Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Xavier keluar kamar meninggalkan Charlotte sendirian di dalam. Tubuh wanita itu terduduk dilantai dengan melamun. Tenaganya terkuras hanya untuk bisa melepaskan diri dari pelukan laki-laki berkuasa itu.
Charlotte menatap kedepan dengan pandangan kosong. Apa yang dilakukan Xavier sudah membuatnya kehilangan respek pada laki-laki itu. Xavier memang laki-laki bedeb*h seperti yang dipikirkannya selama ini. Laki-laki itu sudah berani menciumnya dengan paksa. Charlotte tak akan membiarkan hal itu terulang lagi, Dia harus menghindari kemarahan Xavier padanya.
Tangannya mengusap bibirnya dengan geram. Ini bukan pertama kalinya ia merasakan ciuman Xavier. Hanya saja, ini pertama kalinya dirinya berciuman lama dengan sensasi yang berbeda. Gairahnya tanpa disadari membuncah keluar walaupun tadi ia menahannya sekuat tenaga agar tidak mendesah.
“Keterlaluan kau Xavier! Bisa-bisanya kau membuatku seperti ini! Lihat saja, aku pasti bisa melepaskan diri dari pernikahan itu. Ya, aku akan melakukannya. Aku akan membuatnya malu karena menerima pernikahan itu!”
Beberapa menit Charlotte gunakan untuk mengumpati Xavier didalam kamarnya, Charlotte merasa lelah sendiri. Dia beranjak bangkit dan berjalan mendekati ranjang Queen Size-nya.
^
Didalam kamar Xavier yang bernuansa Manly dengan warna serba hitam abu-abu, Xavier menjatuhkan tubuhnya ke kursi dengan wajah menahan amarah. Dia marah, tentu saja. Charlotte masih memberontaknya. Ingin tetap menggagalkan rencana pernikahan mereka yang sudah diatur oleh Kakek.
Sikap wanita itu benar-benar membuatnya frustasi. Xavier bertekad akan menekan ruang gerak Charlotte mulai sekarang. Penjagaan untuk wanita itu akan kian diperketat. Dia tidak ingin hal buruk terjadi ketika wanita itu berada diluar. Apalagi ketika dirinya mendengar jika Charlotte hampir tertabrak motor dari informasi para bodyguardnya. Apa yang dikatakan kakek padanya untuk menjaga Charlotte akan lebih diprioritaskan mulai sekarang. Dia tidak ingin kecolongan lagi.
“Dean, cari seseorang yang sangat dipercaya untuk mengawasi dia. Aku ingin kau segera membawanya padaku.”
“Baik Tuan.”
Xavier meletakkan ponselnya diatas meja. Dirinya menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam. Bayangan ciumannya dengan Charlotte mulai menguasai pikirannya. Rasa sentuhan bibir wanita itu masih membekas jelas. Tanpa disadari tangan Xavier terangkat keatas menyentuh bibirnya. Rasa manis itu masih tertinggal disana. Tangan Xavier mengusap sensual bibirnya sendiri. Ingin rasanya kembali merasakan rasa manis itu.
Xavier membuka mata dengan berdecak. Dia tersenyum smirk, menertawakan pikirannya yang sudah diluar nalar. Bagaimana mungkin dirinya menikmati ciuman dengan seorang wanita seperti Charlotte yang sama sekali bukan tipe wanitanya. Bagaimana bisa dia memberikan hukuman semacam itu dengan menciumnya? Bukankah biasanya dia mengurung mereka di suatu tempat tanpa makanan atau mempermalukan mereka didepan umum. Yah itulah yang selalu disarankan Dean kepadanya untuk menghukum wanita yang sudah berani melawannya.
Ketika melakukan itu dengan Charlotte, dia menjadi lebih buas dari biasanya. Nafsunya tak terkendali dan terus ingin menikmati bibir wanita itu. Bibir wanita itu menjadikan candu untuknya.
^^
Dean langsung mencari salah satu bodyguard kepercayaannya menemui Xavier. Rencananya, dalam satu jam sekali, Xavier ingin bodyguard itu mengabarkan secara langsung pada Xavier tentang aktivitas Charlotte. Xavier merasa metode ini lebih baik, karena bodyguard itu akan langsung memberinya kabar secara berkala. Dan tentunya bisa membuatnya bekerja dengan tenang tanpa mengkhawatirkan perilaku Charlotte diluar sana.
“Dia William Gustaf. Pengawal bintang 5 terbaik di organisasi kita. Dia juga memiliki sabuk hitam. Saya sangat merekomendasikannya Tuan Muda.”
Dean menjelaskan dengan detail data William pada Xavier diruang kerjanya. Xavier menelitinya dengan serius dan mengangguk setuju. Pilihan Dean memang bagus kali ini.
“Suruh dia masuk.” Perintahnya.
“Baik Tuan.”
Dean keluar dan masuk dengan membawa seseorang yang memakai setelan hitam. Bertubuh tinggi dengan wajah tak kalah tampannya seperti Xavier. Laki-laki itu langsung menunduk hormat didepan Xavier.
“Senang bertemu dengan Anda, Tuan Muda.”
“Hm. Jadi kau yang bernama William?”
“Benar Tuan Muda.”
“Aku percayakan calon istriku padamu. Laporkan apa saja yang dia lakukan. Hanya itu tugasmu.”
“Baik. Saya mengerti.”
Kemudian, Xavier mengajak Dean dan William ke ruang makan. Sudah waktunya dia pergi ke kantor dan menyempatkan sarapan sebelum pergi.
“Uwaaa!!!”
Teriakan memekakkan telinga mengganggu mereka bertiga saat hampir sampai. Xavier mengenal suara itu, dan mempercepat langkahnya. Saat sampai, dirinya terdiam memperhatikan ruangan itu yang sudah berubah wujud.
“Nona, biarkan kami membantu.” Cicit pelayan.
“Tidak perlu.”
“Tapi Nona..”
“Ini sudah selesai kok.”
Charlotte menuangkan secangkir kopi yang disampingnya terdapat jus jambu dengan warna yang aneh. Dapur yang selalu bersih itu kini berubah berantakan seperti kapal baru pecah. Banyak tumpahan makanan sana sini dan juga sisa potongan sayuran yang berceceran dilantai. Di meja makan, sudah terdapat beraneka makanan yang siap makan, namun patut digaris bawahi, semua makanan tampak menghitam di sisi lain makanan itu.
“Eh, calon suamiku udah bangun yaaa. Sini-sini, ayo kita makan bersama.”
Charlotte yang mengetahui keberadaan Xavier didepan pintu langsung menarik tangannya dan mengajaknya duduk bersama. Laki-laki itu menuruti Charlotte tanpa melepaskan perhatiannya pada makanan aneh bin ajaib yang dihidangkan dimeja.
Dean dan William serta merta masuk dan ternganga melihat isi ruangan itu sekaligus makanan diatas meja. Dean tentu saja tahu siapa yang berulah kali ini, namun tidak dengan William, bodyguard itu menatap penasaran sekelilingnya tanpa berkedip.
“Makan yang banyak yaa..” Charlotte mulai menyuapkan makanan kedepan mulut Xavier.
Xavier hanya diam tak bereaksi. “Kenapa? Ini tidak gosong kok. H-hanya bagian itu saja.” Charlotte tersenyum kikuk, karena memang dirinya memilihkan makanan yang layak dimakan untuk Xavier.
Tadi, Charlotte terbangun dipagi ini dengan perasaan tak nyaman. Ingin rasanya dia kembali memberontak pada Xavier. Ingin membalas perbuatan Xavier semalam yang telah melecehkannya. Tapi, dia sadar, membalasnya sekarang tidak akan berarti apa-apa. Dia harus melakukan tugasnya lebih dulu, agar hati laki-laki itu membaik. Dan membuat rencana baru yang lebih efektif.
Pagi harinya diwarnai dengan drama memasak yang sangat menyulitkan Charlotte. Dia tak pandai memasak, tapi hari ini dirinya harus membuatkan sarapan untuk Xavier. Kesal memang, tapi mau bagaimana lagi? Dia tidak ingin memperburuk suasana hati laki-laki itu.
Tak peduli tangannya terkena minyak panas, atau pakaiannya ternoda bahan dapur, dia harus membuatkan makanan layak dimakan untuk Xavier.
“Kau tidak suka ya?” tanya Charlotte sedikit kecewa.
“Nona muda, biar saya mencobanya.”
Dean maju mendekat untuk mencicipi masakan buatan Charlotte. Seolah tahu kediaman Tuan Mudanya, Dean akan mencoba memakan itu dia tidak ingin terjadi hal tak diinginkan dialami Tuan Mudanya.
Charlotte sebenarnya tak bermaksud membuat makanan itu tak layak dimakan. Dirinya memang tidak pandai memasak. Dia hanya diam memperhatikan apa yang dilakukan Dean.
“Tuan Muda, mohon maaf sebelumnya. Saya pikir, lebih baik kita memesan makanan. Makanan ini sepertinya tida-“
“Tidak perlu dijelaskan.” Potong Xavier, suaranya sangat tenang. Dean mundur dan kembali berdiri disamping William.
Xavier menoleh pada Charlotte, “Apa ini saja, yang ingin kau tunjukkan padaku?”
Charlotte diam, tidak menatap langsung wajah Xavier. Memangnya apalagi yang harus diperlihatkan padanya? Semua hancur seperti ini. Tidak ada yang berhasil dari sekian banyakknya masakan buatannya.
Charlotte menggeleng pelan. Xavier melirik kopi didepan Charlotte. Tanpa meminta ijin, dia mengambilnya begitu saja dan berniat meminumnya. Charlotte terkejut dan menatapnya takut.
“Ja-jangan diminum.”
Nb: jgn lupa VOTE, LIKE, KOMENT yes, See you ^-^