorang.
"Padahal beda aliran dan hanya salah paham. Ckck," gerutu sang manager, memunguti semua pakaian yang tercecer di lantai dengan wajah masam.
Dia mengenal baik Asha, gadis tertutup nan sangat ayu jika tersenyum. Menyendiri adalah hobinya. Membisu juga salah satu kelebihan Asha sehingga dia fokus pada apa yang ingin di raih.
Sang manager, tahu betul jika keluarga Diazae memberikan support luar biasa bagi Anggun agar galery seni keluarga mereka dipenuhi karya pelukis ternama. Ini menandakan tentang kualitas.
Rupanya sang anak mengetahui bahwa Ashadiya akan di dapuk untuk meletakkan karyanya di salah satu gedung di Hongkong, surga bagi seniman seluruh dunia. Anggun, tak suka langkah Asha demikian mudah mencapai puncak.
...***...
Indonesia.
Saat sarapan, Maghala sudah ada di sisi meja makan seperti biasanya. Tidak ada makian pagi ini, hanya denting sendok menjadi backsound pembunuh waktu di kediaman Cyra.
"Asha, bagaimana?" tanya Adhisty, terkesan lemah. Wajahnya pucat di hiasi mata panda kentara meski telah terpoles makeup.
Sementara Alka, diam menikmati apa yang di suguhkan tanpa banyak komplain. Bahkan dia hanya melirik Maghala sekilas seraya mencibir tentang kebebasannya dari penjara.
"Asha, baik saja. Dia mulai terbiasa," kata Ghala, menjawab lugas untuk sang mertua.
"Aku tak lagi bisa memenuhi kebutuhan obat Asha yang sangat mahal. Juga beberapa fisioterapi lanjutan. Penyinaran bagi tulang belakang serta lainnya. Kamu harus memikirkan itu. Aku gak mau dia cacat," tegur Adhisty, menatap tajam Maghala.
"Asha tidak cacat. Dia akan kembali pulih," ujar Ghala, dengan tatapan yakin sebab dirinya banyak melihat perubahan pada diri Asha.
"Sudahlah, Babu! lepaskan adikku dan serahkan pada Sade! toh itu anaknya," sahut Alka, seraya menyeruput kopi panas.
Wajah tuan muda Cyra nampak biasa saja. Maghala menduga, proyek fiktif itu telah berjalan. Jika di hubungkan dengan ekspresi Adhisty maka kemungkinan bom telah meledak akan berdampak bagi mereka.
"Mengapa harus Sade? dan Asha yang berkorban? bukan kalian?" tanya Ghala, menyeringai sambil menatap Alka.
Brak! Prang! Lemparan Alka luput mengenai wajah Ghala sebab tuan muda Magenta menghindar.
"Kau bilang apa! berkorban? aku bahkan banyak membuang waktu demi Mama dan Asha. Tapi semu! gadis itu tidak akan tahu bagaimana rasanya kepala kami migrain. Dia hanya asik dengan dunianya!" sentak Alka, murka, wajah yang semula kalem mendadak sangar bak Jengis Khan.
"Diam!" Adhisty mengetuk meja beberapa kali.
"Apa yang kau tahu dengan berkorban? Asha juga anakku," sindir sang Mama.
Tawa Alka menggema. Dia tak salah dengarkah akan ucapan ibunya? Asha anaknya? setelah sikap selama ini? pikir Alka. Tuan muda Cyra, menoleh ke arah Adhisty, tersenyum mengejek sang bunda.
"Asha hanya butuh merentangkan kaki, lalu semua beres!" sergah Alka lagi, dan kali ini Maghala tak tinggal diam.
"Kau bilang apa? mengapa bukan kamu yang membuka jasa untuk menyenangkan para wanita haus belaian? bukankah tuan muda Alka itu maha raja lagi perkasa," kekeh Maghala menyambut percikan Alka, menyentil masalah para selir.
"KAU!!" sentak Alka geram.
Adu mulut antara ibu dan anak kembali terjadi. Maghala akan melakukan penawaran terhadap Adhisty malam nanti. Dia telah memperhitungkan baik dan buruk dengan Hilmi.
Desakan Janu yang terus memintanya kembali, sudah tak lagi sanggup di tahan Ghala lebih lama. Dia harus segera menyelesaikan kisruh di dalam keluarga Cyra. Membuat posisi Asha aman atas haknya dari kelicikan Alka.
Saat Ghala akan membereskan meja, seorang pria terdengar menyapa Adhisty di ruang tamu. Lelaki itu datang lagi.
"Kita bicara di ruang kerjaku saja," kata sang nyonya besar.
Sade menyapa Ghala dengan menyebutnya sebagai ob.
"Heh, OB tolong kopi ke ruangan nyonya Cyra. Lekas!" titahnya sebelum masuk ke ruangan. Senyum mengejek tersemat di wajah tampan yang menurutnya biasa saja.
Maghala tak mengindahkan, dia meminta bantuan maid untuk mengantar apa yang Sade mau.
Dia memilih bersiap sebab hari ini adalah jadwal Asha untuk periksa kehamilan juga terapi syaraf telapak kaki.
Saat memasuki kamar, Ghala melihat Asha masih tertidur, rupanya semalam dia sama sekali tidak dapat memejam. Dia melihat banyak buku tentang aliran melukis di atas ranjang, Ghala lalu membereskan semua kekacauan. Tiba-tiba. Pluk.
Sebuah buku, bersampul hitam jatuh menimpa ujung ibu jari kakinya. "Awh!" pekik Ghala merasakan sakit.
Dia berjongkok, memungut benda jatuh dan tergeletak di atas lantai. Mata teduh itu membaca pelan semua tulisan di sana. Senyumnya muncul, sesekali melihat ke wajah ayu yang tengah terlelap di atas ranjang.
"Rapi ya, kamu. Ternyata curhatnya di sini," gumam Ghala, masih berdiri, melanjutkan bacaan yang menurutnya sangat menarik.
Karena merasa pegal berdiri, lelaki tampan itu pun duduk melantai. Lembar halaman berkali dia buka, merasa mulai mengenali watak dan karakter istrinya lewat tulisan.
Asik membaca semua hal manis tentang Ashadiya, tiba-tiba matanya memicing. Dia berulang kali membaca banyak paragraf kebencian di sana.
"Sade kah ini atau wanita itu?" gumam Ghala, melayangkan pandang pada wajah teduh Asha yang masih pulas.
Maghala menyunggingkan senyum, binar matanya mendadak bersinar. Mungkin, dia akan mengunakan ini untuk membalikkan keadaan.
"Sade, gotcha!"
"Sayang, makasih ya. Kamu memberiku pencerahan pagi ini. Bobok yang nyenyak sementara suamimu bekerja," lirih Ghala, tersenyum manis lalu mengecup dahi Asha sebelum merapikan semua buku yang berantakan.
Lelaki itu kemudian menuju mini balkon, dia menghubungi Hilmi untuk menyusun rencana juga menangguhkan pemeriksaan kandungan Asha sebab wanitanya masih bergelung di balik selimut.
.
.
...___________________...
magala itu aslinya orang arab ya...