Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Dalam suatu ruangan yang cukup minim penerangan, Dzac sedang melakukan sedikit hukuman kepada para wanita penggibah.
" Tolong tuan, jangan sakiti kami. Kami sangat menyesal, tolong maafkan kami tuan." Jessica memohon kepada Dzac, agar tidak menghukum mereka.
" Benar tuan, kami benar-benar minta maaf. Kami berjanji, tidak akan mengulangi hal ini lagi. Tolong tuan, lepaskan kami." Rinda juga memohon untuk dilepaskan.
Dan para wanita yang lainnya, hanya bisa mengikuti perkataan dari Jessica dan Rinda. Karena mereka berdualah, semuanya ini terjadi.
" Heh, penyesalan memang selalu hadir terakhir nona-nona. Jika sebelumnya kalian memikirkan akibatnya, semuanya ini tidak akan terjadi. Makanya, jadi perempuan itu jangan suka kepo and usil. Dasar Tokek..." Dzac menyeringai dengan sinisnya.
Terdengar suara langkah kaki mendekati mereka, Kenan kini telah tiba disana. Terlihat juga, tatapan matanya sungguh tidak bersahabat. Dengan tatapan matanya saja, para wanita tersebut menjadi sangat ketakutan.
" Kenapa belum kau bereskan mereka?!!" Tanya Kenan dengan penuh penekanan, rasanya ingin saat itu juga ia menghabisi nyawa para perempuan yang telah membuat bosnya murka.
" Belum ada perintah dari bos, tapi. Setidaknya aku bisa bermain sedikit la dengan kesayanganku ini bersama mereka, ya nggak!!!" Dzac memainkan pisau lipat kesayangannya pada tangannya.
" Terserah kau saja!!!" Kenan beranjak dan pergi dari ruangam tersebut.
" Tolong tuan, jangan sakiti kami. Ampuni kami tuan!." Rinda memohon kembali kepada Dzac, agar tidak menghukum mereka.
" Memangnya, siapa Kiya bagi kalian? Hanya demi wanita sok suci itu, kalian dengan teganya menganiaya kami." Jessica yang sudah tak tahan dengan lidah dan mulutnya untuk mengumpat, memang dasar sudah bawaan orok suka mengumpat.
" Apa kau bilang, hah!!! Sok suci kau bilang. Dasar wanita tak tau diri." Dzac yang saat itu mendengar Jessica mengumpat wanita milik bosnya, menjadi sangat murka dan amarahnya sudah sampai pada titik kesabarannya.
Ccrraasshh!!!
" Aaaakkkhhhh!!!" Semua wanita tersebut berteriak dengan kejadian yang mereka saksikan saat itu, dengan tubuh yang bergetar. Rinda dan lainnya menjadi sangat ketakutan, mereka pun menutup wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.
Dengan sekali ayunan dari benda kesayangan milik Dzac tersebut, seketika itu juga lidah Jessica terputus. Membuat Dzac menyeringai dan tersenyum, rasanya ia belum puas sebelum menghabisi nyawa wanita itu. Hanya saja, bos mereka belum memberikan perintah apapun untuk mengeksekusi tawanannya ini.
" Ini peringatan untuk kalian semua, jika masih ada yang berani berbicara menjelekkan wanita milik bos Azzam. Atau membicarakan apapun dan bergosip lagi, maka nasib kalian akan lebih jauh mengenaskan dari dia!!" Dzac mendorong tubuh Jessica yang sudah berlumuran dengan darahnya sendiri, hingga tergeletak di lantai.
Berjalan meninggalkan ruang penyiksaan, Dzac menyimpan kembali benda kesayangannya itu. Membiarkan tawanan mereka dengan kondisi yang sangat memperihatinkan, para penjaga yang berada disana juga enggan mendekati apalagi iba dengan tawanannya itu. Pintu ruangan tersebut kembali tertutup rapat, menatap iba kepada Jessica. Namun apadaya, Rinda dan lainnya tidak bisa membantu. Kerena, tangan dan kaki mereka telah diikat dengan sangat kuat menggunakan tali.
......................
Mengerjakan beberapa berkas yang ada, sungguh sangat menguras tenaga dan pikiran. Hampir setiap jam, sang kakak posesif selalu menghubungi Kiya. Dan pada akhirnya, Kiya mengubah mode silent pada ponselnya dan ia pun bekerja dengan tenang tanpa gangguan.
Tiba-tiba, pintu ruangannya tersebut terbuka. Terlihatlah seorang wanita dengan paras yang cukup cantik dan juga anggun, berjalan memasuki ruangan dan menatap setiap sudutnya dengan tatapan yang sangat tajam. Hingga pandangan wanita tersebut berhenti pada sosok Kiya yang berdiri disalah satu sudut ruangan, wanita tersebut berjalan mendekati Kiya.
" Hai! Dimana bos kalian? Dan kamu, siapa?" Tanya wanita tersebut dengan sombongnya, yang tak lain adalah Marsya.
" Saya Kiya nona, asisten pribadi tuan Azzam. " Jawab Kiya, yang seketika hatinya menciut.
Marsya memandangi Kiya dari atas kepalanya hingga keujung kakinya, lalu ia menaikan satu alis matanya dan sudut bibirnya meruncing tajam. Berjalan mengelilingi Kiya dengan pandangan yang tak terlepaskan, memegang ujung hijab yang Kiya kenakan saat itu dan sedikit menariknya. Hingga tubuh Kiya sedikit bergerak, mengikuti arah tarikan tersebut.
" Asisten pribadi! Kemana Daffa dan Ghina? Sungguh aneh, menempatkan karyawan seperti ini sebagai asisten pribadi. Wow, sangat tidak pantas!" Marsya mendorong bahu Kiya, hingga sedikit terhuyung dan hampir jatuh.
" Cepat kau buatkan saya minuman segar, melihatmu membuatku sangat haus. Cepat!" Dengan nada bicara yang cukup tinggi, Marsya memperintahkan Kiya.
Hal ini semakin membuat Kiya menjadi sangat rendah diri, yang tadi ia sudah mulai ada perasaan dan meneguhkan hatinya untuk menjawab lamaran dari bosnya itu. Menghela nafas panjang, Kiya berjalan menuju pantry dan membuatkan apa yang di inginkan oleh wanita yang tidak jelas asal usulnya dimata Kiya.
Kemana tuan Daffa dan mbak Ghina? Ruangan mereka kosong, hufh! Siapa wanita itu? Datang-datang seperti bos saja, atau jangan-jangan... Astaghfirullah Kiya, Kiya.
......................
" Maaf nona, ini minumannya." Kiya meletakkan gelas berisi minuman segar seperti yang diminta oleh Marsya.
" Oke." Marsya mengambil gelas tersebut dan mulai meneguknya.
Marsya yang baru meneguknya dan langsung menyemburkan air dari dalam mulutnunya itu tepat diwajah Kiya, wajah Marsya memberikan ekpresi yang tidak baik.
" Sialan! Minuman apa yang kamu buat ini? Sungguh tidak enak, apa kamu ingin meracuni saya, hah! Dasar pegawai rendahan. Apa kamu tidak tau siapa saya? Saya adalah tunangan dari bos kamu, Azzam. Berani-beraninya kamu berbuat seperti ini dengan saya, dan akan dipastikan kamu dipecat dari perusahaan ini." Dan dengan amarahnya, Marsya mengguyir air dari dalam gelasnya itu keatas kepala Kiya.
" Ki..ya!!." Tanpa di sengaja, Nabila masuk kedalam ruangan tersebut dan melihat temannya itu sedang dibully. Dengan berjalan setengah berlari, Nabila langsung mendorong Marsya dari hadapan Kiya.
" Apa-apan ini! Kenapa anda bersikap seperti ini dengan teman saya, bos tidak ada dikantor. Silahkan anda keluar dari sini!" Nabila memaki Marsya dengan lantang, ia sangat mengetahui siapa wanita yang sedang ia hadapi.
" Sudah Bil, aku nggak apa-apa. Aku yang salah kok." Kiya menarik tangan Nabila, dengan maksud agar Nabila sedikit lebih tenang.
" Kamu!!! Dasar wanita tidak tau diri, berani-beraninya kamu memperlakukan tunangan dari bos kamu, hah!! Akan aku adukan kamu, agar segera dipecat." teriak Marsya kepada Nabila, ia merasa tidak terima setelah didorong olehnya.
" Apa? Tunangan bos!!! Nggak salah ni!!Malah bos sendiri yang sudah membuang anda kan, masih berani-beraninya datang kesini. Sungguh tidak tau malu, wanita matre'. Keluar!!! Apa harus saya memanggil keamanan!!." Nabila sudah sangat emosi dengan kehadiran Marsya.
......................