Pembatalan perjodohan tiba-tiba oleh orang yang paling dicintainya, membuat dirinya sangat terguncang hingga sang ayah akhirnya memutuskan menjodohkannya dengan laki-laki yang pernah menolong dirinya. Yang tak tahunya laki-laki itu adalah teman semasa SMAnya. laki-laki konyol yang selalu mengganggu dirinya disekolah.
"Yang benar saja aku harus menikah dengan dia?" ucapnya dalam hati.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? akan kah cinta akan tumbuh dengan seiring nya waktu? ikuti kisahnya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awan
Mobil yang di kendarai Awan pun akhirnya tiba di rumah sakit terdekat, Awan langsung memutar stir ke arah IGD rumah sakit tersebut dan berhenti di depan pintu IGD.
Sampai di depan pintu IGD seorang petugas keamanan yang sedang berjaga membantu Awan yang langsung turun dari mobil dan membuka pintu belakang mobil saat melihat siapa yang dibawa Awan security tersebut terkejut.
"Tuan besar" ucapnya terkejut.
"Ya pak tolong ya" ucap Bening lembut.
"Ya... ya Bu dokter" security tersebut langsung mempercepat gerakannya untuk membantu Awan mengeluarkan Tuan Fabian dari dalam mobil.
Security tersebut pun meminta rekannya yang lain untuk membawa brankar dan memanggil petugas medis yang bertugas malam itu.
Dan karena tahu sang pemilik rumah sakit sedang membutuhkan bantuan dan nyawanya sedang dalam bahaya para petugas yang bertugas malam itu pun bergegas memberikan tindakan medis kepada Tuan Fabian.
Bening pun ikut andil dalam tindakan medis tersebut.
Sementara itu di restoran.
Plak.
Sebuah salam lima jari dari sang Papah bertengger manis di pipi putranya, sang Papah melakukan itu karena sangat kecewa pada Bintang.
"Kamu benar-benar keterlaluan Bintang, entah apa yang saat ini terjadi pada sahabat ku?! kau harus meminta maaf pada beliau dan menarik ucapan mu barusan?! " ucap sang Papah menahan emosinya.
"Tapi Pah... " Bintang masih kukuh dengan pendiriannya.
"Bintang.... Bintang.... sudah jangan bicara pagi saat ini Papah mu sangat kecewa pada mu" sang Mamah mencoba menahan anaknya agar tak membalas perkataan Papahnya karena tak ingin terjadi keributan di tempat umum dan itu akan sangat memalukan pasti nya.
Bintang pun terdiam dan akhirnya memilih pergi dari sana tanpa berkata sepatah kata pun pada kedua orang tuanya.
Sang Papah melihat punggung anaknya dengan tatapan kecewa, dirinya tak habis fikir kalau putra nya akan membuatnya malu seperti ini.
"Telpon Bening Mah tanyakan bagaimana keadaan Fabian" pinta Tuan Rama pada istrinya.
"Baik Pah" Nyonya Silvi pun langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon Bening.
Beberapa kali Nyonya Silvi menelpon tapi tak diangkat oleh Bening.
"Tidak di jawab Pah" ucap Nyonya Silvi pada suaminya.
Tuan Rama mengepalkan tangannya karena geram dan sangat kecewa pada anaknya sendiri.
"Aku khawatir dengan keadaan Fabian" ucap Tuan Rama cemas.
"Ehm... bukannya rumah sakit dekat dari sini Pah mungkin Fabian di bawa kesana, kita coba saja datangi dulu rumah sakit tempat Bening dan Bintang bekerja" ucap Nyonya Silvi.
"Ah... ya kau benar, ayo kita kesana Bening pasti membawa Ayahnya kesana kenapa tak terfikirkan oleh ku" Tuan Rama pun langsung bangkit dari posisi duduknya dan mengajak istrinya untuk segera pergi ke rumah sakit milik Tuan Fabian yang letaknya memang tidak jauh dari sana.
Setelah beberapa waktu ditangani Tuan Fabian akhirnya bisa di pindahkan ke ruang rawat VVIP rumah sakit tersebut, melihat keadaan Tuan Fabian yang berhasil tertolong Awan yang masih berada disana pun akhirnya pamit pulang pada Bening yang masih menunggui Ayahnya.
"Ning... gue balik dulu ya... semoga Bapak lu lekas sehat ya"ucap Awan sebelum dirinya pergi meninggalkan rumah sakit tersebut.
" Eh... iya Awan Terima kasih dan ini untuk mu sebagai tanda Terima kasih dari ku"Bening memberikan uang sebesar lima ratus ribu pada Awan.
"Nggak usah gue ikhlas kok nolong" Awan mendorong tangan Bening karena tak mau menerima uang tersebut, dirinya tak tersinggung dengan itu tapi dirinya juga benar-benar tulus membantu Bening dan Ayahnya.
"Jangan pura-pura lu apa kurang? nih gue tambahin" tiba-tiba Bintang muncul dari arah belakang Bening dan menyodorkan segepok uang di depan wajah Awan.
"Bintang... " gumam Bening yang terkejut dengan kedatangan nya.
Awan menatap tajam pada Bintang kali ini dia sangat tersinggung oleh sikap laki-laki tampan tersebut, namun Awan bisa menutupinya dengan sikap cueknya.
"Sorry ye... harga diri gue nggak bisa elu beli, lagi pula uang segitu mah cuma cukup buat gue jajan cilok, dah bye" singgung Awan dan dia pun pergi dari hadapan Bening dan Bintang.
Bintang hanya tertawa menyeringai melihat kepergian Awan.
"Cilok apaan yang harganya dua juta?" gumam Bintang.
"Cilok versi dia lah" celetuk Bening ketus dan dia pun ikut meninggalkan Bintang sendirian di lorong ruang VVIP itu dan masuk ke ruang rawat Ayahnya.
Bintang hanya dapat mengernyitkan dahinya saja saat pertama kali dirinya mendengar Bening berkata ketus, karena selama ini Bening tak pernah berkata seketus itu padanya, kecuali dengan Awan.
Bening adalah sosok wanita yang lemah lembut di hadapan Bintang, tapi entah kenapa bila berhadapan dengan Awan kepribadian nya bisa berubah 180°, Bening yang biasanya berkata lembut bisa berubah menjerit dan berteriak bila Awan sedang berkelakuan absurd di hadapannya, Bening yang biasanya tertawa anggun bila di hadapan Bintang bisa tertawa terbahak bila melihat kelakuan konyol Awan.
Bening yang dikenal pendiam bisa banyak bicara bila dihadapan Awan, entahlah kenapa Awan bisa mengubah Bening seperti itu.
Keesokan harinya.
Bening meninggalkan Ayahnya di ruang rawatnya untuk pergi ke dapur rumah sakit, dirinya kesana untuk memesan menu makan pagi untuk sang Ayah kepada ahli gizi disana.
Tok... tok...
"Ya masuk" ucap Tuan Fabian saat mendengar pintu ruangannya di ketuk.
Tiba-tiba muncul lah seorang pria dari balik pintu tersebut dan langsung melemparkan senyum kepada Tuan Fabian.
Tuan Fabian pun tersenyum kepadanya.
"Ada apa kau datang sepagi ini anak muda? " tanya Tuan Fabian ramah.
"Hehe saya bekerja disini Tuan" ucapnya sopan.
"Eh... bukannya semalam kau bekerja di restoran? lalu kenapa pagi ini kau bekerja disini? " tanya Tuan Fabian bingung.
"Ya semalam saya memang bekerja di restoran tapi semalam itu saya terakhir bekerja disana dan mulai pagi ini pihak kantor menugaskan saya untuk bekerja disini" jelas Awan.
"Ooo begitu... bagus kalau begitu" ucap Tuan Fabian ambigu.
"Bagus apanya Tuan? " Awan bingung.
"Ya bagus karena saya tidak perlu mencari mu untuk berterima kasih karena telah menolong saya semalam, Terima kasih atas bantuan mu semalam" ucap Tuan Fabian bijak.
"Ooo itu hehehe itu memang sudah kewajiban kita sebagai manusia harus tolong menolong,maaf Tuan saya bersihkan dahulu ruangan ini, biar bersih dan steril" ucap Awan dengan sopannya.
"Ya silahkan"
Tak lama Bening masuk keruang rawat Tuan Fabian dan melihat keberadaan Awan disana dirinya cukup terkejut dengan keberadaan Awan disana.
"Kamu sedang apa disini?! " tanya Bening ketus.
"Eh buset galak bener" celetuk Awan.
Tuan Fabian mulai memperhatikan interaksi mereka berdua.
"Aku tanya kamu mau ngapain disini sepagi ini hah?! " Bening tambah kesal.
"Nggak liat" Awan menunjukan apa yang dia bawa yaitu satu set alat kebersihan.
Tapi Bening masih tak merubah wajah ketusnya.