Istri mana yang terima bila diduakan dengan orang yang ditolongnya? Apalagi alasannya karena untuk membungkam mulut orang yang mengatakannya mandul. Hingga akhirnya sang suami melakukan perbuatan yang sangat dibencinya.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.29 Amarah Adnan II
Aileena kini tengah menjalani pemeriksaan. Saat ini Radika langsung yang turun tangan untuk memeriksa kesehatan Aileena. Wajah dan penampilan Fatur tampak begitu kusut. Terlihat jelas sekali kalau Fatur begitu mengkhawatirkan Aileena. Begitu pula dengan Radika. Saat mendengar ada seorang pasien bernama Aileena, ia bergegas menuju ruangan dimana Aileena berada. Ia tak mempedulikan keberadaan Fatur karena saat ini yang paling penting adalah memeriksa keadaan Aileena.
Adnan kini sedang dalam perjalanan pulang, tapi tiba-tiba Delima minta diantarkan ke mall. Ia mengatakan ingin mengajak Nanda jalan-jalan. Adnan tentu menyetujuinya sebab dengan begitu ia bisa segera mengantarkan Delima ke sana karena jarak rumah sakit ke mall tidak begitu jauh. Tentu ini semua bukan tanpa alasan. Ia ingin segera kembali ke rumah sakit dan melihat wanita yang pernah menemaninya selama 3 tahun ini.
"Pakai ini untuk belanja. PINnya 010795." ujar Adnan seraya menyerahkan sebuah kartu debit kepada Delima. Tentu ia menerimanya dengan senang hati. Akhirnya, ia bisa belanja sepuasnya, pikir Delima.
"Makasih mas." serunya lalu ia mencium pipi dan bibir Adnan. Kemudian, ia segera masuk ke dalam mall sambil menggandeng tangan Nanda.
Setelah punggung Delima dan Nanda tidak kelihatan lagi, Adnan langsung memutar mobilnya untuk kembali ke rumah sakit. Jarak yang tak terlalu jauh, membuatnya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di rumah sakit. Hanya dalam 15 menit, mobil Adnan telah terparkir sempurna di basemen rumah sakit itu. Adnan pun bergegas keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju resepsionis untuk menanyakan letak kamar rawat Aileena. Setelah mendapatkan informasi yang ia butuhkan, Adnan segera menuju kamar rawat Aileena. Posisinya yang tidak begitu jauh, membuatnya bisa melihat Fatur yang sedang duduk menunggu Aileena di depan kamar rawat Aileena. Tak lama kemudian, pintu kamar rawat Aileena terbuka dan tampak Radika keluar dari ruangan itu. Adnan berdiri di balik pintu yang tak jauh dari sana sambil mengawasi pergerakan Fatur dan Radika. Tak lama kemudian, Fatur pergi mengikuti langkah Radika mungkin menuju ruang kerja Radika.
Adnan tersenyum menyeringai, ini kesempatannya untuk menemui Aileena, pikirnya.
Adnan membuka pintu kamar rawat Aileena dengan perlahan. Dapat ia lihat , Aileena sekarang sedang memejamkan matanya. Ia langsung menutup kembali pintu itu dan berjalan mendekati brankar tempat Aileena terbaring. Dapat ia lihat wajah pucat Aileena. Hatinya sebenarnya iba, tapi tiba-tiba egonya kembali menguasai hati dan pikirannya. Wajah iba itu berubah menjadi senyum amarah dan kebencian.
Bulu mata Aileena tampak bergerak-gerak, tak lama kemudian mata Aileena tampak mengerjap beberapa kali, menyesuaikan pendarnya dengan pencahayaan yang masih tampak menyilaukan di netranya.
Aileena menoleh ke sisi kanannya. Aileena seketika membelalakkan matanya saat matanya bersirobok dengan mata Adnan. Tubuhnya sontak bergetar. Ada perasaan takut dan juga was-was yang menghinggapinya. Apalagi saat ia melihat tatapan mata Adnan yang tampak berbeda. Tak ada cinta di tatapan itu. Sebaliknya, yang ada adalah amarah, kekecewaan, dan kebencian.
'Apa mas Adnan marah karena baru tau aku sedang hamil anaknya?' gumam Aileena dalam hati.
"Mas ... Adnan ..." cicit Aileena nyaris tak terdengar.
"Kenapa? Terkejut melihat aku ada di sini?" sarkas Adnan dengan mata memicing.
Aileena berusaha mengontrol perasaannya agar lebih tenang. Ia menghela nafas lalu menghembuskannya perlahan.
"Ya, aku terkejut. Bahkan sangat terkejut. Kenapa kau ada di sini?" tanya Aileena dengan wajah tenangnya.
Adnan mengangkat salah satu sudut bibirnya, tersenyum merendahkan membuat Aileena merasa asing dengan Adnan yang dilihatnya saat ini.
"Aku tak menyangka, selepas kita berpisah, kau langsung menjalin hubungan dengan pria lain. Bahkan dalam hitungan bulan, kau sudah hamil. " tukas Adnan dengan tatapan mencemooh.
"Kenapa? Kau marah? Bukankah itu bagus dengan begitu aku bisa membuktikan kalau aku tidak MANDUL." tukas Aileena dengan menekankan kata mandul.
Mata Adnan berkilat marah, "Aku yakin, selama ini kau sulit hamil pasti karena kau meminum pil kontrasepsi, bukan?" Tuduh Adnan dengan nada meninggi membuat Aileena terkejut. "Atau jangan-jangan, kau meminta segera berpisah karena kau sudah tak sabar ingin menjalin hubungan dengan pria itu? Kamu jahat, Ai! Sementara aku hidup dalam penyesalan karena telah melukai perasaanmu, tapi ternyata kau malah berbahagia dan hamil anak orang lain. Kenapa Ai? Kenapa? Kenapa kau lakukan itu?" bentak Adnan .
Suaranya bahkan menggema hingga keluar dari ruangan Aileena. "Padahal kau tau aku sudah lama menantikan kehadiran buah hati, tapi kau malah tidak mau hamil anakku dan lebih memilih hamil anak orang lain. Kau memang wanita tidak tau diri, Ai! Aku tak menyangka, aku mencintai wanita murahan seperti dirimu. Aku benci diri mu, Ai. Aku membencimu."
Brakkk ...
Adnan membanting gelas yang berada di atas nakas hingga pecah berhamburan. Tubuh Aileena bergetar, ia tak pernah melihat kemarahan Adnan yang seperti ini sebelumnya. Adnan adalah pria yang lembut, penyayang, dan perhatian. Tapi kini Adnan bukan seperti pria yang pernah dikenalnya. Ia jadi kasar dan emosional. Bahkan tanpa mencaritahu kebenarannya terlebih dahulu, ia langsung mencaci dan menghinanya. Air mata Aileena jatuh tak terbendung. Ia kini sedang hamil. Ia juga sedang sakit saat ini. Bentakan dan teriakan membuat Aileena makin tertekan. Air matanya sudah jatuh membasahi sebagian wajahnya. Kepala Aileena mendadak pusing, perutnya kembali berguncang dan merasa sakit. Adnan tentu melihat betapa pucatnya wajah Aileena saat ini. Dengan sebelah tangan, ia mengusap perutnya yang terasa keram. Adnan bukannya iba, ia justru tertawa menyeringai seperti iblis yang bahagia melihat penderitaan Aileena.
Bruak ...
Tiba-tiba pintu terbuka kasar bertepatan dengan Aileena yang kembali pingsan.
"Aileena ..." pekik Fatur khawatir. "Ai, bangun Ai, sadar, Ai." pekik Fatur yang benar-benar panik. Ia tak peduli keberadaan Adnan karena yang terpenting saat ini adalah keadaan Aileena.
Fatur langsung memencet tombol yang ada di atas headboard brankar Aileena. Tak lama kemudian, Radika datang kembali bersama beberapa perawat. Radika ikut panik saat melihat keadaan Aileena. Dilihatnya sekeliling, tampak pecahan gelas berhamburan dan ada seorang pria yang ia ketahui suami dari Delima berdiri dengan angkuh menatap Aileena yang terkulai tak berdaya. Lalu Radika meminta Fatur keluar, begitu pula dengan lelaki yang belum ia ketahui namanya itu.
Fatur pun menurut. Lalu dengan wajah beringas, Fatur melangkah mendekati Adnan dan dengan sebelah tangannya, ia menyeret paksa Adnan Keluar dari ruangan itu. Adnan mencoba melawan dan melepaskan cengkraman tangan Fatur dari lengannya, tapi ternyata ia kalah kuat. Dengan terpaksa, ia mengikuti langkah Fatur walau dengan langkah sedikit terseok.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Karena kalau di awal..... namanya pendaftaran hahaha
kepo nih thor....