Laura gadis berparas cantik, manis dan polos namun sayangnya dia sangat tak percaya diri dengan wajah nya itu. karena memiliki mata biru laut yang indah.
selama ini laura selalu berpikir hidupnya sangat kosong dan hampa meski ayah nya selalu memberikan cinta padanya, namun yang dia inginkan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama dia tak merasakan.
tiba-tiba hidupnya berubah seperti tersambar petir setelah bertemu dengan laki-laki tampan. namun sifatnya yang membuat laura sangat kesal.
"ck, dasar jelek! minggir lo" ucapnya dengan mendorong tubuh laura yang mungil.
"yang seharusnya minggir itu lo, gak punya mata emangnya? padahal lo sendiri berdiri ditengah jalan dasar bigfoot!" sahut laura yang sedang membawa tumpukan penuh buku ditangannya.
kayden merigoh ponselnya disaku ia menekan aplikasi browser dan mencari nama bigfoot yang disebutkan laura.
telinga kayden memerah dia menatap tajam kearah laura. "hahaha, lo bilang gue apa tadi?"
"gue bilang bigfoot, lo tuli emang!" cetus laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon love_chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir (2)
Bianca memilih duduk disofa dan melirik kayden yang tertidur, hatinya sangat tak nyaman khawatir pada allen.
"Kak allen pasti baik-baik aja.." gumam bianca sedih.
Bianca masih melihat kearah ruang kerja ayah nya entah apa sudah terjadi didalam sana.
Bianca melihat adam masuk keruangan kerja william dengan wajah panik, tak lama adam keluar sambil membantu allen berjalan keluar dari ruang kerja william.
Bianca yang melihat itu segera menghampiri allen dengan panik. "Kak.."
Allen menoleh tanpa ekspresi apapun, ia meminta adam untuk segera membawa allen ke kamarnya.
"Nona bianca maaf, tuan muda allen harus pergi ke kamar." Ucap adam dengan sopan.
Bianca hanya diam tak bisa memaksa apa yang dia mau, ia hanya menatap sendu allen dengan jalan tertatih-tatih.
Kayden membuka matanya terasa tak nyaman tidur disofa, ia melihat bianca berdiri didepan ruang kerja sang ayah.
"Ngapain dia disitu?" Gumam kayden beranjak bangun dan berjalan kearah bianca.
Kayden menepuk bahu bianca. "Kenapa lo berdiri disini. Kak allen udah keluar belum?"
Bianca terus menatap kearah allen pergi meski sudah tak terlihat lagi. "Gue udah melakukan kesalahan." Ucap bianca.
Kayden tak mengerti apa yang dimaksud bianca, dan yang ia tahu allen sudah melakukan kesalahan yang membuat bianca celaka.
"Aneh lo yang melakukan kesalahan itu kak allen bukan lo babi. Jadi jangan menyalahkan diri lo sendiri." Sahut kayden.
Bianca tak mengatakan apapun lagi memilih pergi ke kamarnya, kayden hanya bingung dengan sikap bianca. "Emang aneh dia."
Saat kayden hendak ingin pergi sekertaris william keluar dari ruang kerja william. "Tuan muda kayden, tuan william memanggil anda."
Kayden berdengus kesal mengapa harus sekarang dipanggil, pastinya kayden pikir papi nya akan memarahi dirinya karena kejadian disekolah.
Kayden dengan terpaksa berjalan masuk kedalam sana, tampak papi nya sedang duduk dimeja kerja sambil mengerjakan beberapa dokumen.
*****
Ditempat lain laura hanya terdiam karena semalam papa nya sama sekali tak bicara padanya, hati laura sedikit sedih tak biasa charles bersikap dingin seperti itu.
Hari ini laura memilih diam dirumah yang biasanya pergi ke kedai, namun untuk hari ini gadis itu akan tinggal dirumah seharian penuh.
Laura melihat kearah jendela yang sudah mulai rintik hujan. "Kenapa tiba-tiba kangen mama." Gumam laura melihat keluar jendela.
Laura mengingat masa kecil nya yang selalu menghabiskan waktu bersama kedua orang tua nya, dan karena faktor ekonomi laura harus kehilangan sosok ibu.
Laura meneteskan air mata tanpa sadar. "Andai mama gak pilih pergi, mungkin sekarang masih bisa kumpul bareng papa."
Suara pintu terbuka charles masuk kedalam dengan membawa beberapa makanan, ia melihat laura sedang duduk sambil menatap kearah luar jendela.
Charles meletakan makanan dimeja yang dibawa, awalnya charles ingin mendiamkan laura sehari ini.
Namun tiba-tiba terdengar lirihan yang amat sedih. "Hikss, hikss, hikss."
Charles mencoba mendekati laura dan ya benar suara lirihan itu dari sang putri, charles khawatir segera memanggil lembut mama laura.
"Laura.."
Laura menoleh sudah ada charles di sampingnya, ia segera menghapus air matanya.
"Sejak kapan papa dirumah?" Ucap laura dengan mata berkaca-kaca.
Charles langsung memeluk putrinya, ia tahu perbuatannya salah namun itu cara terbaik untuk menghukum laura.
"Maaf papa sudah diamkan kamu, jangan nangis ya sayang." Charles memeluk erat laura dengan sedih.
Laura membalas pelukan charles dan menangis begitu keras, entah mengapa rasanya ingin menangis dipelukan sang papa.
20 menit berlalu laura berhenti menangis semua beban dihati nya sudah hilang, laura menatap charles dengan begitu lembut. Selama ini papa nya selalu berjuang membesarkan dan merawat nya sendirian.
"Maafin aura pa, aku gak berniat berbohong sama sekali." Laura menundukan kepala merasa bersalah. "Cuma saja gak mau membuat papa sedih, aku tau papa udah berjuang banyak merawat aku. Jadi untuk masalah ini aku gak mau papa juga pusing."
Charles mengelus rambut laura dengan lembut. "Papa tau itu, cuma papa gak mau kamu terluka karena teman yang memanfaatkan kamu. Papa harap kamu bisa menjauhi anak itu ya."
Laura ragu ingin menjauhi kaila, namun dia tak bisa menentang permintaan sang papa. "Aura akan coba ya pa pelan-pelan, gak mungkin aku langsung menjauh gak mau ada keributan aja."
Laura meminta keringanan pada charles dan mau tak mau, charles mengiyakan kemauan putri nya itu.
"Baiklah, tapi papa harap jangan bergaul lagi dengan nya. Dan itu papa bawakan makanan kesukaan kamu seafood jangan lupa dimakan ya." Ucap charles.
Laura tersenyum senang meski papa nya marah tetap saja masih menyanyangi nya.
"Makasih pa..."
"Iya sayang, papa pergi ke kedai lagi ya jaga rumah oke." Pamit charles lalu mencium pucuk rambut laura dengan lembut.
"Ayay captain.."
~o0o~
Diruang kerja sang ayah kayden duduk santai disofa, ia sangat suntuk karena william sama sekali tak mengatakan apapun selama 1 jam penuh.
"Ngapain sih dia! Bikin bosen aja dari tadi." Gerutu kayden yang terdengar william.
William melepaskan kacamata baca nya dan menatap kearah putra bungsu nya. "Oh kamu sudah disini.."
Kayden berdengus kesal, bisa-bisanya william mengatakan seperti itu dan jelas-jelas ia sudah berada diruang kerjan nya selama 1 jam.
"Papi gak salah ngomong gitu, hah?" Dengus kayden.
William menatap putra bungsunya yang sangat jauh berbeda dengan allen sang kakak.
"Maaf papi gak lihat kamu disini, kamu sudah membuat masalah lagi kayden. Hmm?" Ucap william dengan berat.
Kayden sama sekali tak takut dengan sang ayah, ia hanya takut pada dua orang dirumah ini yaitu agatha sang ibu dan allen sang kakak.
"Gak tuh, lagian si pak kumis sendiri yang salah masa lagi kesel sama istrinya malah hukum kayden. Gak masuk diakal bukan?" Cibir kayden yang tak merasa bersalah.
William menghela nafas panjang, mungkin salah nya terlalu memanjakan kayden sewaktu kecil.
"Besok papi harus bertemu dengan kepala sekolah kamu kayden, kamu sudah banyak membuat onar selama 3 tahun disekolah. Kamu sudah kelas 12 apa kamu gak akan masuk perguruan tinggi?"
Kayden belum memikirkan untuk melanjutkan keperguruan tinggi setelah lulus. "Belum kepikiran tuh."
William sudah pasrah menghadapi kayden yang hanya bisa menghadapinya cuma allen dan istrinya saja.
"Masa depan kamu bagaimana? Memangnya kamu masih mau bergantung pada orang tua untuk menghasilkan uang!"
Kayden menatap kearah william yang begitu serius berbicara tentang masa depan nya.
"Gini ya pi, kayden sekarang udah menghasilkan uang sendiri jadi model di platfrom remaja. Jadi gak perlu khawatir tentang kayden bisa menghasilkan uang atau enggak ya." Sahut kayden.
William sudah tak bisa mengatakan apapun pada putra nya itu, satu-satunya cara harus menikahkan putra nya agar memiliki tanggung jawab.
"Baiklah, tapi kalau suatu saat nanti papi tega padamu jangan pernah berkomentar atau pun memberontak." Ucapnya tegas.
Kayen tak mengerti maksud william dan ia tak perduli semua itu, kayden tahu jika papi nya takkan melakukan hal yang membuatnya sengsara.
Apa tak lebih kurangnya sakit mental ya begitu? 🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️