Follow me di intagram: @Queennapariwara.
Nanti aku follback😘😊
Hai semua, silahkan mampir di novel ke tiga aku ini "Gadis muda yang tangguh milik tuan arogan" Ambil baiknya, buang buruknya. Baca terus ya cerita aku dan jangan lupa tinggalkan beberapa jejak kalian supaya author lebih semangat buat ceritanya.
Menceritakan gadis muda yang bernama Ailin seminath mole. Gadis tangguh dan pemberani, harus menjalani kehidupan yang keras di tengah kota terpencil di Amerika.
Hidupnya yang keras mengajarkan tak boleh menyerah pada segala rintangan dan juga permasalahan.
Hidup dalam keluarga yang tak pernah adil, mengajarkan arti sebuah keluarga. Hidup yang bahkan jauh dari kata baik. Kehadiran dirinya dalam keluarganya seolah tak di inginkan keluarganya.
Bagaimana kelanjutannya, silahkan mampir di cerita ku yang berjudul "Gadis muda yang tangguh milik tuan arogan" jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah baca ya
thank you😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queenapariwara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Amelia
Seminggu sudah berlalu saat malam Ailin di serang pengendara motor itu, Amelia sangat senang, karena sudah satu Minggu Ailin tidak masuk kuliah, wanita itu sudah yakin jika Ailin sudah di bunuh dan di buang oleh suruhan kekasih nya, wanita itu tak henti-hentinya tersenyum dan terkadang merayakan keberhasilannya itu.
Tak ada lagi pengganggu yang menjadi penghalangnya untuk mendapatkan nilai tertinggi dalam bidang mata kuliahnya dan berpikir akan selalu menjadi kebanggaan ayahnya.
Namun saat dirinya akan pergi ke kantin kampus, iya nampak sangat geram dan marah bahkan ingin sekali iya berteriak karena melihat seorang gadis yang iya harapkan sudah tiada, kini sedang santainya menyeruput jus di salah satu bangku kantin.
Amelia melihat tajam gadis itu, begitu juga dengan sebaliknya, Ailin menatap tajam wanita yang baru menapakkan wajahnya itu di kantin.
Perlahan Ailin bangun dan melangkah menuju Amelia yang sedang berdiri dengan beberapa dayangnya.
"selamat bertemu kembali nona" suara Ailin dengan penuh penekanan.
"ka-kamu kenapa bisa ada di sini?" pertanyaan Amelia lolos begitu saja tanpa sadar.
"tentulah aku berada di sini nona, ini kampus tempatku kuliah juga sama sepertimu" serunya menekan.
"tapi-"
"tapi apa nona Amelia aliska Wijaya" ucap Ailin sembari menekan nama Amelia.
Tentu Amelia merasa gugup dan sangat takut saat berhadapan dengan Ailin, karna sebagian besar memang Ailin terkenal dengan kecerdasan serta bela diri yang cukup tinggi membuat siapapun segan dan juga tak ada yang berani melawannya. Hanya Amelia lah yang cukup memiliki nyali besar melawan Ailin meski tak bisa secara langsung.
"bukankah-"
"bukankan aku sudah mati, dan sudah tak ada di dunia ini seminggu yang lalu?" pertanyaan Ailin membuat Amelia tersentak kaget dan tentu dengan wajah pucat sehingga membuat beberapa kawannya heran atas perubahan raut wajah Amelia.
"bukan begitu, tapi kenapa kamu ada di sini, sebentar lagi ada jam kuliah akan di mulai, kenapa kamu masih ada di sini?" ucap Amelia gugup dan berusaha mengelak.
Ailin terkekeh dengan suara yang sedikit menyeramkan, membuat bulu kuduk mereka berdiri seketika.
"ada apa nona, kenapa kau merasa takut dan gugup bertemu denganku" tanya Ailin sengaja untuk melihat raut wajah Aamelia yang nampak begitu ketakutan.
"a-aku tidak ta-kut, ke-na- pa harus gugup juga" elaknya.
"baiklah kalau begitu, kalian nikmati saja makan siang kalian di kantin, saya akan masuk"
"karna sebentar lagi ada pertunjukan seru yang akan terjadi" bisik Ailin tepat di telinga Amelia. Amelia tak bisa berkata-kata dan dia sungguh takut kali ini dengan ucapan Ailin tadi.
Ailin berlalu pergi setelah memberikan tekanan besar untuk Amelia, kali ini hati Amelia cukup menciut dikala memikirkan apa yang akan terjadi dan pertunjukan apa yang akan Ailin beri.
Setelah setengah jam berlalu, semua mahasiswa dan Mahasiswi memasuki ruangan, begitu juga dengan ailin dan Amelia, terlihat Ailin tengah termenung menatap ke luar jendela, suara bising para teman-teman yang lain tak mengusik lamunannya, entah apa isi pikiran gadis itu.
Setelah itu, seorang dosen memasuki ruangan untuk mengisi materi hari ini. Ailin tak mendengarkan dosen yang di depan berdiri menjelaskan materi sehingga dosen yang bernama pak Bram itu melihat Ailin dan memanggilnya.
"Ailin, ada apa, kenapa kamu tak mendengarkan bapak menjelaskan materi?" tanya pak Bram.
"Ailin, Ailin" pekik pak Bram memanggil membuat gadis itu menoleh sebentar lalu kemudian kembali menatap luar jendela lagi.
"kamu ini benar-benar" ujar pak Bram kemudian menggebrak meja depan Ailin.
"saya tidak suka materi yang saya sampaikan tidak di dengarkan" ucapnya menatap nyalang Ailin. Ailin yang di tatap begitu menatap tajam balik pak Bram membuat pak Bram sedikit menciut.
"apa ini selain menyampaikan materi, apa bapak juga punya tugas membentak?" tanya Ailin menatap tajam pak Bram.
"saya bertanya, kenapa kamu melamun seperti itu" tegasnya namun tatapannya seolah merendahkan.
"tidak perlu mencampuri urusanku" ucapnya dingin.
"oho, kalau begitu jika kau merasa sudah pintar, kerjakan seluruh pertanyaan yang ada di papan tulis" ucapnya merendahkan Ailin.
Pak Bram memang dosen baru di kampus itu, dan belum genap satu bulan mengajar di sana, sekarang dia juga tak begitu mengenal seluk-beluk di kampus itu, dan belum juga terlalu mengenal para mahasiswa dan Mahasiswi di kampus itu. Nama Ailin saja dia dapat dari salah satu mahasiswa kelas tempatnya sekarang mengajar.
Tanpa banyak bicara, Ailin berdiri dan melangkah menuju papan tulis.
Kata demi kata, angka demi angka, Ailin menuntaskan semua materi di depan dan menulis seluruh jawaban yang tepat untuk materi hari ini dengan tepat dan benar. Bahkan semua para mahasiswa begitu mengagumi kecerdasan gadis itu.
Pak Bram yang melihat Ailin menuntaskan seluruh pertanyaan di papan, membuatnya menjadi segan pada Ailin dan berubah menjadi kagum dengan gadis itu, otak cerdas dengan IQ di atas rata-rata.
"anak ini sangat cerdas, aku sudah salah menilainya" gumam pak Bram dalam hati.
"baiklah, sekarang kamu boleh duduk" perintah pak Bram. Namun Ailin justru mengambil tasnya dan berlalu pergi keluar.
"saya keluar, permisi" ucapnya membuat pak Bram kesal, namun tak bisa berbuat apa-apa karna melihat sikap Ailin tadi memang sangatlah tidak sopan, namun pak Bram memakluminya mungkin mood gadis itu memang kurang baik pikirnya.
Sementara Amelia, sedang izin ke toilet untuk melakukan panggilan pada seseorang melalui via telpon.
"kenapa kalian bodoh sekali, kau bilang dia sudah tertangkap dan di bunuh oleh anak buah mu, tapi kenapa sekarang di ada di kampus dan terlihat baik-baik saja" ucap Amelia pada seseorang di sebrang telpon.
"......."
"aku tidak mau tau, kamu harus membunuhnya, bila perlu buang dia jauh-jauh " ucapnya
"......"
"sialan" pekiknya tak terima dan marah jika Ailin masih hidup dan masuk ke kampus.
"aku akan membuat perhitungan pada gadis sialan itu" ucapnya dengan sorotan matanya yang menakutkan.
Tanpa di sadari Amelia, seseorang tengah berdiri di belakangnya tengah bersidekap dada memandang ke arahnya.
Saat Amelia akan berbalik, sungguh jantungnya sudah hampir copot melihat siapa yang tengah berdiri di belakangnya dan mendengarkan obrolannya di telpon tadi.
"kau"
"apa, kau apa?" Ailin menatapnya dingin.
"sejak kapan kau ada di sini?" tanya Amelia.
"sejak kau memulai obrolan dengan seseorang di sebrang telpon." serunya.
plak
plak
plak
"aku bisa lebih dari ini, tapi kau bukanlah lawanku, kau akan tau akibatnya setelah ini" Ailin setelah menamparnya beberapa kali, Ailin mencengkram kuat dagu Amelia hingga wanita itu meringis kesakitan.
"jika sudah ada di genggamanku, sulit bagiku untuk melepaskannya Amelia aliska Wijaya" ucapnya menekan nama Amelia.
"kau akan tau setelah ini" Ailin menyeret Amelia di kamar mandi dan membawanya ke ruangan para dosen termasuk ruangan ayah Amelia berada.
"kau mau bawa aku kemana Ailin, lepas" ucapnya namun tak di gubris oleh Ailin.
"diam" bentak nya dengan wajah merah Manahan amarah membuat Amelia terdiam.
Sesampainya di ruangan ayahnya, Ailin menghempaskan Amelia sehingga gadis itu terjatuh di lantai dan tentu membuat ayah Amelia terkejut sekaligus marah karna anaknya yang di seret oleh Ailin.
"ada apa ini, kenapa kamu membawa Amelia kesini?" tanya tuan Mahendra.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.TBC😘
saling dukung yuk...
Cinta yang dulu, datang kembali
Clara's Love Fidelity
perbedaan kita menuju akad
jangan sungkan vote, like dan favorit 😍🙏