Aisyah Nur tak menyangka jika keluarganya menyimpan rahasia yang sangat besar.
Cintanya pada Deren pun mendapat penolakkan. Rahasia apakah yang menjadi penghalang cinta diantara mereka.
Akankah Aisyah mampu meyakinkah orang tuanya akan Cintanya. Bagaimana perjuangan Aisyah dan Deren dalam mempersatukan cinta mereka.
Simak kisah mereka dalam "Aak Preman Aku Padamu". Happy reading salam sayang dari Rini Sya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Menemukan Strategi yang Jitu
Aisyah menunduk di hadapan pria yang menakutkan baginya. Patrio Guran terlihat geram padanya, mana kala dia berani menyebut namanya tadi.
"Kau bilang sering melihatku bukan, bahkan kau juga tahu namaku. Siapa yang kasih tahu kau?" tanya Patrio.
"Umi saya yang kasih tahu Om. Kata Umi Om itu sahabat abah," jawab Aisyah jujur.
"Aku sahabat abahmu, kau jangan bohong. Kau tahu kan hukuman bagi pembohong kecil sepertimu?" hardik Patrio Guran.
"Saya tak bohong Om, saya berani sumpah!" jawab Aisyah sambil mengacungkan dua jari telunjuk dan jari tengahnya. Pertanda dia jujur.
Patrio mentap mata gadis yang ada di depannya. Dia percaya bahwa Aisyah tak Bohong.
"Kenapa dia tenang sekali, dia tak akan memaksaku bukan!" batin Aisyah. Patrio terus menatap ke arahnya. Patrio terus memperhatikan wajah Aisyah, seolah dia mengingat seseorang. Aisyah merasa sedikit tenang. Karena apa yang dia pikirkan tentang pria ini belum terbukti. Patrio begitu tenang dan berwibawa. Melihat penampilan berkelasnya, dia memang terlihat seperti bukan orang sembarangan. Aisyah masih berusaha menguasai diri.
"Siapa yang mengirimu kesini?" tanya Patrio lagi. Duh gimana sih ini, kenapa dia nanya gitu. Bukankah aku adalah alat pembayaran hutang batin Aisyah.
"Ibu tiri saya Om, katanya saya adalah alat buat bayar hutang," jawab Aisyah jujur. Patrio Guran malah mengaruk alisnya yang tak gatal. Sepertinya dia juga bingung harus ngomong apa.
"Oke, kau tunggu di sini saja. Kau akan dapat tugasmh besok," ucap Patrio kemudian dia pun keluar dari ruangan itu tanpa melakukan apapun. Ini aneh sekali bukan. "Ah ... bodo amat, yang penting dia ga macem macem aja," gumam Aisyah.
***
Deren uring-uringan, bagaimana tidak. Heli yang dia pesan tak berani melakukan perjalanan ke markas besar milik Obor Mereh. Kawanan Obor Merah tak akan segan-segan meluncurkan tembakannya jika ada yang mencurigakan menurutnya.
Berani melintas di atas langit Obor Merah berarti cari mati. Tentu saja keadaan ini hampir membuat Deren frustasi.
Hatinya kacau tak menentu, bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Aisyah. Bagaimana kalau meraka menyiksa gadisnya. Deren sungguh khawatir dan kalut.
"Terpaksa kita harus lewat jalan darat Bro," ucap Joker. Kopri dan Yoyok masih setia berada di belakang Deren.
"Mereka sangat pandai Bos, jika jalanan itu selesai mereka lewati. Maka mereka akan segera menutupnya agar tak ada seorangpun yang mengetahui jejak mereka," jawab Kopri. Deren makin gelisah, darahnya mendidih. Kemarahannya memuncak.
"Brengsek!" teriak Deren kesal.
"Untuk masuk ke titik itu kita juga akan menghadapi hewan buas Bos," tambah Kopri, karena dia sudah memperlajari lokasi.
"Ane nggak perduli yang ane mau, ane bisa bawa Aisyah keluar dari sana. Paham!" jawab Deren geram. Matanya memerah seoalah siap menghajar siapa saja yang berani melawan perintahnya.
Joker menatap Kopri, mengingat kan pria tinggi besar itu untuk selalu menjaga emosi sang Big Bos.
"Nanti malam aku mau pergi sendiri ke sana, siapa yang mau ikut silakan. Yang tidak kalian boleh hengkang dari kesatuan," ucap Deren tegas. Ini sungguh keputusan yang memaksa. Terlebih buat Kopri dan Yoyok. Dua pria itu tak mungkin meninggalkan Deren dalam keadaan seperti inj. Mengingat perjuangan Deren membebaskan kakak beradik dari para rentenir dulunya.
Deren meninggalkan mereka bertiga, memilih masuk kedalam ruang rahasianya. Sepertinya dia hendak bersiap untuk aksinya nanti malam.
"Bagaimana ini Bang, pergi berarti bunuh diri!" ucap Kopri.
"Sebentar, Abang mikir dulu," ucap Joker.
Suasana menjadi hening. Joker diam, memikirkan cara bagaimana dia bisa bekerja dengan baik.
"Sebaiknya kita memang liwat jalan darat, agar aksi kita tak terendus," gumam Joker.
"Mana peta lokasi?" pinta Joker. Kopri pun memberikan selembar kertas dimana lokasi kerahaan Obor Merah berdiri.
"Mau lewat manapun jaraknya sama, kira-kira kita butuh waktu berapa hari untuk sampai lokasi?" tanyq Joker.
"Kalau tak tersesat sehari semalam sampai Bang, itupun kita juga harus bawa bahan bakar dan logistik sendiri. Disana tak ada camp," jawab Kopri.
"Full hutan belantara Bang!" tambah Yoyok.
"Kalau cuma berempat kemungkinan untuk sampai kesana dengan selamat sangat tipis. Musih kita bukan hanya manusia. Tetapi hewan buas peliharaan mereka juga kendala," jawab Kopri.
Joker mengerti dengan maksud binatang buas yang dimaksud Yoyok. Itu adalah istilah penjaga yang disebar oleh kesatuan Obor Merah. Agar tak ada siapapun yang berani menyentuh kawasan mereka.
"Astaga, ini sulit sekali. Jika lewat udara maka kita akan didor dari bawah. Kalau dari darat, belum sampai pun kita udah jadi santapan binatang buas," tambah Joker.
Secanggih apapun alat yang mereka miliki, nyatanya tim Deren masih belum bisa mengungguli kekuatan Obor Merah. Mereka begitu teliti dan waspada menjaga apa yang mereka miliki.
"Andai kita punya mata mata," gumam Joker.
"Tak semua anak buah mereka bisa masuk ke istana itu Bang."
"Maksudnya?"
"Yang ada diluaran ini mereka hanya numpang nama, Bang. Mereka saja tak tahu siapa sebenarnya yang mereka bela. Mereka hanya merasa bangga saja bisa menjadi bagian dari Obor Merah. Yang notabene mereka sendiri belum pernah bertemu dengan sang pemimpin," jawab Yoyok. Info ini Yoyok dapat dari beberapa anak buah Obor Merah yang sempat dibuatnya mabuk kemarin.
"Itu Artinya, bukan yang menjalankan bisnis mereka dikawasan ini hanya memakai namanya saja?" tanya Joker.
"Sepertinya begitu Bang. Sistem Obor Merah in hanya tanam saham. Mereka sama sekali tak tahu digumakan untuk apa uang itu!" jawab Yoyok sesuai info yang dia dapat.
"Astaga!" gumam Joker. Joker masih belum bisa menemukan strategi yang pas untuk bisa menyusup kedalam markas besar Obor Merah.
Bersambung....